Sabtu, 31 Desember 2011

Rasulullah SAW dan Seorang Arab Badui


Di waktu Rasulullah SAW. sedang asyik bertawaf di Ka'bah, beliau mendengar seorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: 'Ya Karim! Ya Karim!' Rasulullah s.a.w menirunya membaca 'Ya Karim! Ya Karim!' Orang itu lalu berhenti di salah satu sudut Ka'bah, dan berzikir lagi: 'Ya Karim! Ya Karim!' Rasulullah SAW yang berada dibelakangnya mengikuti zikirnya 'Ya Karim! Ya Karim!' Merasa seperti di olok-olokan, orang itu menoleh kebelakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu lalu berkata: 'Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokan ku, karena aku ini adalah orang Arab badui? Kalaulah bukan karena ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.' Mendengar bicara orang badui itu, Rasulullah SAWtersenyum, lalu bertanya: 'Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?''Belum,' jawab orang itu. 'Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?' 'Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan saya membenarkan putusannya sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,' kata orang arab badui itu pula. Rasulullah SAW pun berkata kepadanya: 'Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!' Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.'Tuan ini Nabi Muhammad?!''Ya,' jawab Nabi SAW Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki RasulullahSAW Melihat hal itu, Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya: 'Wahai orang Arab! Janganlah berbuat serupa itu.Perbuatan serupa itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya.Ketahuilah, ALLAH mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi berita gembira bagi orang yang beriman, dan membawa berita ancaman bagi yang mengingkarinya.' Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata: 'Ya Muhammad! Rabb As-Salam (puncak keselamatan) menyampaikan salam kepadamu dan bersabda: Katakanlah kepada orang Arab itu, agar tidak terpesona dengan belas kasih ALLAH. Ketahuilah bahwa ALLAH akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!'. Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata: 'Demi keagungan serta kemulian ALLAH, jika ALLAH akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan denganNYA!' kata orang Arab badui itu. 'Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan ALLAH?' Rasulullah bertanya kepadanya. 'Jika ALLAH akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa besar maghfirahNYA,' jawab orang itu. 'Jika DIA memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan mem perhitungkan betapa keluasan pengampunanNYA. Jika DIA memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawananNYA!'. Mendengar ucapan orang Arab badui itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badui itu, air mata beliau meleleh membasahi janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril AS turun lagi seraya berkata: 'Ya Muhammad! Rabb As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda: Berhentilah engkau dari menangis! Sungguh karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang. Nah katakan kepada temanmu itu, bahwa ALLAH tak akan menghisab dirinya, juga tak akan memperhitungkan kemaksiatannya. ALLAH sudah mengampuni semua kesalahannya dan ia akan menjadi temanmu di surga nanti!' Betapa sukanya orang Arab badui itu, apabila mendengar berita tersebut. Ia lalu menangis karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.

Senin, 26 Desember 2011

Allahu Akbar

ketika wajah ini penat menghadapi dunia maka berwudulahh solusi yang terbaik,,,
ketika tengah letih menghadapi cita-cita maka bertasbilah'''...
ketika pundak tak mampu memikul amanat..maka bersujudlah...
jangan menyerah karna lelah wahai kawankuuu,,,,
biarlah kelelahan mengejar sampai ia lelah dengan sendirinya,,
ikhlaskanlah semuanyaaa,,dan mendekatlah pada_Nya,,,,
dan tunduklah dihadapan_Nya,, disaat yang lain angkuh..
agar anda tetap teguh disaat yang lain runtuh…
agar tanda tetap tegar disaat yang lain...terlempar,,,,,,,????
semoga kita senantiasa menjalankan perintah_Nya
dan selalu istiqomahhhh berada di jalan_Nya.....
amiiiiinnnn

Allahu Akbar
Allahu Akbar
Allahu Akbar


Kamis, 22 Desember 2011

IBU


Bila ku ingat masa kecilku
Ku slalu menyusahkanmu
Bila ku ingat masa kanakku
Ku slalu mengecewakanmu

Banyak sekali pengorbananmu
Yang kau berikan padaku
Tanpa letih dan tanpa pamrih
Kau berikan semua itu

Engkaulah yang ku kasihi, engkaulah yang ku rindu
Ku harap slalu doamu dari dirimu ya ibu

Tanpa doamu takan ku raih,
Tanpa doamu takan ku capai
Segala cita yang ku inginkan dari diriku ya ibu


“ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan dosa ibu bapakku dan kasihanilah mereka sebagaimana mereka mengasihiku diwaktu aku kecil”

Senin, 19 Desember 2011

Harapan-ku

                Dalam hidup ini,,, tak banyak yang aku harapkan. Kecuali beberapa hal saja, dibawah ini :

    Aku ingin selalu bisa melangkahkan kaki menuju rumah Allah
      Aku ingin selalu bisa berbaris dengan kaum muslimin dibarisan paling depan
    Aku ingin selalu bisa bersujud dihadapan Allah ‘azza wa jalla
  Aku ingin selalu bisa menengadahkan tangan, memohon dihadapan Yang Maha Kaya
lagi Maha Memenuhi keinginan hamba_Nya
Aku ingin selalu bisa bercerita dan curhat dihadapan Yang Maha Mendengar
lagi Maha Memberi Jalan Keluar (solusi)
 Aku ingin selalu bisa berdiri disepertiga malam, terjaga dalam keheningan malam
dalam tahajjud dihadapan Sang Penguasa Alam
  Aku ingin selalu bisa membuka lembaran-lembaran mushaf (al qur’an), membaca, memahami, mentadaburi, dan mengamalkan apa yang terkandung didalamnya.

“Ya Allah,,,
Hamba menyadari akan lemahnya diri ini tanpa kekuatan dari_MU…
Hamba menyadari akan jahilnya diri ini tanpa ilmu dari_Mu…
Hamba menyadari akan faqirnya diri ini tanpa anugerah dari_Mu…
Hamba menyadari…
Hamba menyadari…
Hamba menyadari…
Hamba menyadari ya Allah…
Hanya Engkau-lah satu-satunya Yang berhak untuk diibadahi
Maka jadikanlah diri ini bahagia dengan selalu beribadah kepada_Mu
dengan ikhlas dan mutaba’ah rasul_Mu
dan jadikanlah diri ini selalu mencintai_Mu
dengan cinta yang tidak pernah surut
sampai aku kembali kepada_Mu
ya Rabb ya Dzal jalaali wal ikroom”



Senin, 12 Desember 2011

Kebahagiaan


Ketika aku ingin kaya, aku lupa bahwa hidup adalah sebuah kekayaan.

Ketika aku takut memberi, aku lupa bahwa yang aku miliki adalah pemberian.

Ketika aku merasa lemah, aku lupa bahwa dalam kelemahan Allah memberikan kekuatan.

Ketika aku takut rugi, aku lupa bahwa hidupku adalah sebuah keberuntungan karena bisa terlahir sebagai manusia dan bisa mengenal Allah . . .

Ternyata hidup ini sangat indah,jika kita selalu bersyukur dengan apa yang sudah ada.
Selalulah senang dan bebuat baik,jangan pernah berkata "esok kan masih ada waktu" tapi ada saatnya jarum jam berhenti.
Ada kalanya yang terindah bukanlah yang terbaik.
Yang sempurna tidak menjanjikan kebahagian..
jika kita mau dan menerima semua kekurangan dan kelebihan, maka itulah "KEBAHAGIAN".

"jika dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa : 'apakah yang telah Allah berikan untuk kalian?' mereka menjawab : 'Allah telah memberikan kami kebaikan'..." 


Sabtu, 10 Desember 2011

Hari ini,, kita bisa memakai pakaian bagus nan indah lagi mahal.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita hanya bisa memakai sehelai kain, yaitu; kain kafan.

Hari ini,, kita bisa membeli sesuatu yang kita inginkan dengan uang yang kita punya.
Tapi,,
akan datang masa dimana uang tidak lagi berlaku bahkan kita tidak bisa menebus dosa-dosa kita dengannya.

Hari ini,, kita bisa memakan makanan yang nikmat dan lezat.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita-lah yang dimakan oleh cacing-cacing tanah.

Hari ini,, kita bisa berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai dan mereka pun mencintai kita.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita harus berpisah dengan mereka dan meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.

Hari ini,, kita bisa melihat dunia yang luas beserta pemandangan-pemandangannya yang indah.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita tidak bisa melihat apa-apa, karena semuanya menjadi gelap.

Hari ini,, kita bisa tinggal di rumah dengan nyaman, tidur diatas kasur yang empuk beserta guling yang memanjakan.
Tapi,,
akan datang masa dimana kita hanya beralaskan tanah, tanpa ada guling melainkan hanya kerikil-kerikil kecil.



Wahai jiwa yang tenang,,,
Wahai jiwa yang menyesali dirinya,,

Jadikanlah dunia ini sebagai ladang amal bagimu untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal,,, sungguh perjalanan disana lebih panjang lagi melelahkan.
Dan sebaik-baik bekal adalah takwa “wa tazawwaduu fa inna khairozzaadi at taqwa” berbekal-lah kalian, maka sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah takwa,,,
dan jadikanlah juga ketakwaan sebagai pakaianmu di dunia ini… “libaasuttaqwa dzalika khair” pakaian ketakwaan sungguh itulah sebaik-baik pakaian.

“inna akromakum ‘indallahi atqookum” orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.

Rabu, 30 November 2011

NAMA-KU....????

“Sesungguhnya seseorang itu; adalah pengajar dan pelajar,
selain dari itu maka ia adalah orang yang hina”
_Ali bin Abi Tholib_
               
                Dari perkataan ini, kita bisa sedikit merenungi bahwa ; jikalau kita adalah orang yang berilmu (agama), maka hendaknya kita berbagi kepada orang lain yang membutuhkan. Karena ilmu itu tidak akan pernah berbuah jikalau tidak pernah ditanam. Dan sebelum menanam ilmu yang kita miliki, alangkah baiknya jikalau kita telah mengetahui nikmat ilmu tersebut. Yaitu dengan mengaplikasikannya pada diri kita sendiri terlebih dahulu. Adapun vitamin yang terkandung dalam ilmu, maka itu adalah urusan Yang Maha Kuasa. 

“tidaklah suatu pahala itu melainkan sudah menjadi urusan Allah azza wa jalla, Dia memberi pahala kepada siapa saja yang ia kehendaki; dari hamba-hamba_Nya yang selalu berbuat kebaikan”.


Dan,, jikalau kita adalah orang yang mempunyai banyak bakat serta kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, maka hendaknya dengan bakat/kelebihan yang kita miliki, kita bisa menutupi kekurangan orang lain. 

“Barangsiapa yang mampuh memberikan manfaat kepada orang lain, maka hendaknya ia melakukan hal tersebut. 
Dan jangan ada kata TUNDA untuk berbuat baik, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”.


Tapi,, jikalau kita adalah orang yang tidak mempunyai ilmu dan tidak pula ada bakat/kelebihan. So,, “mau tidak mau”  kita harus menjadi seorang pelajar. Kita mulai belajar menggali bakat/kelebihan yang tersembunyi dibalik pribadi misterius kita. Dan tak lupa, kita belajar untuk selalu ingat kepada Tuhan kita “Allah”. 

“sesungguhnya segala karunia itu ada dalam genggaman_Nya, Ia memberikan karunia tersebut kepada siapa yang Ia kehendaki”.


Terakhir,,, katakan : 

“aku bukan orang hina, tapi aku orang punya nama, NAMA-KU…..”

^_^

Jumat, 25 November 2011

Keutamaan Shalawat Kepada Nabi



Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56)
Imam Al-Bukhari berkata, “Abul Aliyah berkata, “Shalawat Allah Ta’ala kepada beliau adalah pujian-Nya kepada beliau di hadapan para malaikat. Adapun shalawat para malaikat (kepada beliau) adalah bermakna doa (mereka untuk beliau).”
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya 10 kali”. (HR. Muslim: 384)
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَليلَةَ الْجُمُعَةِ, فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا.
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari dan malam Jumat, karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali”. (HR. Al-Baihaqi (3/249) dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1407)
Dari Ali bin Al-Husain radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda
لاَ تَجْعَلُوْا قَبْرِيْ عِيْداً، وَلاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قُبُوْراً، وَصَلُّوْا عَلَيَّ وَسَلِّمُوْا حَيْثُمَا كُنْتُمْ، فَسَيَبْلُغُنِيْ سَلاَمُكُمْ وَصَلاَتُكُمْ.
“Janganlah kalian menjadikan kuburku sebagai id dan jangan kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kubur. Bershalawat dan bertaslimlah (ucapkan salam) kalian kepadaku dimanapun kalian berada karena salam dan shalawat kalian akan sampai kepadaku”. (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Tahdzirus Sajid hal. 98-99)
Menjadikannya sebagai id misalnya mengunjunginya pada waktu-waktu tertentu.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِيْ حَتَّى أَرُدُّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ
“Tidak ada seorang pun yang mengucapkan taslim kepadaku kecuali Allah akan mengembalikan rohku sehingga saya bisa membalas taslimnya”. (HR. Abu Daud no. 2041, Ahmad: 2/527, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5679)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Kecelakaan atas seorang hamba yang namaku disebut di sisinya lantas dia tidak bershalawat kepadaku”. (HR. At-Tirmizi no. 3545 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Kami’ no. 3510)
Penjelasan ringkas:
Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- menyatakan dalam Tafsirnya (3/528) Itentang ayat di atas, “Maksud dari ayat ini adalah bahwa Allah  mengabarkan kepada para hamba-Nya mengenai kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di hadapan penghuni alam atas (langit). Bahwa Dia memuji-mujinya di hadapan para malaikat yang didekatkan dan bahwa para malaikat juga bershalawat kepada beliau. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan penghuni alam bawah (bumi) untuk mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau, sehingga berkumpullah pujian dari penghuni kedua alam -atas dan bawah- seluruhnya kepada beliau”.
Ar-Rasul shallallahu alaihi wasallam mempunyai banyak hak dari umatnya. Di antara hak tersebut adalah cintai kepada beliau. Dan di antara bentuk mencintai beliau adalah memperbanyak shalawat kepada beliau kapanpun -terlebih jika ada dalil yang menyebutkan keutamaan shalawat pada hari tertentu seperti pada hari dan malam jumat-dan dimanapun kita berada -apalagi jika ada dalil khusus yang menunjukkan tempat tertentu disunnahkan shalawat di situ, seperti ketika akan keluar masuk masjid-.
Karena sangat besarnya hak beliau shallallahu alaihi wasallam yang satu ini, sampai-sampai Allah Ta’ala memerintahkan para malaikat dan seluruh kaum mukminin agar bershalawat kepada Nabi. Dan Nabi mengabarkan bahwa siapa saja yang bershalawat untuk beliau sekali maka Allah akan membalas shalawatnya sebanyak 10 kali. Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengancam dengan doa kecelakaan atas siapa saja yang tidak bershalawat kepada beliau ketika nama beliau disebut. Maka ini semakin mengutkan pendapat sebagian ulama yang menyatakan wajibnya bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam setiap kali nama beliau disebut.
Dan di antara keistimewaan dan kemudahan ibadah yang satu ini, seorang muslim tidak perlu repot-repot untuk mendatangi kubur Nabi shallallahu alaihi wasallam jika hanya sekedar ingin mengirim shalawat dan salam. Karena dimanapun seseorang, tatkala dia membaca shalawat maka shalawat ini akan diantar oleh para malaikat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu Allah akan mengembalikan roh beliau ke jasad beliau guna menjawab salam umat beliau.

NENEK PEMUNGUT DAUN

Kiriman dari seorang sahabat, diambil dari milis kisah hikmah :



Kisah ini membuat bulu kuduk  saya  merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati,  kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah saw?

Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.

“Nenek Pemungut Daun”

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.

Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.
Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa  ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”

Wassalam,

Kamis, 17 November 2011

Ampuni aku ya Rabb


oleh : Abdul 'Aziz

Aku duduk sambil tersungut di pojok beranda masjid. Hatiku geram. Sesekali gemerutuk gigi-gigi geraham yang bertubrukan menggoyang-goyang pipiku. Hembusan nafas antara putus asa dan rasa marah kulempar berulangkali. Kalau saja bukan karena di masjid, ingin segera kutumpahkan segala caci maki dan kejengkelanku sampai aku puas. Puas menumpahkan emosi kepada siapa yang telah menzalimi diriku.

Pandanganku menyapu tangga masjid tua itu sekali lagi. Dari satu pojok  ke pojok yang lain. Dari satu tangga ke tangga yang lain. Bahkan rak sepatu dan sandal di sisi tempat penitipan barang telah aku periksa berungkali. Tapi hasilnya nihil. Akhirnya aku menerima kehilangan itu dengan terpaksa. Terpaksa menahan marah, jengkel, kecewa di ”Rumah” Tuhan. Terpaksa pula kehilangan kesabaran karena dizalimi di ”Rumah” Tuhan.

Tiba-tiba entah dari mana datangnya, seorang kakek tua berjubah putih telah duduk persis di samping kananku. Aku setengah takjub. Belum hilang rasa jengkelku karena kecurian, kedatangan pria yang seolah misterius ini menambah kalut mesin beripikir di kepalaku. Meskipun begitu, sejenak aku terhibur. Ia tersenyum amat berwibawa. Wajahnya berseri. Janggutnya yang lebat rapih menyihirku. Ia menatapku dalam menghujam.

”Apa yang Engkau risaukan, anak muda?”, sapanya. Suaranya khas sekali. Berat dan kharismatik.

”Bapak, siapa?”, kujawab sapaannya dengan balik bertanya.

”Sama seperti kamu, anak muda. Hamba Tuhan. Mengapa wajahmu kelihatan marah dan tertekan?”, ia kembali bertanya tentang perasaanku.

”Saya kehilangan sandal. Sandal seharga duaratus limapuluh ribu. Baru saya pakai sakali ini”, jawab saya datar tidak seperti lahar kejengkelan yang membara sebelum bertemu laki-laki sepuh ini.

”Cuma sandal?”, ia balik bertanya mendengara jawaban saya.

”Ya, memang cuma sandal. Tapi harganya cukup mahal”, kilahku.

”Duaratus limapuluh ribu, itu harga yang murah. Belum sebanding”, kali ini pernyataannya lebih ditekan. Perasaanku ikut tertekan.

Sejurus, lelaki sepuh berjubah putih itu berdiri. Tangannya diulurkan ke arahku. Anggukan kepalnya memberi isyarat, agar aku mengikuti langkahnya. Aku menurut saja.

”Mari saya carikan obat”.

Obat? Aku tak butuh obat pikirku. Kalaupun yang kubutuhkan sekarang adalah sandalku kembali. Aku juga butuh tahu siapa orang yang telah mencurinya. Kalau perlu aku akan menghajarnya karena telah mengambil milik orang yang bukan haknya.

Aku terus mengikutinya hingga sampai di suatu tempat yang mirip pasar tradisional tapi lengang. Aku dibawanya mampir ke sebuah toko. Susana di sekitar toko itu pun sepi. Hanya ada satu dua orang saja yang melintas dan melihat-lihat barang yang dijual. Kesepiannya mengantarku seperti tengah berada di negeri asing. Suasana dan orang-orang yang kujumpai asing. Orang yang mengajakku pun asing. Lalu, Aku ditunjukkan pada pemilik toko yang juga asing. Aku kemudian tahu, ia menjual sepatu dan sandal-sandal bekas.

”Anak muda, singgahlah sebentar dan tumpahkan kekesalanmu pada pemilik toko ini. Mudah-mudahan hatimu ridha atas sandalmu. Sandalmu belum sebanding”. Aku belum tetap mengerti maksud ucapan ”belum sabanding” lelaki sepuh itu. Aku ingin menanyakannya, tetapi ia keburu menghilang. Entah kemana.

Tapak kakiku terasa panasperih. Kerikil dan tanah kering yang terbakar terik matahari, leluasa menusuk-nusuk hingga ke ujung jari kakiku yang tak lagi bersandal. Kakiku tersiksa oleh keculasan si pencuri. Dia telah memecah-mecah tumitnya hingga menyisakan garis-garis hitam. Jelek dan kusam. Yang kumaki kini bukan lagi si pencuri sandal, tapi juga kuratapi nasib kedua kakiku.

Kuhampiri lebih dekat toko itu. Lebih dekat, kulihat sosok laki-laki bersurban duduk bersila di atas dipan. Gamisnya menutup tubuhnya hingga kedua kakinyapun tersembunyi. Melihat kedatanganku dan mendekat, laki-laki itu tersenyum dan menyambut hangat. Tapi sedikitpun ia tidak bergeser dari duduknya. Hanya mempersilahkan aku melihat-lihat barang bekasnya.

”Silahkan anak muda. Barangkali ada yang berkenan di hatimu”, laki-laki itu menyapa dan menawarkan dagangannya. Aku merasa ada baiknya memilih sepasang.

” Terima kasih. Kalau bukan karena pencuri sialan itu, mungkin saya tidak akan sampai di sini”. Aku mulai memaki lagi nasib buruk beberapa saat lalu. Tanpa terasa keluhan atas semua kesialanku tertumpah. Kumaki habis pencuri sandal mahalku itu seolah ia tepat di depanku. Suaraku geram, mataku jalang dan lidah kemarahanku menyambar-nyambar dinding caci maki dan menumpahkannya sebanyak mungkin sampai aku capek sendiri.

”Inna lillahi wa innaa ilaihi rooji’uun. Sebegitu marah dan kecewanyakah Engkau anak muda?”, tiba-tiba laki-laki pemilik toko itu bicara. Segera Aku sepenuhnya sadar, bahwa pemilik toko itu menangkap semua emosi yang kutumpahkan. Umpat, caci maki dan seribu kata keji mungkin ia tangkap pula seluruhnya. Menatap matanya, aku malu. Mendengar responnya, aku membisu.

”Marah dan kata-kata kasarmu tidak sebanding dengan sandalmu yang dicuri. Jika si pencuri itu hadir di matamu, luka hatinya atas cacianmu tidak sepadan dengan luka memar di kakimu itu. Padahal kamu belum tahu alasan mengapa ia mencuri”, pemilik toko itu menghujam ulu hatiku dengan ucapannya yang tajam lagi datar. Aku terperangah dengan muka memerah. Kini aku jadi bulan-bulanan atas mulutku sendiri.

Laki-laki itu melanjutkan, ” padahal bisa jadi ia mencuri karena terpaksa, bukan semata-mata karena kebiasaannya mencuri. Mungkin karena lapar, anak dan isterinya juga kelaparan atau karena satu dan lain hal sehingga memaksanya mengambil milik orang lain”.

”Tapi, mungkin juga karena memang orang itu terbiasa mencuri, bukan? Bahkan dilakukannya di masjid, Rumah Tuhan”, Aku mencoba membela diri.

”Mungkin juga. Bahkan karena nekatnya, di masjid pun ia lakukan. Namun, sikapmu menerima situasi demikian tidak pantas Anak Muda. Caci dan makianmu tidak mengembalikan sandalmu yang hilang, sementara mulutmu telah tidak sadar kau kotori dengan dosa oleh cacianmu itu”.

Ulu hatiku semakin sakit. Aku yang tengah dirundung sial terus terpojok. Aku membatin. Tapi, kata-kata penjaga toko itu perlahan mempengaruhi kesadaranku. Ego dan amarahku hampir redup disiram bijak kata-katanya, meskipun letupan-letupan dendam kesumat kecil masih timbul tenggelam di ujung nafsu amarah.

”Sandal itu cukup mahal bagi saya. Dua ratus lima puluh ribu hampir seperdelapan dari gaji saya setiap bulan untuk harganya. Lagi pula, baru sekali ini saya pakai. Wajar kan jika saya kecewa dan marah?”, Aku masih mencoba bertahan di antara sisa-sisa ke-Aku-an yang kian padam.

Laki-laki pemilik toko itu hanya tersenyum mendengar pembelaanku. Kepalanya menggeleng-geleng ritmis. Alisnya yang bertaut bergerak ke atas mengikuti gerak tubuhnya yang bergeser mendekati tepi dipan.

“ Engkau masih beruntung, Anak muda. Karena cuma sandalmu yang hilang. Harga dirimu tidak koyak, rasa malumu tetap terjaga dan kepercayaan dirimu masih utuh. Kamu masih patut bersyukur sebab masih dapat berjalan tegak meskipun tanpa sandal. Kamu tidak pantas menjadi laki-laki rapuh dihantam marah hanya karena kehilangan harga dua ratus lima puluh ribu saja. Lihatlah keadaanku”.

Laki-laki itu menyingkap ujung bawah gamisnya. Aku terkesiap. Ya Tuhan, dua kakinya buntung sebatas pergelangan. Aku merinding disergap ngeri. Tenggorokanku kering kerontang seketika. Inikah arti dari ucapan ”belum sebanding” orang sepuh beberapa saat lalu?

”Aku kehilangan dua pergelangan kaki, Anak muda. Aku juga tidak tahu berapa harga kedua kaki itu. Yang kuingat bahwa kecelakaan kerja yang kualami lima tahun lalu merenggut keduanya. Aku masih bersyukur nyawaku selamat. Allah masih menyayangiku. Lagi pula Aku tidak pernah membayar untuk sepasang kaki itu. Gratis. Kecelakaan itu adalah sunnatullah bahwa Yang Maha Memberi, meminta kaki yang dititipkan padaku dikembalikan pada-Nya. Kamu masih lebih beruntung berlipat-lipat. Allah hanya meminta sandalmu, bukan kakimu. Lihatlah, kakimu masih menapak dengan jemarinya yang masih utuh”.

Aku membatu dalam kebisuan. Hancur lebur sudah kemarahan yang sejak tadi kumanjakan. Gemuruh dadaku berubah warna dari merah membara menjadi putih kebiruan. Sejuk, lumer dan dan akhirnya kerdil.

” Anak muda, jangan pernah berpikir absolut bahwa apa yang selama ini kita genggam adalah milik kita. Semua hal yang Kau pandang sebagai kekayaan, apapun wujudnya, hakikatnya hanya titipan. Manusia hanya sebatas diberi hak untuk memanfaatkan dalam kebaikan. Bukan memiliki sekehendak hati, apalagi dengan membabi buta seperti orang yang lupa bahwa dunai ini pun akan ditinggalkannya. Kalau hanya sekedar sandal saja Engkau sudah begitu takabur, bagaimana dengan kehidupanmu yang kelak juga akan diambil-Nya?”.

Habis sudah diriku. Habis sudah egoku. Air hangat meleleh dari kedua kelopak mataku. Dadaku sesak oleh luapan tangis yang kutahan sedapat mungkin. Tagi guncangannya tak kuat kutahan. Sampai kemudian aku sadar sesadar sadarnya.

”Ayah, bangun Yah, sudah jam empat”.

Antara jaga dan tidur aku merasakan sentuhan lembut di pundaku. Suara yang amat kukenal membangunkanku dari selimut malam dan menghentikan dengkurnya. Aku bangun dengan kelopak mata yang basah. Aku menangis dalam tidur, tapi air mata dan penggalan mimpi terbawa di alam jaga. Aku benar-benar hanyut. Jauh, jauh sekali. Ya Allah mimpi apa itu? Apakah Engkau tengah menegurku sebab beberapa minggu lalu Aku sempat mengeluh lama karena kehilangan telepon genggam untuk yang kedua kali?

Alhamdulillah, Aku masih hidup dan masih diberi kesempatan menghirup udara pagi. Ya Allah, rizki yang kau beri memang datang dan pergi silih berganti. Ampuni Aku Ya Rabb.