Di
waktu Rasulullah SAW. sedang asyik bertawaf di Ka'bah, beliau mendengar seorang
di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: 'Ya Karim! Ya Karim!' Rasulullah s.a.w
menirunya membaca 'Ya Karim! Ya Karim!' Orang itu lalu berhenti di salah satu
sudut Ka'bah, dan berzikir lagi: 'Ya Karim! Ya Karim!' Rasulullah SAW yang
berada dibelakangnya mengikuti zikirnya 'Ya Karim! Ya Karim!' Merasa seperti di
olok-olokan, orang itu menoleh kebelakang dan terlihat olehnya seorang
laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu lalu
berkata: 'Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokan
ku, karena aku ini adalah orang Arab badui? Kalaulah bukan karena ketampananmu
dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad
Rasulullah.' Mendengar bicara orang badui itu, Rasulullah SAWtersenyum, lalu
bertanya: 'Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?''Belum,' jawab
orang itu. 'Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?' 'Saya percaya dengan mantap
atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan saya membenarkan
putusannya sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,' kata orang arab
badui itu pula. Rasulullah SAW pun berkata kepadanya: 'Wahai orang Arab!
Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!' Melihat
Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.'Tuan
ini Nabi Muhammad?!''Ya,' jawab Nabi SAW Dia segera tunduk untuk mencium kedua
kaki RasulullahSAW Melihat hal itu, Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab
itu, seraya berkata kepadanya: 'Wahai orang Arab! Janganlah berbuat serupa
itu.Perbuatan serupa itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada
juragannya.Ketahuilah, ALLAH mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang
takabur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi berita gembira
bagi orang yang beriman, dan membawa berita ancaman bagi yang mengingkarinya.'
Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia
berkata: 'Ya Muhammad! Rabb As-Salam (puncak keselamatan) menyampaikan salam
kepadamu dan bersabda: Katakanlah kepada orang Arab itu, agar tidak terpesona
dengan belas kasih ALLAH. Ketahuilah bahwa ALLAH akan menghisabnya di hari
Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!'.
Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula
berkata: 'Demi keagungan serta kemulian ALLAH, jika ALLAH akan membuat
perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan
denganNYA!' kata orang Arab badui itu. 'Apakah yang akan engkau perhitungkan
dengan ALLAH?' Rasulullah bertanya kepadanya. 'Jika ALLAH akan memperhitungkan
dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa besar maghfirahNYA,'
jawab orang itu. 'Jika DIA memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan
mem perhitungkan betapa keluasan pengampunanNYA. Jika DIA memperhitungkan
kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawananNYA!'.
Mendengar ucapan orang Arab badui itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan
betapa benarnya kata-kata orang Arab badui itu, air mata beliau meleleh
membasahi janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril AS turun lagi seraya
berkata: 'Ya Muhammad! Rabb As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda:
Berhentilah engkau dari menangis! Sungguh karena tangismu, penjaga Arasy lupa
dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang. Nah katakan kepada
temanmu itu, bahwa ALLAH tak akan menghisab dirinya, juga tak akan
memperhitungkan kemaksiatannya. ALLAH sudah mengampuni semua kesalahannya dan
ia akan menjadi temanmu di surga nanti!' Betapa sukanya orang Arab badui itu,
apabila mendengar berita tersebut. Ia lalu menangis karena tidak berdaya
menahan keharuan dirinya.
Melalui Blog sederhana ini, aku ingin meninggalkan pesan untuk kamu, kalian, dan mereka.
Sabtu, 31 Desember 2011
Senin, 26 Desember 2011
Allahu Akbar
ketika
wajah ini penat menghadapi dunia maka berwudulahh solusi yang terbaik,,,
ketika
tengah letih menghadapi cita-cita maka bertasbilah'''...
ketika
pundak tak mampu memikul amanat..maka bersujudlah...
jangan
menyerah karna lelah wahai kawankuuu,,,,
biarlah
kelelahan mengejar sampai ia lelah dengan sendirinya,,
ikhlaskanlah
semuanyaaa,,dan mendekatlah pada_Nya,,,,
dan
tunduklah dihadapan_Nya,, disaat yang lain angkuh..
agar
anda tetap teguh disaat yang lain runtuh…
agar
tanda tetap tegar disaat yang lain...terlempar,,,,,,,????
semoga
kita senantiasa menjalankan perintah_Nya
dan
selalu istiqomahhhh berada di jalan_Nya.....
amiiiiinnnn
Allahu
Akbar
Allahu
Akbar
Allahu
Akbar
Kamis, 22 Desember 2011
IBU
Bila ku ingat masa kecilku
Ku slalu menyusahkanmu
Bila ku ingat masa kanakku
Ku slalu mengecewakanmu
Banyak sekali pengorbananmu
Yang kau berikan padaku
Tanpa letih dan tanpa pamrih
Kau berikan semua itu
Engkaulah yang ku kasihi, engkaulah yang ku rindu
Ku harap slalu doamu dari dirimu ya ibu
Tanpa doamu takan ku raih,
Tanpa doamu takan ku capai
Segala cita yang ku inginkan dari diriku ya ibu
“ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan dosa ibu bapakku
dan kasihanilah mereka sebagaimana mereka mengasihiku diwaktu aku kecil”
Senin, 19 Desember 2011
Harapan-ku
Dalam hidup ini,,, tak banyak
yang aku harapkan. Kecuali beberapa hal saja, dibawah ini :
Aku ingin selalu bisa melangkahkan kaki menuju
rumah Allah
Aku ingin selalu bisa berbaris dengan kaum
muslimin dibarisan paling depan
Aku ingin selalu bisa bersujud dihadapan Allah ‘azza
wa jalla
Aku ingin selalu bisa menengadahkan tangan,
memohon dihadapan Yang Maha Kaya
lagi Maha Memenuhi keinginan hamba_Nya
lagi Maha Memenuhi keinginan hamba_Nya
Aku ingin selalu bisa bercerita dan curhat
dihadapan Yang Maha Mendengar
lagi Maha Memberi Jalan Keluar (solusi)
lagi Maha Memberi Jalan Keluar (solusi)
Aku ingin selalu bisa berdiri disepertiga malam,
terjaga dalam keheningan malam
dalam tahajjud dihadapan Sang Penguasa Alam
dalam tahajjud dihadapan Sang Penguasa Alam
Aku ingin selalu bisa membuka lembaran-lembaran
mushaf (al qur’an), membaca,
memahami, mentadaburi, dan mengamalkan apa yang terkandung didalamnya.
“Ya
Allah,,,
Hamba
menyadari akan lemahnya diri ini tanpa kekuatan dari_MU…
Hamba
menyadari akan jahilnya diri ini tanpa ilmu dari_Mu…
Hamba
menyadari akan faqirnya diri ini tanpa anugerah dari_Mu…
Hamba
menyadari…
Hamba
menyadari…
Hamba
menyadari…
Hamba
menyadari ya Allah…
Hanya
Engkau-lah satu-satunya Yang berhak untuk diibadahi
Maka
jadikanlah diri ini bahagia dengan selalu beribadah kepada_Mu
dengan
ikhlas dan mutaba’ah rasul_Mu
dan
jadikanlah diri ini selalu mencintai_Mu
dengan
cinta yang tidak pernah surut
sampai
aku kembali kepada_Mu
ya
Rabb ya Dzal jalaali wal ikroom”
Senin, 12 Desember 2011
Kebahagiaan
Ketika aku ingin kaya, aku lupa
bahwa hidup adalah sebuah kekayaan.
Ketika aku takut memberi, aku lupa bahwa yang aku miliki adalah pemberian.
Ketika aku merasa lemah, aku lupa bahwa dalam kelemahan Allah memberikan kekuatan.
Ketika aku takut rugi, aku lupa bahwa hidupku adalah sebuah keberuntungan karena bisa terlahir sebagai manusia dan bisa mengenal Allah . . .
Ternyata hidup ini sangat indah,jika kita selalu bersyukur dengan apa yang sudah ada.
Selalulah senang dan bebuat baik,jangan pernah berkata "esok kan masih ada waktu" tapi ada saatnya jarum jam berhenti.
Ada kalanya yang terindah bukanlah yang terbaik.
Yang sempurna tidak menjanjikan kebahagian..
Ketika aku takut memberi, aku lupa bahwa yang aku miliki adalah pemberian.
Ketika aku merasa lemah, aku lupa bahwa dalam kelemahan Allah memberikan kekuatan.
Ketika aku takut rugi, aku lupa bahwa hidupku adalah sebuah keberuntungan karena bisa terlahir sebagai manusia dan bisa mengenal Allah . . .
Ternyata hidup ini sangat indah,jika kita selalu bersyukur dengan apa yang sudah ada.
Selalulah senang dan bebuat baik,jangan pernah berkata "esok kan masih ada waktu" tapi ada saatnya jarum jam berhenti.
Ada kalanya yang terindah bukanlah yang terbaik.
Yang sempurna tidak menjanjikan kebahagian..
jika kita mau dan menerima semua
kekurangan dan kelebihan, maka itulah "KEBAHAGIAN".
"jika dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa : 'apakah yang telah Allah berikan untuk kalian?' mereka menjawab : 'Allah telah memberikan kami kebaikan'..."
Sabtu, 10 Desember 2011
Hari ini,, kita bisa memakai pakaian bagus nan indah lagi mahal.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita hanya bisa memakai sehelai kain, yaitu; kain kafan.
Hari ini,, kita bisa membeli sesuatu yang kita inginkan dengan uang yang kita punya.
Tapi,,
akan datang masa dimana uang tidak lagi berlaku bahkan kita tidak bisa menebus dosa-dosa kita dengannya.
Hari ini,, kita bisa memakan makanan yang nikmat dan lezat.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita-lah yang dimakan oleh cacing-cacing tanah.
Hari ini,, kita bisa berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai dan mereka pun mencintai kita.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita harus berpisah dengan mereka dan meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
Hari ini,, kita bisa melihat dunia yang luas beserta pemandangan-pemandangannya yang indah.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita tidak bisa melihat apa-apa, karena semuanya menjadi gelap.
Hari ini,, kita bisa tinggal di rumah dengan nyaman, tidur diatas kasur yang empuk beserta guling yang memanjakan.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita hanya beralaskan tanah, tanpa ada guling melainkan hanya kerikil-kerikil kecil.
Wahai jiwa yang tenang,,,
Wahai jiwa yang menyesali dirinya,,
Jadikanlah dunia ini sebagai ladang amal bagimu untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal,,, sungguh perjalanan disana lebih panjang lagi melelahkan.
Dan sebaik-baik bekal adalah takwa “wa tazawwaduu fa inna khairozzaadi at taqwa” berbekal-lah kalian, maka sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah takwa,,,
dan jadikanlah juga ketakwaan sebagai pakaianmu di dunia ini… “libaasuttaqwa dzalika khair” pakaian ketakwaan sungguh itulah sebaik-baik pakaian.
“inna akromakum ‘indallahi atqookum” orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita hanya bisa memakai sehelai kain, yaitu; kain kafan.
Hari ini,, kita bisa membeli sesuatu yang kita inginkan dengan uang yang kita punya.
Tapi,,
akan datang masa dimana uang tidak lagi berlaku bahkan kita tidak bisa menebus dosa-dosa kita dengannya.
Hari ini,, kita bisa memakan makanan yang nikmat dan lezat.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita-lah yang dimakan oleh cacing-cacing tanah.
Hari ini,, kita bisa berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai dan mereka pun mencintai kita.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita harus berpisah dengan mereka dan meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
Hari ini,, kita bisa melihat dunia yang luas beserta pemandangan-pemandangannya yang indah.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita tidak bisa melihat apa-apa, karena semuanya menjadi gelap.
Hari ini,, kita bisa tinggal di rumah dengan nyaman, tidur diatas kasur yang empuk beserta guling yang memanjakan.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita hanya beralaskan tanah, tanpa ada guling melainkan hanya kerikil-kerikil kecil.
Wahai jiwa yang tenang,,,
Wahai jiwa yang menyesali dirinya,,
Jadikanlah dunia ini sebagai ladang amal bagimu untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal,,, sungguh perjalanan disana lebih panjang lagi melelahkan.
Dan sebaik-baik bekal adalah takwa “wa tazawwaduu fa inna khairozzaadi at taqwa” berbekal-lah kalian, maka sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah takwa,,,
dan jadikanlah juga ketakwaan sebagai pakaianmu di dunia ini… “libaasuttaqwa dzalika khair” pakaian ketakwaan sungguh itulah sebaik-baik pakaian.
“inna akromakum ‘indallahi atqookum” orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Rabu, 30 November 2011
NAMA-KU....????
“Sesungguhnya seseorang itu; adalah pengajar dan pelajar,
selain dari itu maka ia adalah orang yang hina”
_Ali bin Abi Tholib_
Dari
perkataan ini, kita bisa sedikit merenungi bahwa ; jikalau kita adalah orang
yang berilmu (agama), maka hendaknya kita berbagi kepada orang lain yang
membutuhkan. Karena ilmu itu tidak akan pernah berbuah jikalau tidak pernah
ditanam. Dan sebelum menanam ilmu yang kita miliki, alangkah baiknya jikalau
kita telah mengetahui nikmat ilmu tersebut. Yaitu dengan mengaplikasikannya
pada diri kita sendiri terlebih dahulu. Adapun vitamin yang terkandung dalam
ilmu, maka itu adalah urusan Yang Maha Kuasa.
“tidaklah suatu pahala itu melainkan sudah menjadi urusan Allah azza wa
jalla, Dia memberi pahala kepada siapa saja yang ia kehendaki; dari
hamba-hamba_Nya yang selalu berbuat kebaikan”.
Dan,, jikalau kita
adalah orang yang mempunyai banyak bakat serta kelebihan-kelebihan yang tidak
dimiliki oleh orang lain, maka hendaknya dengan bakat/kelebihan yang kita
miliki, kita bisa menutupi kekurangan orang lain.
“Barangsiapa yang mampuh memberikan manfaat
kepada orang lain, maka hendaknya ia melakukan hal tersebut.
Dan jangan ada
kata TUNDA untuk berbuat baik, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berbuat baik”.
Tapi,, jikalau
kita adalah orang yang tidak mempunyai ilmu dan tidak pula ada bakat/kelebihan.
So,, “mau tidak mau” kita harus menjadi seorang pelajar. Kita mulai
belajar menggali bakat/kelebihan yang tersembunyi dibalik pribadi misterius
kita. Dan tak lupa, kita belajar untuk selalu ingat kepada Tuhan kita “Allah”.
“sesungguhnya segala karunia itu ada dalam
genggaman_Nya, Ia memberikan karunia tersebut kepada siapa yang Ia kehendaki”.
Terakhir,,, katakan :
“aku bukan orang hina, tapi aku orang punya
nama, NAMA-KU…..”
^_^
Jumat, 25 November 2011
Keutamaan Shalawat Kepada Nabi
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56)
Imam Al-Bukhari berkata, “Abul Aliyah berkata, “Shalawat Allah Ta’ala kepada beliau adalah pujian-Nya kepada beliau di hadapan para malaikat. Adapun shalawat para malaikat (kepada beliau) adalah bermakna doa (mereka untuk beliau).”
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya 10 kali”. (HR. Muslim: 384)
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَليلَةَ الْجُمُعَةِ, فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا.
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari dan malam Jumat, karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali”. (HR. Al-Baihaqi (3/249) dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1407)
Dari Ali bin Al-Husain radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda
لاَ تَجْعَلُوْا قَبْرِيْ عِيْداً، وَلاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قُبُوْراً، وَصَلُّوْا عَلَيَّ وَسَلِّمُوْا حَيْثُمَا كُنْتُمْ، فَسَيَبْلُغُنِيْ سَلاَمُكُمْ وَصَلاَتُكُمْ.
“Janganlah kalian menjadikan kuburku sebagai id dan jangan kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kubur. Bershalawat dan bertaslimlah (ucapkan salam) kalian kepadaku dimanapun kalian berada karena salam dan shalawat kalian akan sampai kepadaku”. (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Tahdzirus Sajid hal. 98-99)
Menjadikannya sebagai id misalnya mengunjunginya pada waktu-waktu tertentu.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِيْ حَتَّى أَرُدُّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ
“Tidak ada seorang pun yang mengucapkan taslim kepadaku kecuali Allah akan mengembalikan rohku sehingga saya bisa membalas taslimnya”. (HR. Abu Daud no. 2041, Ahmad: 2/527, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5679)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Kecelakaan atas seorang hamba yang namaku disebut di sisinya lantas dia tidak bershalawat kepadaku”. (HR. At-Tirmizi no. 3545 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Kami’ no. 3510)
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56)
Imam Al-Bukhari berkata, “Abul Aliyah berkata, “Shalawat Allah Ta’ala kepada beliau adalah pujian-Nya kepada beliau di hadapan para malaikat. Adapun shalawat para malaikat (kepada beliau) adalah bermakna doa (mereka untuk beliau).”
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya 10 kali”. (HR. Muslim: 384)
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَليلَةَ الْجُمُعَةِ, فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا.
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari dan malam Jumat, karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali”. (HR. Al-Baihaqi (3/249) dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1407)
Dari Ali bin Al-Husain radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda
لاَ تَجْعَلُوْا قَبْرِيْ عِيْداً، وَلاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قُبُوْراً، وَصَلُّوْا عَلَيَّ وَسَلِّمُوْا حَيْثُمَا كُنْتُمْ، فَسَيَبْلُغُنِيْ سَلاَمُكُمْ وَصَلاَتُكُمْ.
“Janganlah kalian menjadikan kuburku sebagai id dan jangan kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kubur. Bershalawat dan bertaslimlah (ucapkan salam) kalian kepadaku dimanapun kalian berada karena salam dan shalawat kalian akan sampai kepadaku”. (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Tahdzirus Sajid hal. 98-99)
Menjadikannya sebagai id misalnya mengunjunginya pada waktu-waktu tertentu.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِيْ حَتَّى أَرُدُّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ
“Tidak ada seorang pun yang mengucapkan taslim kepadaku kecuali Allah akan mengembalikan rohku sehingga saya bisa membalas taslimnya”. (HR. Abu Daud no. 2041, Ahmad: 2/527, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5679)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Kecelakaan atas seorang hamba yang namaku disebut di sisinya lantas dia tidak bershalawat kepadaku”. (HR. At-Tirmizi no. 3545 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Kami’ no. 3510)
Penjelasan ringkas:
Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- menyatakan dalam Tafsirnya (3/528) Itentang ayat di atas, “Maksud dari ayat ini adalah bahwa Allah mengabarkan kepada para hamba-Nya mengenai kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di hadapan penghuni alam atas (langit). Bahwa Dia memuji-mujinya di hadapan para malaikat yang didekatkan dan bahwa para malaikat juga bershalawat kepada beliau. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan penghuni alam bawah (bumi) untuk mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau, sehingga berkumpullah pujian dari penghuni kedua alam -atas dan bawah- seluruhnya kepada beliau”.
Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- menyatakan dalam Tafsirnya (3/528) Itentang ayat di atas, “Maksud dari ayat ini adalah bahwa Allah mengabarkan kepada para hamba-Nya mengenai kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di hadapan penghuni alam atas (langit). Bahwa Dia memuji-mujinya di hadapan para malaikat yang didekatkan dan bahwa para malaikat juga bershalawat kepada beliau. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan penghuni alam bawah (bumi) untuk mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau, sehingga berkumpullah pujian dari penghuni kedua alam -atas dan bawah- seluruhnya kepada beliau”.
Ar-Rasul shallallahu alaihi wasallam mempunyai
banyak hak dari umatnya. Di antara hak tersebut adalah cintai kepada beliau.
Dan di antara bentuk mencintai beliau adalah memperbanyak shalawat kepada
beliau kapanpun -terlebih jika ada dalil yang menyebutkan keutamaan shalawat
pada hari tertentu seperti pada hari dan malam jumat-dan dimanapun kita berada
-apalagi jika ada dalil khusus yang menunjukkan tempat tertentu disunnahkan
shalawat di situ, seperti ketika akan keluar masuk masjid-.
Karena sangat besarnya hak beliau shallallahu
alaihi wasallam yang satu ini, sampai-sampai Allah Ta’ala memerintahkan para
malaikat dan seluruh kaum mukminin agar bershalawat kepada Nabi. Dan Nabi
mengabarkan bahwa siapa saja yang bershalawat untuk beliau sekali maka Allah
akan membalas shalawatnya sebanyak 10 kali. Bahkan Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam mengancam dengan doa kecelakaan atas siapa saja yang tidak
bershalawat kepada beliau ketika nama beliau disebut. Maka ini semakin
mengutkan pendapat sebagian ulama yang menyatakan wajibnya bershalawat kepada
Nabi shallallahu alaihi wasallam setiap kali nama beliau disebut.
Dan di antara keistimewaan dan kemudahan ibadah
yang satu ini, seorang muslim tidak perlu repot-repot untuk mendatangi kubur
Nabi shallallahu alaihi wasallam jika hanya sekedar ingin mengirim shalawat dan
salam. Karena dimanapun seseorang, tatkala dia membaca shalawat maka shalawat
ini akan diantar oleh para malaikat kepada Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam, lalu Allah akan mengembalikan roh beliau ke jasad beliau guna
menjawab salam umat beliau.
NENEK PEMUNGUT DAUN
Kiriman dari seorang sahabat,
diambil dari milis kisah hikmah :
Kisah ini membuat bulu kuduk saya
merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta
Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal
dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang
luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat
Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah saw?
Insya Allah, Bermanfaat dan dapat
dipetik Hikmahnya.
“Nenek Pemungut Daun”
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual
bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh.
Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota
itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca
wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia
mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar
dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.
Tentu saja agak lama ia membersihkan
halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh
menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh
iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan
dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan
langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan
rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali
lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu
sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka
kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan
kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”
Singkat cerita, nenek itu
dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.
Seorang kiai terhormat diminta
untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa
ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau
menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan
rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang ia sudah meninggal
dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.
“Saya ini perempuan bodoh, pak
Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar
saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat
Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan
satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi
menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat
kepadanya.”
Wassalam,
Kamis, 17 November 2011
Ampuni aku ya Rabb
oleh : Abdul 'Aziz
Aku duduk sambil
tersungut di pojok beranda masjid. Hatiku geram. Sesekali gemerutuk gigi-gigi
geraham yang bertubrukan menggoyang-goyang pipiku. Hembusan nafas antara putus
asa dan rasa marah kulempar berulangkali. Kalau saja bukan karena di masjid,
ingin segera kutumpahkan segala caci maki dan kejengkelanku sampai aku puas.
Puas menumpahkan emosi kepada siapa yang telah menzalimi diriku.
Pandanganku
menyapu tangga masjid tua itu sekali lagi. Dari satu pojok ke pojok yang lain. Dari satu tangga ke
tangga yang lain. Bahkan rak sepatu dan sandal di sisi tempat penitipan barang
telah aku periksa berungkali. Tapi hasilnya nihil. Akhirnya aku menerima
kehilangan itu dengan terpaksa. Terpaksa menahan marah, jengkel, kecewa di
”Rumah” Tuhan. Terpaksa pula kehilangan kesabaran karena dizalimi di ”Rumah”
Tuhan.
Tiba-tiba entah
dari mana datangnya, seorang kakek tua berjubah putih telah duduk persis di
samping kananku. Aku setengah takjub. Belum hilang rasa jengkelku karena
kecurian, kedatangan pria yang seolah misterius ini menambah kalut mesin
beripikir di kepalaku. Meskipun begitu, sejenak aku terhibur. Ia tersenyum amat
berwibawa. Wajahnya berseri. Janggutnya yang lebat rapih menyihirku. Ia
menatapku dalam menghujam.
”Apa yang Engkau
risaukan, anak muda?”, sapanya. Suaranya khas sekali. Berat dan kharismatik.
”Bapak, siapa?”,
kujawab sapaannya dengan balik bertanya.
”Sama seperti
kamu, anak muda. Hamba Tuhan. Mengapa wajahmu kelihatan marah dan tertekan?”,
ia kembali bertanya tentang perasaanku.
”Saya kehilangan
sandal. Sandal seharga duaratus limapuluh ribu. Baru saya pakai sakali ini”,
jawab saya datar tidak seperti lahar kejengkelan yang membara sebelum bertemu
laki-laki sepuh ini.
”Cuma sandal?”,
ia balik bertanya mendengara jawaban saya.
”Ya, memang cuma
sandal. Tapi harganya cukup mahal”, kilahku.
”Duaratus
limapuluh ribu, itu harga yang murah. Belum sebanding”, kali ini pernyataannya
lebih ditekan. Perasaanku ikut tertekan.
Sejurus, lelaki
sepuh berjubah putih itu berdiri. Tangannya diulurkan ke arahku. Anggukan
kepalnya memberi isyarat, agar aku mengikuti langkahnya. Aku menurut saja.
”Mari saya
carikan obat”.
Obat? Aku tak
butuh obat pikirku. Kalaupun yang kubutuhkan sekarang adalah sandalku kembali.
Aku juga butuh tahu siapa orang yang telah mencurinya. Kalau perlu aku akan
menghajarnya karena telah mengambil milik orang yang bukan haknya.
Aku terus
mengikutinya hingga sampai di suatu tempat yang mirip pasar tradisional tapi
lengang. Aku dibawanya mampir ke sebuah toko. Susana di sekitar toko itu pun
sepi. Hanya ada satu dua orang saja yang melintas dan melihat-lihat barang yang
dijual. Kesepiannya mengantarku seperti tengah berada di negeri asing. Suasana
dan orang-orang yang kujumpai asing. Orang yang mengajakku pun asing. Lalu, Aku
ditunjukkan pada pemilik toko yang juga asing. Aku kemudian tahu, ia menjual
sepatu dan sandal-sandal bekas.
”Anak muda,
singgahlah sebentar dan tumpahkan kekesalanmu pada pemilik toko ini.
Mudah-mudahan hatimu ridha atas sandalmu. Sandalmu belum sebanding”. Aku belum
tetap mengerti maksud ucapan ”belum sabanding” lelaki sepuh itu. Aku ingin
menanyakannya, tetapi ia keburu menghilang. Entah kemana.
Tapak kakiku
terasa panasperih. Kerikil dan tanah kering yang terbakar terik matahari,
leluasa menusuk-nusuk hingga ke ujung jari kakiku yang tak lagi bersandal.
Kakiku tersiksa oleh keculasan si pencuri. Dia telah memecah-mecah tumitnya
hingga menyisakan garis-garis hitam. Jelek dan kusam. Yang kumaki kini bukan
lagi si pencuri sandal, tapi juga kuratapi nasib kedua kakiku.
Kuhampiri lebih
dekat toko itu. Lebih dekat, kulihat sosok laki-laki bersurban duduk bersila di
atas dipan. Gamisnya menutup tubuhnya hingga kedua kakinyapun tersembunyi.
Melihat kedatanganku dan mendekat, laki-laki itu tersenyum dan menyambut
hangat. Tapi sedikitpun ia tidak bergeser dari duduknya. Hanya mempersilahkan
aku melihat-lihat barang bekasnya.
”Silahkan anak
muda. Barangkali ada yang berkenan di hatimu”, laki-laki itu menyapa dan
menawarkan dagangannya. Aku merasa ada baiknya memilih sepasang.
” Terima kasih.
Kalau bukan karena pencuri sialan itu, mungkin saya tidak akan sampai di sini”.
Aku mulai memaki lagi nasib buruk beberapa saat lalu. Tanpa terasa keluhan atas
semua kesialanku tertumpah. Kumaki habis pencuri sandal mahalku itu seolah ia
tepat di depanku. Suaraku geram, mataku jalang dan lidah kemarahanku
menyambar-nyambar dinding caci maki dan menumpahkannya sebanyak mungkin sampai
aku capek sendiri.
”Inna lillahi wa
innaa ilaihi rooji’uun. Sebegitu marah dan kecewanyakah Engkau anak muda?”,
tiba-tiba laki-laki pemilik toko itu bicara. Segera Aku sepenuhnya sadar, bahwa
pemilik toko itu menangkap semua emosi yang kutumpahkan. Umpat, caci maki dan
seribu kata keji mungkin ia tangkap pula seluruhnya. Menatap matanya, aku malu.
Mendengar responnya, aku membisu.
”Marah dan
kata-kata kasarmu tidak sebanding dengan sandalmu yang dicuri. Jika si pencuri
itu hadir di matamu, luka hatinya atas cacianmu tidak sepadan dengan luka memar
di kakimu itu. Padahal kamu belum tahu alasan mengapa ia mencuri”, pemilik toko
itu menghujam ulu hatiku dengan ucapannya yang tajam lagi datar. Aku
terperangah dengan muka memerah. Kini aku jadi bulan-bulanan atas mulutku
sendiri.
Laki-laki itu
melanjutkan, ” padahal bisa jadi ia mencuri karena terpaksa, bukan semata-mata
karena kebiasaannya mencuri. Mungkin karena lapar, anak dan isterinya juga
kelaparan atau karena satu dan lain hal sehingga memaksanya mengambil milik
orang lain”.
”Tapi, mungkin
juga karena memang orang itu terbiasa mencuri, bukan? Bahkan dilakukannya di
masjid, Rumah Tuhan”, Aku mencoba membela diri.
”Mungkin juga.
Bahkan karena nekatnya, di masjid pun ia lakukan. Namun, sikapmu menerima
situasi demikian tidak pantas Anak Muda. Caci dan makianmu tidak mengembalikan
sandalmu yang hilang, sementara mulutmu telah tidak sadar kau kotori dengan
dosa oleh cacianmu itu”.
Ulu hatiku
semakin sakit. Aku yang tengah dirundung sial terus terpojok. Aku membatin.
Tapi, kata-kata penjaga toko itu perlahan mempengaruhi kesadaranku. Ego dan
amarahku hampir redup disiram bijak kata-katanya, meskipun letupan-letupan
dendam kesumat kecil masih timbul tenggelam di ujung nafsu amarah.
”Sandal itu
cukup mahal bagi saya. Dua ratus lima
puluh ribu hampir seperdelapan dari gaji saya setiap bulan untuk harganya. Lagi
pula, baru sekali ini saya pakai. Wajar kan
jika saya kecewa dan marah?”, Aku masih mencoba bertahan di antara sisa-sisa
ke-Aku-an yang kian padam.
Laki-laki
pemilik toko itu hanya tersenyum mendengar pembelaanku. Kepalanya
menggeleng-geleng ritmis. Alisnya yang bertaut bergerak ke atas mengikuti gerak
tubuhnya yang bergeser mendekati tepi dipan.
“ Engkau masih
beruntung, Anak muda. Karena cuma sandalmu yang hilang. Harga dirimu tidak
koyak, rasa malumu tetap terjaga dan kepercayaan dirimu masih utuh. Kamu masih
patut bersyukur sebab masih dapat berjalan tegak meskipun tanpa sandal. Kamu
tidak pantas menjadi laki-laki rapuh dihantam marah hanya karena kehilangan
harga dua ratus lima
puluh ribu saja. Lihatlah keadaanku”.
Laki-laki itu
menyingkap ujung bawah gamisnya. Aku terkesiap. Ya Tuhan, dua kakinya buntung
sebatas pergelangan. Aku merinding disergap ngeri. Tenggorokanku kering
kerontang seketika. Inikah arti dari ucapan ”belum sebanding” orang sepuh
beberapa saat lalu?
”Aku kehilangan
dua pergelangan kaki, Anak muda. Aku juga tidak tahu berapa harga kedua kaki
itu. Yang kuingat bahwa kecelakaan kerja yang kualami lima tahun lalu merenggut keduanya. Aku masih
bersyukur nyawaku selamat. Allah masih menyayangiku. Lagi pula Aku tidak pernah
membayar untuk sepasang kaki itu. Gratis. Kecelakaan itu adalah sunnatullah
bahwa Yang Maha Memberi, meminta kaki yang dititipkan padaku dikembalikan
pada-Nya. Kamu masih lebih beruntung berlipat-lipat. Allah hanya meminta
sandalmu, bukan kakimu. Lihatlah, kakimu masih menapak dengan jemarinya yang
masih utuh”.
Aku membatu
dalam kebisuan. Hancur lebur sudah kemarahan yang sejak tadi kumanjakan.
Gemuruh dadaku berubah warna dari merah membara menjadi putih kebiruan. Sejuk,
lumer dan dan akhirnya kerdil.
” Anak muda,
jangan pernah berpikir absolut bahwa apa yang selama ini kita genggam adalah
milik kita. Semua hal yang Kau pandang sebagai kekayaan, apapun wujudnya,
hakikatnya hanya titipan. Manusia hanya sebatas diberi hak untuk memanfaatkan
dalam kebaikan. Bukan memiliki sekehendak hati, apalagi dengan membabi buta
seperti orang yang lupa bahwa dunai ini pun akan ditinggalkannya. Kalau hanya sekedar
sandal saja Engkau sudah begitu takabur, bagaimana dengan kehidupanmu yang
kelak juga akan diambil-Nya?”.
Habis sudah
diriku. Habis sudah egoku. Air hangat meleleh dari kedua kelopak mataku. Dadaku
sesak oleh luapan tangis yang kutahan sedapat mungkin. Tagi guncangannya tak
kuat kutahan. Sampai kemudian aku sadar sesadar sadarnya.
”Ayah, bangun
Yah, sudah jam empat”.
Antara jaga dan
tidur aku merasakan sentuhan lembut di pundaku. Suara yang amat kukenal
membangunkanku dari selimut malam dan menghentikan dengkurnya. Aku bangun
dengan kelopak mata yang basah. Aku menangis dalam tidur, tapi air mata dan
penggalan mimpi terbawa di alam jaga. Aku benar-benar hanyut. Jauh, jauh
sekali. Ya Allah mimpi apa itu? Apakah Engkau tengah menegurku sebab beberapa minggu
lalu Aku sempat mengeluh lama karena kehilangan telepon genggam untuk yang
kedua kali?
Alhamdulillah,
Aku masih hidup dan masih diberi kesempatan menghirup udara pagi. Ya Allah,
rizki yang kau beri memang datang dan pergi silih berganti. Ampuni Aku Ya Rabb.
Langganan:
Postingan (Atom)