Pindah ke blog baru http://arraufyangmahasantun.blogspot.co.id/
Kunjungi yah... ^_^ Terimakasih
Goresan Sederhana
Melalui Blog sederhana ini, aku ingin meninggalkan pesan untuk kamu, kalian, dan mereka.
Senin, 29 Agustus 2016
Selasa, 12 Mei 2015
Mempersiapkan Diri Menyambut Ramadhan
Dalam menyambut bulan Ramadhan, hendaknya kita berbenah diri
terlebih dahulu guna dapat maksimal dan total dalam menjalankan ibadah puasa di
bulan suci Ramadhan.
Berikut
langkah-langkah yang sebaiknya kita lakukan dalam mempersiapkan diri menyambut
bulan suci Ramadhan;
Ø Hendaknya kita
mempelajari ilmu tentang ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Karena dengan
adanya ilmu/pengetahuan yang kita miliki, maka kita akan mudah mendapatkan
kekhusyu’an dalam menjalankan ibadah puasa karena Allah subhanahu wa ta’ala.
Dan mudah-mudahan dengan adanya ilmu, kita bisa meraih pahala yang sempurna
disisi Allah subhanahu wa ta’ala.
“Tidaklah Allah
diibadahi dengan sesuatu yang lebih utama ketimbang saat diibadahi dengan pemahaman agama.” (HR.
Ad Daruquthni)
Maka, sangat
penting bagi kita memiliki ilmu tentang ibadah puasa sehingga kita dapat memahaminya dengan baik dan
benar, karena ibadah puasa merupakan
bagian terpenting dari agama kita, bahkan ia termasuk ke dalam rukun Islam yang ke empat.
Ø Bertaubat dan
memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah
dengan sebenar-benarnya taubat (Taubatan Nasuha), mudah-mudahan Rabbmu
menghapus dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam syurga yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai.” (At Tahrim : 8)
Imam Ibnu Katsir di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Umar ibn al
Khattab radiyallahu ‘anhu berkata mengenai ayat ini, taubat nasuha adalah
berhenti dari melakukan dosa dan tidak kembali lagi kepadanya selama-lamanya.
Dan para ulama menjelaskan bahwa taubat nasuha adalah berhenti dari perbuatan
dosa seketika itu juga, kemudian menyesali segala dosa yang telah lalu, lalu
bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, dan jika perbuatan dosa itu berkaitan
dengan hak adami, maka wajib untuk menghalalkan hak tersebut.
Dan sebagai tambahan Imam Hasan berkata, taubat nasuha ialah kamu
benci untuk melakukan dosa yang dahulu kamu suka untuk melakukannya, dan
setiapkali kamu ingat dosa tersebut, kamu beristighfar memohon ampun kepada
Allah subhanahu wa ta’ala.
Lalu kenapa kita harus bertaubat dalam menyambut bulan suci
Ramadhan?
Hal ini telah dijawab oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
di dalam hadits shahih riwayat Imam Ibnu Majah,
“Apabila datang awal malam bulan Ramadhan, para syaithan dan jin
(yang jahat) dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, pintu-pintu syurga dibuka,
dan terdengar seorang penyeru berseru, ‘wahai pecinta kebaikan, segeralah
lakukan kebaikan! wahai pecinta keburukan (perbuatan dosa), segeralah
berhenti!”
Maka, sebelum awal malam Ramadhan datang, alangkah baiknya jika
kita sudah berhenti dari melakukan perbuatan dosa; hususnya dosa-dosa besar,
seperti; syirik (menyekutukan Allah dengan yang lain), berzina, durhaka
terhadap orang tua, membunuh, memakan riba, dan sebagainya.
Ø Menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat, perbuatan sia-sia, dan juga
menjauhi segala unsur yang bisa menjadikan kita lalai dari mengingat Allah
subhanahu wa ta’ala dan beribadah kepada-Nya. Karena perbuatan yang semacam ini
bisa memberikan efek penyakit yang begitu ganas yang bisa merusak kesehatan
iman kita, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Al
Muthoffifin : 14 ;
“Sekali-kali
tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan
(perbutan-perbuatan maksiat) itu menutupi hati mereka.”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menafsirkan ayat ini,
“Sesungguhnya
seorang mukmin, apabila ia berbuat dosa, maka hatinya gelap menghitam, dan
apabila ia bertaubat dan memohon ampun, maka hatinya kembali bersih.” (HR.
Ahmad, At Tarmidzi dan Ibnu Majah)
Dan sebagaimana
yang kita ketahui, bahwa hati ibarat raja bagi tubuh, apabila raja dalam kondisi fit, maka prajurit akan
tersiap patuh.
“Di dalam tubuh
ada satu gumpal darah, apabila dia baik, maka seluruh anggota badan ikut baik, dan apabila ia rusak, maka rusak pula lah
seluruh anggota badan.” (HR. Bukhori-Muslim)
Ø Meningkatkan ibadah-ibadah sunnah, karena dengan banyaknya ibadah
sunnah yang kita kerjakan. Maka kita bisa meraih kecintaan Allah subhanahu wa
ta’ala. Dalam hadits qudsi Allah berfirman,
“Dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan
seseuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan atasnya.
Dan tidaklah pula ia mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah
sehingga Aku mencintainya. Dan apabila Aku mencintainya, maka Aku adalah
pendengarannya yang dengannya ia mendengar, dan penglihatannya yang dengannya
ia melihat, dan tangannya yang dengannya ia menyentuh, dan kakinya yang
dengannya ia berjalan.” (HR. Bukhori)
Hadits diatas menjelaskan bahwa apabila Allah subhanahu wa ta’ala
mencintai seorang hamba, maka Allah akan menjadikan hamba tersebut istiqamah di
atas jalan kebenaran dan istiqamah dalam beramal shalih. Allah akan selalu
membimbingnya dan menguatkannya. Dan betapa kita butuh hal tersebut di setiap
waktu kita, apalagi di saat bulan Ramadhan tiba. Maka semoga Allah subhanahu wa
ta’ala memberi taufiq-Nya kepada kita sehingga kita bisa maksimal dalam mengerjakan
ibadah-ibadah wajib dan bersemangat menambah dengan ibadah-ibadah sunnah.
Aamiin.
Demikianlah, mudah-mudahan kita semua bisa mengaplikasikan ke- 4
langkah diatas yaitu;
1.
Mempelajari
ilmu tentang ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.
2.
Bertaubat
dan memperbanyak istighfar.
3.
Meninggalkan
perbuatan maksiat dan perbuatan sia-sia
4.
Meningkatkan
ibadah sunnah atau ‘amaliyah-‘amaliyah mubah yang dicintai Allah subhanahu wa
ta’ala
Dengan demikian
insya Allah kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan dalam diri
kita, juga penuh pengharapan akan pahala disisi Allah subhanahu wa ta’ala.
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan
dengan penuh keimanan dan pengharapan akan pahala yang ada padanya, maka
diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR. Ibnu Majah)
Pekerja Ideal
Khutbah I
Kaum muslimin jama’ah sholat
jum’ah rahimakumullah
Islam adalah agama yang mulia, agama
yang sempurna, yang menjaga kehormatan dan kemuliaan setiap pemeluknya. Dan
diantara bentuk kehormatan dan kemuliaan seorang muslim adalah, bahwa Allah subhanahu
wa ta’ala menganjurkan dan memerintahkannya untuk bekerja dan mencari rizki
sebagai rasa syukur kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Bekerjalah wahai keluarga Daud
sebagai bentuk rasa syukur (kepada Allah).” (Saba’ : 13)
“Dan katakanlah! ‘bekerjalah
kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu dan rasul dan orang-orang yang
beriman. Dan kalian akan dikembalikan pada hari kiamat di hadapan Allah yang
mengetahui perkara yang gaib dan perkara yang nampak. Kemduian mengabarkan
kepadamu apa yang dahulu pernah kamu kerjakan.” (At Taubah : 105)
Kaum muslimin jama’ah jum’ah yang
berbahagia
Islam menganjurkan setiap pemeluknya
untuk bekerja, berusaha dan giat dalam mengais rizki atau mengais
matapencaharian hidup. Karena
pengangguran dan meminta-minta termasuk perbuatan yang sangat tercela dan dapat
mengurangi kehormatan, kewibawaan dan kemuliaan seseorang.
Salah seorang sahabat yang bernama
Hakim ibn Hizam radiyallahu ‘anhu pernah datang kepada Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam seraya meminta-minta harta kepada Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam. Hakim ibn Hizam berkata menceritakan perbuatannya tersebut,
“Aku meminta harta kepada
Rasulullah, kemudian beliau memberikannya kepadaku. Lalu aku meminta lagi, lalu
beliau pun memberi. Lalu aku pun meminta lagi, dan beliau masih tetap memberi.”
Namun kemudian beliau bersabda
seraya memberikan pengajaran kepada sahabat Hakim ibn Hizam,
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta
ini begitu menggiurkan hijau dan manis, maka barangsiapa yang mengambilnya
dengan kecukupan jiwa, maka dia akan diberkahi pada hartanya, dan barangsiapa
yang mengambilnya dengan jiwa yang rakus, maka dia tidak akan diberkahi pada
hartanya. Selayaknya orang yang makan, namun tidak pernah merasa kenyang. Dan
adalah tangan yang diatas itu lebih baik daripada tangan yang di bawah.”
(Muttafaq ‘Alaih)
Dan dalam hadits lain, Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan peringatan keras terhadap orang-orang
yang sukanya hanya meminta-minta harta dari orang lain, tanpa mau bekerja dan
berusaha sendiri untuk memperolehnya.
“Ada seseorang yang (selama
hidupnya) sentiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga dia berjumpa dengan
Allah dan di wajahnya tidak ada secuil daging pun.” (Muttafaq ‘Alaih)
“Barangsiapa yang meminta-minta
harta kepada manusia dengan tujuan untuk mengayakan dirinya, maka sesungguhnya
yang dia meminta adalah batu api neraka yang panas.” (Muslim)
Kaum muslimin jama’ah jum’ah yang
berbahagia
Maka hendaknya pada kesempatan yang
mulia ini, kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas dikaruniakannya
kepada kita suatu pekerjaan yang dengannya kita bisa menghidupi dan menginfakki
kehidupan diri kita sendiri dan kehidupan anak-istri kita, atau keluarga kita
yang lainnya. Tanpa pernah kita merendahkan tangan kita di hadapan orang lain
seraya meminta-minta atau mengemis-ngemis, sehingga hilanglah kehormatan,
kewibawaan serta kemuliaan diri kita di hadapan manusia, terlebih di hadapan
Allah subhanahu wa ta’ala.
Kaum muslimin yang dirahmati
Allah subhanahu wa ta’ala
Sungguh betapa indah apa yang
disabdakan oleh nabi kita Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda,
“Sungguh beruntunglah seorang
muslim itu, diberi rizki oleh Allah dari hasil kerjanya, lalu Allah karuniakan
kekayaan hati pada dirinya, sehingga dia merasa puas dengan apa yang telah
Allah berikan kepadanya.” (Muslim)
“Sungguh, seseorang diantara kalian yang
mengambil tali ikat, kemudian dia pergi melewati lereng-lereng gunung atau
bukit-bukit gunung, sehingga dia dapat mengumpulkan kayu bakar, lalu diikatkannya
di atas punggungnya, kemudian dia menjualnya, dan Allah subhanahu wa ta’ala
menjaga kehormatan wajahnya dengan pekerjaanya tersebut, maka itu lebih baik
baginya daripada meminta-minta kepada manusia, baik diberi atau tidak diberi.”
(Bukhori)
Dalam hadis lain beliau bersabda,
“Tidaklah seseorang memakan
makanan yang lebih baik bagi dirinya melainkan ketika dia memakan makanan dari
hasil kerja tangannya sendiri. Dan sesungguhnya nabi Daud ‘alaihis salam makan
dari hasil kerja tangannya sendiri.” (Bukhori)
Kaum muslimin sidang jum’ah yang berbahagia
Sungguh, Islam adalah agama yang
sangat memuliakan seseorang dengan pekerjaannya, apa pun pekerjaan itu, selagi
pekerjaan itu halal dan bermanfaat bagi sesama. Sehingga disebutkan bahwa Allah
subhanahu wa ta’ala mencintai seorang hamba yang menekuni pekerjaannya.
Dan di dalam Al Qur’an, Allah
subhanahu wa ta’ala telah merumuskan bagaimana supaya kita bisa menjadi pekerja
yang baik, dicintai dan diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta’ala;
1. Ilmu
Ilmu merupakan modal penting bagi
seorang pekerja. Sebelum dia menggeluti pekerjaannya, dia harus mengilmui
terlebih dahulu pekerjaannya tersebut. Sebab merupakan tanda-tanda kiamat
adalah apabila ada suatu urusan atau suatu pekerjaan yang diserahkan kepada
bukan ahlinya.
“Apabila suatu urusan/suatu
pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya.” (Bukhori)
Maka menjadi suatu kewajiban bagi
seorang pekerja untuk mengilmui dan mendalami hal-hal yang berkaitan dengan
pekerjaannya, supaya pekerjaannya tersebut memberikan dampak yang positif bagi
dirinya sendiri dan juga bagi masyarakat, bukan malah menyebabkan kemudhoratan
dan kehancuran bagi dirinya dan bagi orang lain.
Di dalam Al Qur’an, Allah subhanahu wa
ta’ala mengisahkan tentang raja Mesir dan nabi Yusuf ‘alaihis salam,
“Dan raja mesir berkata,
‘datangkanlah yusuf kepadaku!’ maka ketika dia berbicara dengan yusuf, dia
berujar, ‘sesungguhnya sekarang, engkau memiliki kedudukan dan menjadi
kepercayaan di sisi kami.’ Kemudian Yusuf pun berkata, ‘pekerjakanlah aku dalam
bidang perbendaharaan bumi/perekonomian masyarakat, sesungguhnya aku adalah
orang yang dapat menjaga lagi orang yang mengilmui hal tersebut.” (Yusuf : 54-55)
Kaum muslimin sidang jum’ah yang
berbahagia
2. Kekuatan
Seorang pekerja haruslah memiliki
kekuatan yang bisa menjadikannya maksimal dalam bekerja. Namun kekuatan disini,
bukan berarti dia harus memiliki tubuh yang kekar; otot kawat, tulang besi.
Yang dimaksud kekuatan disini adalah
sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Bukanlah orang yang kuat itu, orang
yang menang dalam perkelahian, tapi orang yang kuat adalah orang yang mampu
menahan gejolak amarahnya.”
Karena betapa banyak pekerjaan
menjadi hancur dan berantakan oleh sebab kemarahan yang tidak terkendali,
sehingga dalam Islam, orang yang sedang marah tidak boleh dimintai fatwa,
pendapat, nasihat atau sebagainya, dan keputusannya tidak bisa diterima sama
sekali disaat dia sedang marah, apalagi kemarahan yang diluar batas kewajaran, karena
orang yang sedang marah diibaratkan seperti orang gila yang sebagian akalnya
hilang.
Maka jama’ah sekalian yang
berbahagia
Sangat penting bagi kita untuk
melatih menahan amarah kita di saat kita sedang bekerja, terlebih di saat
pekerjaan tersebut menyangkut hubungan dengan orang banyak, dengan clien,
mitra, pelanggan, bos atau atasan kita. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dan orang-orang yang menahan
amarahnya, dan memaafkan manusia, dan adalah Allah mencintai orang-orang yang
berbuat kebaikan.” (Ali Imran : 134)
“Barangsiapa yang menahan
amarahnya disaat dia mampu meluapkannya, maka kelak pada hari kiamat Allah akan
memanggilnya di hadapan seluruh para makhluk, kemudian Allah mempersilahkannya
untuk memilih bidadari mana saja yang dia sukai.” (Ibnu Majah)
Kaum muslimin jama’ah jum’ah
rahimakumullah
3. Amanah
Seorang pekerja haruslah amanah
dalam bidang pekerjaannya. Dia tidak berhianat terhadap tugas-tugas yang sudah
menjadi kewajibannya untuk dikerjakan dan dilaksanakan.
Pekerjaan merupakan nikmat sekaligus
ujian yang Allah berikan kepada seseorang. Sehingga siapa pun yang telah
dikaruniakan suatu pekerjaan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, maka dia harus
amanah, yaitu dapat dipercaya dan dapat mempertanggungjawabkan segala
pekerjaannya.
Demikianlah yang Allah firmankan di
dalam Al Qur’an,
“Sesungguhnya sebaik-baik orang
yang kamu pekerjakan adalah orang yang memiliki kekuatan lagi dapat dipercaya
(menjaga amanah pekerjaannya).” (Al Qashash : 26)
Khutbah II
Kaum muslimin sidang jum’ah yang
berbahagia
Sebagai pekerja atau orang yang
sedang menekuni profesi, maka hendaknya kita memiliki 3 hal yang telah khatib sampaikan di khutbah
pertama, yaitu ilmu, kekuatan dan amanah. Sehingga dengan 3 hal tersebut, kita
bisa meraih kemuliaan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan meraih keberkahan
dari pekerjaan kita. Dan perlu kita ketahui, bahwa sebaik-baik pekerjaan adalah
pekerjaan yang hasilnya dapat bermanfaat bagi orang lain secara kontinyu sepanjang
waktu, bahkan disaat kita telah terkubur di dalam tanah, hasil pekerjaan kita
masih memberikan manfaat bagi orang-orang yang hidup setelah kita.
Kaum muslimin jama’ah jum’ah yang
dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala
Ketahuialah! Bahwa para nabi dan
rasul pun bekerja sama halnya seperti kita. Nabi Daud adalah seorang tukang
besi, Nabi Zakaria adalah seorang tukang kayu, dan Nabi Muhammad adalah seorang
pedagang, bahkan sempat menjadi seorang penggembala. Namun pekerjaannya yang
demikian, tidak mengurangi kemuliaan mereka di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
Karena nilai kemuliaan seseorang
tidak dinilai dari apa pekerjaan atau profesinya, melainkan dinilai dari
bagaimana dia mempraktekkan ketakwaannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala di
dalam setiap pekerjaannya.
Demikianlah jama’ah sekalian yang
dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, khutbah yang bisa kami sampaikan pada
kesempatan yang mulia ini. Mudah-mudahan bermanfaat khususnya bagi khatib
pribadi dan umumnya bagi jama’ah sekalian.
Sabtu, 02 Mei 2015
Untukmu yang ingin menikah
Untuk siapa pun yang ingin
menikah bag. 1;
1. Jika kamu laki-laki;
-pilihlah wanita karena 4 alasan; berparas cantik, bernasab
baik, berharta banyak dan beragama indah, tapi ke 4 hal tersebut sangat jarang
terkumpul pada diri seorang wanita, maka cukuplah agama indahnya menjadi
pertimbangan penting bagimu, karena disitulah rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam mengaitkan keberuntungan, seraya bersabda "taribat yadaak (tanganmu
tidak akan rugi; maksudnya kamu akan beruntung)"
-pilihlah wanita yang penuh cinta; sehingga kamu bisa selalu
bermesraan dengannya, dan yang subur rahimnya; sehingga bisa melahirkan banyak
keturunan.
2. Jika kamu wanita;
-pilihlah lelaki yang dikenal sebagai lelaki yang baik agamanya;
karena seorang lelaki yang baik agamanya, tentu dia tahu hak-hak istri, dan
bagaimana dia memimpin keluarga. Lelaki yang baik agamanya; jika dia marah
kepadamu, marahnya tidak menyakitimu, dan jika dia menyayangimu, maka dia akan
sangat memuliakanmu.
3. Jika kamu laki-laki bukan, wanita juga bukan;
-pilihlah dunia lain! #astaghfirullahtobattobat
Untuk siapa pun yang ingin
menikah bag. 2;
1. Jika sudah ada yang dipilih
olehmu laki-laki;
-istikhorokan berkali-kali lagi,
ajukan proposal jodoh pilihanmu kepada Yang Maha Kuasa, dan berdo'alah dengan
do'a istikhoro' yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam.
-musyawarahkanlah pilihan jodohmu
dengan kedua orang tuamu, tokoh masyarakat, sahabat dekat, atau siapa saja yang
kamu anggap sebagi orang yang jujur dan amanah.
-segeralah ajukan lamaran,
datangilah walinya, busungkanlah dada tanda percaya diri, tundukkanlah
pandangan tanda pasrah total kepada Yang Maha Kuasa; apa pun keputusan dan
hasilnya nanti.
- janganlah takut ditolak,
seringkali perasaan takut itu tidak berdampak apa-apa, dan jangan pula terlalu
disedihkan oleh pikiran tentang persiapan ini-itu atau pikiran nanti bagaimana
ya, aduh bagaimana neh. #lamarsajadulu
-mulailah dengan langkah yang
penuh dengan 'azam, siapkan 2 ruang di hati untuk menampung 2 jawaban antara
"Ya" lamaran diterima atau "Tidak" lamaran ditolak. Dan
siapkan kata-kata indah yang nikmat didengar dan lega dirasa, untuk menanggapi
apa pun jawabannya, serta usahakan bibir tetap tersenyum, wajah sumringah,
walau hati bagai langit yang digerumuli awan-awan; entah awan putih yang
memberi teduh, atau awan hitam yang menyambar dan membuncah hujan.
-penuhilah kepala dengan prasangka
baik kepada Allah; sederhana saja, jika diterima insyaallah berarti itu jodoh
terbaik, jika ditolak alhamdulillah berarti Allah telah memalingkanmu dari
jodoh yang buruk.
-yakinlah ketika Allah
memalingkan kita dari sesuatu yang kita ingini, itu tandanya Allah sedang
merencanakan sesuatu yang jauh-jauh-jauh, sangat jauh lebih baik. renungilah
perkataan seorang hamba yang sholih berikut, "ketika Allah mengabulkan
keinginanku, aku bahagia sekali. tapi, ketika Allah tidak mengabulkan
keinginanku, maka aku bahagia beribu-ribu kali. karena yang pertama adalah
keinginanku, dan yang kedua adalah keinginan Allah. aku ridho dengan
keinginan-Nya."
-sadarlah bahwa seringkali kita
dipertemukan dengan orang yang salah sebelum kita dipertemukan dengan orang
yang tepat.
-bukalah hati untuk pilihan yang
baru #solusiterbaikinsyaallah
2. Jika sudah ada yang dipilih
olehmu wanita:
-istikhorokan berkali-kali lagi,
ajukan proposal jodoh pilihanmu kepada Yang Maha Kuasa, dan berdo'alah dengan
do'a istikhoro' yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam.
-musyawarahkanlah pilihan jodohmu
dengan kedua orang tuamu, tokoh masyarakat, sahabat dekat, atau siapa saja yang
kamu anggap sebagi orang yang jujur dan amanah.
-utuslah orang yang dapat dipercaya
untuk mengutarakan maksud hatimu kepada lelaki yang kamu pilih; Ibunda Khadijah
wanita terbaik dan mulia telah mencotohkan hal demikian, kamu wahai wanita
biasa, jangan sok gengsi deh #basi
-janganlah menunda-nunda dan
banyak memilih; padahal kamu sendiri tahu dan telah merasakan sendiri betapa
perihnya lama menanti; dan padahal kamu sendiri tahu bahwa banyak memilih hanya
akan menjadikanmu semakin buta dan dibutakan.
-penjarakanlah lelaki pilihanmu
dengan do'a-do'a, jika dia jodohmu, maka dia akan keluar sebagai pangeranmu,
jika dia bukan jodohmu, duh kasihan banget, kamu telah memenjarakan orang yang
salah, #bebaskandiasekarangjuga
-selebihnya, bacalah 3 poin
terakhir di laki-laki
3. Jika belum ada yang dipilih
olehmu laki-laki atau wanita;
-yah ampuunn, ngapain kamu baca
status ini #iniuntukkalangandewasa
#Semoga Allah selalu mempermudah
segala urusan dan upaya kita, serta memberkahinya sepanjang masa. Aaamiin.
Hidup Mulia dengan Memaafkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah Allah memberikan tambahan bagi seorang hamba yang gemar
memaafkan kesalahan orang lain, melainkan Allah menambahkan baginya kemuliaan.”
(HR. Muslim)
Imam Abu Zakariya atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam an
Nawawi rahimahullah, di dalam kitabnya riyadhush sholihin beliau mencantumkan
bab khusus tentang anjuran memaafkan kesalahan orang lain. Kurang lebih ada 5/7
ayat yang beliau kutip dari Al Qur’an dan ditambahkan kurang lebih 4/5 hadits
yang insyaallah semua derajatnya adalah shohih.
Salah satu ayat yang beliau kutip adalah firman Allah subhanahu wa
ta’ala (QS. Al A’raf 7 : 199),
“Jadilah seorang pemaaf, dan suruhlah orang-orang untuk mengerjakan
kebaikan dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”
Imam asy Sya’bi rahimahullah berkata, ketika Allah subhanahu wa
ta’ala menurunkan ayat ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallan, beliau
bertanya kepada Jibril ‘alaihis salam, “Apa ini wahai Jibril?” Jibril menjawab,
“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar kamu memaafkan orang yang
menzholimimu.”
Kemudian ayat yang lain adalah ayat yang berkaitan dengan Abu Bakar
Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, yaitu (QS. An Nur 24 : 22)
“Hendaklah memaafkan dan memberi toleran, tidakkah kamu senang jika
Allah subhanahu wa ta’ala mengampunimu. Dan Allah Maha Pengampun Maha
Penyayang.”
Suatu ketika Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu sangat marah
kepada anak bibinya atau sepupunya yaitu Misthah ibn Utsatsah. Abu Bakar Ash
Shiddiq radhiyallahu ‘anhu sangat peduli terhadapnya dan sering sekali membantu
kebutuhan hidupnya, namun lantaran
kesalahan yang telah diperbuatnya, maka Abu Bakar Ash Shiddiq marah besar dan
berkata, “Aku tidak sudi lagi memberikan bantuan kepadamu,” lalu kemudian
turunlah ayat tersebut diatas.
Oleh karena Abu bakar adalah orang yang memiliki hati yang lembut
dan khusyu’, maka seketika saja ayat tersebut merubah keputusannya. Beliau
langsung memaafkan kesalahan Misthah ibn Utsatsah seraya berkata, “Demi Allah,
sesungguhnya aku sangat senang jika Allah mengampuni dosaku. Dan demi Allah,
aku akan terus memberikan bantuan kepadamu selama-lamanya.”
Kemudian selanjutnya, firman Allah subhanahu wa ta’ala (QS. Al Hijr
15 : 85)
“Maka maafkanlah mereka dengan pemaafan yang indah.”
Imam As Sa’di rahimahullah di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan ‘memaafkan dengan pemaafan yang indah’ adalah memaafkan
secara total tanpa didahului dengan kata-kata yang menyakitkan dan tanpa ada responsif
perilaku yang buruk. Tidak menyisakan dendam dan kebencian di dalam hati.
Kemudian kita mengambil satu hadits yang sangat sarat dengan hikmah
dan pelajaran sebagai penutup hidangan ceramah ini, yaitu hadits Ibnu Mas’ud
radiyallahu ‘anhu, suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkisah
tentang seorang Nabi yang dipukuli, dikeroyok dan disiksa oleh kaumnya sampai
berdarah-darah, sedangkan dia hanya diam sambil mengusap darah yang bercucuran
di wajahnya, lalu berdo’a,
“Ya Allah ampunilah kaumku (ampunilah masyarakatku), sesungguhnya
mereka tidak mengetahui.”
Kemudian disini, kita simpulkan bahwa setiap kesalahan yang
dilakukan oleh orang lain, terlebih dia adalah seorang muslim, apalagi dia
adalah keluarga kita, kerabat kita; anak-istri kita, tetangga kita,
atasan/majikan kita, bawahan/pembantu kita, rekan kerja kita, maka sangatlah
berhak bagi kita untuk memaafkan kesalahan mereka. Karena yang namanya
kesalahan bukanlah untuk didendami atau dicacimaki, tapi untuk dimaafkan dan
diperbaiki.
Maka hendaknya kita ingat selalu firman Allah subhanahu wa ta’ala,
“Jadilah seorang pemaaf,” dan “Hendaklah memaafkan dan memberi toleran,” dan
kita pun berdo’a untuk mereka yang pernah berbuat salah kepada kita, “Ya Allah
ampunilah mereka, sesungguhnya mereka tidak tahu.”
Kala Aku Merindu
Kala aku merindu;
Aku bagai duduk di atas sampan, berada di tengah laut, tenang,
sendirian.
Ingin turun dari sampan, tersadar bahwa di bawahku adalah laut,
yang ada aku dilahap hiu atau paus.
Dan jika aku terus-terusan berada di atas sampan, lama-lama aku
jadi ikan gesek terpanggang panas matahari.
Kugunakan saja kayuh harapanku, mencari tepian pantai, tahu-tahu
aku lelah, terasa seakan semua anggota badan terpisah berantakan.
Kala aku merindu;
Aku bagai menahan beban batu besar di pundakku, terasa sungguh
jalanku kepayahan, terseyok-seyok.
Ingin kujatuhkan, tapi batu besar ini seperti sudah sangat melekat
di punggungku, tanganku pecah-pecah, punggungku berdarah-darah, keringat peluh
deras membuncah.
Kala aku merindu;
Aku seperti sedang duduk di sebuah gerbong kecil, menyusuri
terowonagn panjang yang gelap, pekat.
Aku tak bisa melihat apa-apa, bahkan sekedar melihat telapak
tanganku sendiri.
Rindu; perasaan abstrak, entah di sebelah mana letaknya di hati
ini.
Jika sekiranya rindu itu menempel di tangan, pastilah mungkin sudah
kupotong tangan ini.
Namun tersadar, apalah artinya jika aku hidup dengan sebelah tangan
yang terpotong.
Selasa, 21 April 2015
Ambillah Nasihat dan Doakan si Penasihat
Jika
ada orang yang bernasihat atau berkata baik, maka ambil lah nasihat dan kebaikan
itu.
Adapun
orangnya, maka doakanlah semoga pribadinya sesuai dengan nasihat dan perkataannya
sendiri.
Sungguh
ada seseorang yang sering menangis tersedu dalam hidupnya, karena sering merenungkan
betapa pandai dia bernasihat dan berkata, namun dia begitu kesulitan dalam
mengamalkan nasihat dan perkataannya tersebut.
Namun
yang dia tahu hanyalah satu hal yang selalu dia bisikkan dalam sanubarinya,
“Ilmu
yang Allah ajarkan kepadaku, harus aku sampaikan kepada orang lain, supaya mereka
dapat merasakan betapa manisnya ilmu yang datang dari Allah. Adapun aku yang
masih rapuh dan seperti kapas dalam beramal, maka semoga Allah mengampuniku. Aku
tidak ingin terkumpul 2 keburukan dalam diriku; menyembunyikan ilmu dan gagap beramal.
Dan aku ingin berpesan kepada orang-orang yang mengambil nasihat atau kata-kata
baik dariku, jika kelak kalian di syurga
dan melihatku di neraka, maka katakanlah kepada Allah, ‘ya Allah, sesungguhnya
orang ini adalah orang yang sering menasehati dan mengingatkan kami tentang-Mu,
maka masukkanlah dia ke syurga bersama kami.’ Semoga dengan begitu, Allah
merasa iba dan kasihan terhadapku.”
Sabtu, 10 Januari 2015
Cahaya Bersinar
*Jika kamu bisa baca Al Qur'an,
maka banyak-banyaklah bersyukur.
Sungguh malu jika seorang muslim
tidak mengerti kitab sucinya sendiri walau hanya sekedar membaca.
Belajarlah Al Qur'an dan
ajarkanlah manusia Al Qur'an.
Sesungguhnya kemulian seseorang terletak pada seberapa jauh dia mengerti dan memahami kitab Rabb-nya..
Sesungguhnya kemulian seseorang terletak pada seberapa jauh dia mengerti dan memahami kitab Rabb-nya..
*Jika ada 2 orang yang lewat berpapasan.
Maka yang terbaik dari keduanya adalah dia yang memulai menyapa dengan salam dan senyum.
Maka yang terbaik dari keduanya adalah dia yang memulai menyapa dengan salam dan senyum.
*Ibu; matahari di siang hari,
rembulan di malam hari.
Ia selalu bersinar memberi cahaya pada anak-anaknya.
Ia selalu bersinar memberi cahaya pada anak-anaknya.
Ibu, begitu indah kasihsayangmu.
Walau kau tahu anakmu ini nakal, berandal, durjana, tapi kau malah berbisik,
"Insyaallah, besok kamu akan menjadi lebih baik."
Walau kau tahu anakmu ini nakal, berandal, durjana, tapi kau malah berbisik,
"Insyaallah, besok kamu akan menjadi lebih baik."
:')
*Orang-orang tertawa terbahak-bahak
karena kebodohan, merayakan tahun baru, entah atas dasar apa?
Di sisi lain, ada orang yang
menangis tersedu-sedu memohonkan ampun untuk mereka.
"Ya Rabb, jika Engkau
mengazab mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu jua. Dan jika
Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Mulia lagi
Maha Bijaksana."
"Ya Allah, ampuni mereka..
sesungguhnya mereka tidak mengetahui apa-apa."
*Kamu boleh saja jatuh cinta pada
seseorang. Tapi ingat, cinta itu tidak mengharuskan berjodoh. Duh perih pedih
kayaknya. Hehe
So, jangan jatuh cinta terlalu
dalam pada seseorang sebelum menikah dengannya. Cinta yang sedang-sedang saja
dulu.
Adapun sekarang.Cintai Allah sesering kamu bernafas! Dia lebih hebat balasan cintanya.
Saat Hatimu Membaik
Saat kondisi hatimu dalam keadaan
baik, maka segerakanlah mendekat kepada Allah; berdzikir mengingat-Nya, membaca
Al Qur'an, sholat, berdoa, membaca, menulis, dan sebagainya.
Hati yang baik akan mudah
merasakan betapa manis dan nikmat menghabiskan waktu bersama-Nya.
Allah menyayangimu lebih daripada
sayangnya seorang ibu kepada anaknya.
Serius! Jangan ragu.
Karena keyakinanmu terhadap-Nya menentukan seberapa mulia posisimu di sisi-Nya.
Karena keyakinanmu terhadap-Nya menentukan seberapa mulia posisimu di sisi-Nya.
Berimanlah kepada Allah, kemudian
istiqamahlah!
Jika kamu punya ilmu, sampaikanlah!
Jika kamu punya harta, sedekahlah!
Jika kamu punya dosa, taubatlah!
Kemudian berkasihsayanglah terhadap saudara seagama.
Dan bertoleranlah terhadap nonmuslim (dalam hal sosialisai, tidak dalam hal ibadah dan keyakinan).
Jika kamu punya ilmu, sampaikanlah!
Jika kamu punya harta, sedekahlah!
Jika kamu punya dosa, taubatlah!
Kemudian berkasihsayanglah terhadap saudara seagama.
Dan bertoleranlah terhadap nonmuslim (dalam hal sosialisai, tidak dalam hal ibadah dan keyakinan).
Islam agama indah.
Ia sebagai rahmat, dan pemeluknya pun menjadi rahmat.
Ia sebagai rahmat, dan pemeluknya pun menjadi rahmat.
Aku Adalah Pohon
Aku adalah pohon.
Jika kau di dekatku, kau dapati naungan dan buah.
Jika kau tidak dapati apa-apa, maka potonglah dahan-dahanku; kau jadikan kayu bakar.
Dan jika aku menjadi abu, maka gunakanlah untuk mencuci karat-karat perabot dapur.
Atau biarkan saja angin menghempas, sehingga aku lenyap.
Jika kau di dekatku, kau dapati naungan dan buah.
Jika kau tidak dapati apa-apa, maka potonglah dahan-dahanku; kau jadikan kayu bakar.
Dan jika aku menjadi abu, maka gunakanlah untuk mencuci karat-karat perabot dapur.
Atau biarkan saja angin menghempas, sehingga aku lenyap.
Dari Aku Untuk Diriku
Wahai diriku, maafkanlah aku yang
tidak tegap.
Wahai diriku, maafkanlah aku yang tidak kuat.
Wahai diriku, maafkanlah aku yang tidak sehat.
Wahai diriku, maafkanlah aku yang tidak kuat.
Wahai diriku, maafkanlah aku yang tidak sehat.
Aku tiada kesungguhan.
Aku tiada keberanian.
Aku tiada kepastian.
Aku, gelagapan.
Aku tiada keberanian.
Aku tiada kepastian.
Aku, gelagapan.
Wahai diriku, sebenarnya siapa
aku?
Diriku dan aku, seakan beda tapi ko' menyatu.
Menyatu, tapi ko' beda.
Diriku, aku.
Aku, diriku.
Diriku dan aku, seakan beda tapi ko' menyatu.
Menyatu, tapi ko' beda.
Diriku, aku.
Aku, diriku.
Rabbi, sungguh Engkau Lebih Tahu.
Ampuni aku.
Ampuni aku.
Sahabat Pinggir Jalan
Dia dipandang sebelah mata,
mungkin.
Tapi aku ingin berteriak, "dia adalah sahabatku; memiliki hati, perasaan dan harapan yang tidak kalian tahu."
Tapi aku ingin berteriak, "dia adalah sahabatku; memiliki hati, perasaan dan harapan yang tidak kalian tahu."
Orang-orang duduk di bangku
kuliahan.
Dia duduk dipinggiran jalan.
Tapi siapa sangka moralnya lebih tinggi.
Pedulinya timbul dari hati.
Dia berempati terhadap penderitaan orang-orang disekitarnya.
Dia duduk dipinggiran jalan.
Tapi siapa sangka moralnya lebih tinggi.
Pedulinya timbul dari hati.
Dia berempati terhadap penderitaan orang-orang disekitarnya.
Dia boleh saja berdosa.
Tapi jangan dicela.
Dia mulia jika bertaubat.
Kalian hina karena mencela.
Tapi jangan dicela.
Dia mulia jika bertaubat.
Kalian hina karena mencela.
Semoga Allah mengganti tempat
duduknya.
Dari pinggiran jalan, ke dalam masjid.
Dari kesia-siaan, ke kebahagiaan.
Dia berhak meraih kemuliaan.
Dari pinggiran jalan, ke dalam masjid.
Dari kesia-siaan, ke kebahagiaan.
Dia berhak meraih kemuliaan.
#untuk sahabat-sahabat pinggiran jalan.
Perahu Kayu
Aku adalah perahu di tengah
lautan.
Tiada ombak. Tenang. Damai.
Hanya saja, sengatan mentari tak jarang bikin aku gerah. Panas. Terbakar.
Aku ingin berlabuh di satu pulau. Kelihatannya dekat. Tapi, ketika aku dekati, malah semakin menjelaskan bahwa pulau itu masih jauh.
Tiada ombak. Tenang. Damai.
Hanya saja, sengatan mentari tak jarang bikin aku gerah. Panas. Terbakar.
Aku ingin berlabuh di satu pulau. Kelihatannya dekat. Tapi, ketika aku dekati, malah semakin menjelaskan bahwa pulau itu masih jauh.
Di siang hari, aku cukup bersabar
menahan sengatan terik mentari yang semakin menjadi.
Di malam hari, walau terasa adem dan sepoinya angin, tapi tak jarang aku disibukkan oleh kehawatiran. Jangan-jangan akan ada badai yang menyesatkanku dan membawaku semakin jauh dari pulau yang aku tuju.
Di malam hari, walau terasa adem dan sepoinya angin, tapi tak jarang aku disibukkan oleh kehawatiran. Jangan-jangan akan ada badai yang menyesatkanku dan membawaku semakin jauh dari pulau yang aku tuju.
Dan sampai sekarang, aku masih
bertanya-tanya.
Sejak kapan aku di tengah laut? Siapa yang menyelosorkanku sampai ke tengah ini?
Jika dibolehkan, aku ingin menyelam tenggelam saja.
Tapi bodoh, aku baru tahu kalo aku adalah perahu kayu yang terapung.
Aku tak boleh rusak, harus selalu berbentuk.
Sebab, jika aku rusak, rusakku akan tampak.
Menjadi acak-acak kayu di tengah laut.
Sejak kapan aku di tengah laut? Siapa yang menyelosorkanku sampai ke tengah ini?
Jika dibolehkan, aku ingin menyelam tenggelam saja.
Tapi bodoh, aku baru tahu kalo aku adalah perahu kayu yang terapung.
Aku tak boleh rusak, harus selalu berbentuk.
Sebab, jika aku rusak, rusakku akan tampak.
Menjadi acak-acak kayu di tengah laut.
Aduhai, aku perahu.
Perahu kayu yang terapung.
Perahu kayu yang terapung.
Langganan:
Postingan (Atom)