Minggu, 29 April 2012

“Aku tidak tertimpa musibah ketika Aku tertimpa musibah”



            Entah keberapa kalinya, aku merasakan hal seperti ini.

Rasa yang ada pada diriku ini mungkin tidak seberapa dibandingkan dengan rasa yang ada pada diri orang lain. Walau begitu, rasa ini tetap satu nama “SAKIT”. Yah, begitulah… SAKIT, setiap orang pasti tidak menginginkannya, bahkan ada yang sampai rela menyediakan berbagai pencegahan untuk mengantisipasi kedatangannya. Itu memang tidak salah, dan itu juga merupakan sikap manusiawi dan masuk akal. Akan tetapi disamping itu, hendaknya kita juga tidak menafikan akan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Sehingga ketika sakit itu datang, kita tidak mencela usaha kita sendiri yang sebelumnya kita sudah mengantisipasi dengan sebaik mungkin. Apa lagi sampai mencela Allah subhanahu wa ta’ala; “Allah tidak adil, kenapa masih saja datang penyakit kedalam diriku, padahal aku sudah berusaha mencegah dan mengantisipasinya dengan berbagai cara. Aku sudah beli berbagai vitamin, suplemen, obat-obat herbal, berolah raga, dan sebagainya… tapi kenapa,,,, ini tidak adil, benar-benar tidak adil”. Seperti itulah gambarannya, ternyata masih ada diantara kita yang sering menggugat takdir tanpa berfikir terlebih dahulu. Seakan-akan apa yang menimpanya itu benar-benar bencana atau sesuatu yang sangat buruk untuknya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (al baqoroh : 216)
Maka dari itu, hendaknya kita percaya bahwa apa yang menimpa kita adalah termasuk ketentuan dan ketetapan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Adakalanya itu sebagai ujian pembuktian akan kesabaran kita dan adakalanya itu sebagai ujian pembuktian akan kesyukuran kita, dan pun adakalanya sebagai ujian kerelaan (keikhlasan) kita.
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (at taghobun : 11)
Lantas termasuk yang manakah kita :
a.       Bersabar atas cobaan atau musibah yang sedang dialami (Biasa), karena orang yang sedang tertimpa musibah secara otomatis akan terdorong untuk bersabar.
b.      Bersyukur atas cobaan atau musibah yang sedang dialami (Lebih dari biasa), ini yang sangat jarang. Karena kebanyakan orang ketika tertimpa musibah enggan melihat atau melirik kepada mereka yang lebih berat musibahnya, sehingga memustahilkan baginya untuk bersyukur. Meskipun dia mampuh untuk bersabar.
c.       Rela (Ikhlas) menerima cobaan atau musibah yang sedang dialami (Luar biasa), sikap ini-lah yang luar biasa yang mana tidak semua orang bisa memilikinya. Dan yang bisa memilikinya hanya-lah seseorang yang benar-benar iman_Nya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Sikap sabar dan syukur tercakup kedalam sikap ini secara natural.
                Wahai kawan, sebenarnya ketika kita sedang sakit/tertimpa musibah,  kita bisa saja merasa bahagia jikalau kita memang menginginkannya. Lalu bagaimana…??? Katakan saja, “aku sakit/aku tertimpa musibah, tapi aku bahagia (realisasi SABAR).. terima kasih ya Allah (realisasi SYUKUR).. ini hanya sementara (realisasi IKHLAS)”. Mudahkan..!!! dan tentu di ucapkan dengan berulang-ulang sambil menyunggingkan bibir semanis mungkin. Dan jangan lupa bahwa realisasi yang sesungguhnya adalah dengan tetap beribadah, berdoa, dan bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala, juga dengan tidak menggugat takdir_Nya. Karena itu sama saja mengingkari keputusan dan ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala terhadap kita. Dan hukum mengingkarinya adalah KAFIR. Wal ‘iyadzu billah.
                Dan sebagai hadiyah special untuk anda wahai kawan,
Jikalau anda sedang sakit/tertimpa musibah maka ingatlah baik-baik unkapan suri tauladan kita ini dan jadikanlah ungkapannya ini sebagai penghibur hati anda.
“tidak-lah seorang muslim ditimpa suatu musibah, rasa sakit, kesedihan, kegundahan bahkan duri yang menusuknya. Melainkan akan dihapuskan dosa darinya”
 (atau sebagaimana yang disabdakan)
Dan maksud dosa dalam hadits ini adalah dosa kecil, adapun dosa besar maka penghapusnya adalah taubatan nasuha.




Allah memotivasi



            Bismillah,,,
          Sobat, tahukah anda bahwasanya, Allah subhanahu wa ta’ala telah memotivasi kita melalui al qur’anul karim. Allah berfirman : “Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam segala urusannya”. (at thalaq : 4). Namun ternyata, banyak diantara kita yang masih belum memahami dan mengerti akan motivasi yang telah Allah berikan kepada kita sebagai hamba_Nya yang beriman.
Motivasi Allah didalam alqur’an merupakan bentuk kasihsayang_Nya kepada kita semua hususnya kita sebagai hamba yang beriman. Dengan tujuan agar kita senantiasa mempunyai harapan tinggi dan semangat membara untuk terus melangkah maju dikala mendapati kesulitan-kesulitan atau dikala menghadapi berbagai rintangan didalam kehidupan ini. Akan tetapi, untuk meraih hal itu ada syaratnya yaitu TAKWA. Sebagaimana yang disebutkan diatas bahwa orang-orang yang bertakwa akan diberi kemudahan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam segala urusannya. Maka, hendaknya kita intropeksi diri terlebih dahulu sebelum kita melangkah menuju harapan yang kita inginkan yaitu menggapai cita-cita dan menjadi orang sukses. Sukses di dunia terlebih sukses di akhirat.
Karena syarat mutlaq kesuksesan bagi seorang muslim adalah baiknya hubungan antara dirinya dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Yang mana dikala hubungan dirinya terjalin baik dengan Allah; yaitu dengan selalu menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah kepada dirinya dan juga menjauhi segala apapun yang dilarang oleh Allah atas dirinya. Maka kemudahan akan selalu ada menyertai hidupnya. Meski ia berada dalam kondisi yang tersulit sekalipun, ia tetap percaya bahwa tidak ada yang sulit di dunia ini jikalau Allah sudah menghendaki kemudahan. Allah berfirman : “sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (al insyiroh : 5-6).
Sobat, maka wajiblah bagi kita sebagai seorang muslim meyakini akan hal itu, bahwa Allah selalu menghendaki kemudahan bagi kita, “Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan bagi dirimu”. (al baqoroh : 185). Jadi, tidak perlu ada lagi kebimbangan didalam diri kita dikala menghadapi kesulitan. Karena sesungguhnya dibalik kesulitan itu telah Allah selipkan berbagai kemudahan. Maka berdoalah dan memohonlah selalu kepada Allah agar anda selalu mendapati kemudahan dalam segala urusan anda. Dan tentu, tidak lupa dengan adanya usaha maksimal dari diri anda sendiri.
Adanya kesulitan adalah dikarenakan 3 faktor; Yang pertama yaitu ; diri anda sendiri; terkadang anda terlalu mempersulit sesuatu yang sebenarnya itu adalah mudah bagi anda. Yang kedua ; cara anda; terkadang anda hanya puas dengan satu cara ketika hendak mengerjakan sesuatu yang sulit, sehingga kesulitan itu bertambah sulit. Padahal jikalau anda mencoba dengan cara-cara yang lain, maka kemudahan akan cepat didapat. Yang ketiga yaitu ; lupa akan pertolongan Allah; orang yang lupa akan pertolongan Allah menandakan bahwa ia adalah orang yang sombong, sedang orang yang sombong adalah orang yang enggan berdoa dan memohon kepada Allah. Padahal ciri orang yang bertakwa adalah yang senantiasa berdoa mengharap pertolongan serta kemudahan dari Allah subhanahu wa ta’ala Yang Maha Memudahkan segala urusan manusia. Wallahu a’lam. 

Khilaf-ku


Tak pernah terhitung oleh-ku betapa banyaknya nikmat yang telah Allah berikan kepadaku selama ini. Sikapku yang selalu merasa kekurangan , tak pernah merasa cukup, dan juga selalu menginginkan sesuatu yang belum aku miliki, menjadikan aku buta untuk melihat semua nikmat yang luarbiasa dari_Nya, pun menjadikan aku tuli dari mendengarkan untaian al qur'an al karim dan nasehat-nasehat baik dari orang sholih, dan menjadikan aku berpaling angkuh dari kebenaran yang datang menyapa hati.
Oh celaka-lah aku,, betapa seringnya…
Aku lupa bahwa Allah telah memberiku sepasang mata, yang dengan keduanya aku bisa melihat jalan yang sedang atau akan aku lalui.
Aku lupa bahwa Allah telah memberiku sepasang telinga yang dengan keduanya aku bisa mendengar orang yang meneriakiku dikala aku hampir terperosok ke dasar jurang.
Aku lupa bahwa Allah telah memberiku hati yang dengannya aku bisa merasakan bisikan lembut dari_Nya. Dengannya pula aku bisa merasakan kepastian akan kebenaran Al Haq.

“sungguh akan kami isi neraka jahannam itu kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tapi tidak mau memahami kebenaran (ayat-ayat), mempunyai dua mata tapi tidak mau melihat jalan kebenaran (ayat-ayat), mempunyai dua telinga tapi tidak mau mendengar seruan kebenaran (ayat-ayat). Mereka itulah seperti binatang ternak bahkan lebih sesat, mereka itulah orang-orang yang lalai”. (al a’rof : 179).

Dari Sekedar Santri Menjadi Mahasantri



Sedikit kisah tentang aku; aku adalah seorang pelajar yang lulus tahun  2010. aku lulusan dari MA Al khairiyah Darussalam Pipitan Serang-Walantaka. Aku tidak pernah menyangka bisa sekolah disini, apa lagi sampai tinggal di Pesantren. Tapi mungkin itu adalah takdir yang sudah ditetapkan olehNya. Dan aku menerima semua itu dengan lapang hati, karena ternyata aku merasa cocok berada di lingkungan pesantren. Walau terkadang aku sendiri masih bingung, belum tahu apa yang harus aku cari disini.
Tapi kini, setelah lulus sekolah aku mulai mengerti dan tahu, bahwa; aku perlu mencari apa yang harus aku cari, karena ternyata pencarian itu adalah simbol perjuangan yang harus dimiliki. Dan aku berhasil memilikinya. Dan aku juga teringat dengan ungkapan, bahwa; “Diri kita ini tak pernah berguna jika tidak senantiasa mencari. Mencari adalah mengupayakan; mencari adalah memikirkan; mencari adalah kemaslahatan; kemaslahatan adalah gerak: gerak adalah langkah yang positif.”           
Darussalam,,, ya MA Al khairiyah Darussalam. Begitu banyak pelajaran yang aku dapatkan dari Darussalam. Sehingga kini aku merasa menjadi orang pintar, namun disamping itu aku tetap sadar bahwa kepintaranku ini masih-lah belum cukup apalagi mencapai kata sempurna sungguh sangatlah begitu jauh. Karena ternyata masih banyak yang harus aku pelajari diluar sana. Dan aku harus siap mental untuk menghadapinya. “Kuatkan aku ya Allah..” amiin. Dan aku juga teringat dengan sebuah ungkapan, bahwa; “kehidupan tidak akan selamanya menjadi buruk, karena sesungguhnya kehidupan itu adalah anugrah terindah. Tergantung kita, mau atau tidak untuk mengarahkan hidup ini ke-arah yang lebih baik”. Dan ternyata ungkapan itu memang benar. Dulu ketika aku masih di SMP, aku merasa, bahwa; hidupku ini buruk sekali. Sampai-sampai aku pernah berfikir untuk mengakhiri hidup ini, karena aku merasa tidak pantas berada di dunia ini. Aku hanya-lah kotoran yang berjalan diatas bumi. menyedihkan sekali kehidupanku waktu itu.            
Tapi Alhamdulillah kemudian aku tersadar, tepatnya setelah membaca biografi tokoh-tokoh islam yang luar biasa. Ternyata ada diantara mereka yang dahulu hidupnya bisa dibilang amburadul bahkan bisa dibilang lebih parah daripada kehidupanku. Tapi kemudian Allah memberikan Hidayah dan Taufiq_Nya kepada mereka. Sehingga mereka bisa menjadi tokoh teladan yang patut dicontoh. Dan aku ingin seperti mereka yang bisa bangkit dari keterpurukan. Aku ingin hidup seperti mereka yang menjadikan hidup ini lebih hidup lagi. Allahu Akbar ‘isy kariiman aw mut syahiidan.           
Dan Alhamdulillah, dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala aku bisa melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Imam Syafi’I (STIS) atau lebih dikenal dengan Ma'had Aly Imam As Syafi'i Cilacap-Jawa Tengah. Lokasi yang teramat begitu jauh dari Kota Kelahiranku Serang-Banten.
Sekarang aku semester 6 dan Insya Allah tidak lama lagi akan segera lulus menjadi Hamba Allah yang lebih berkualitas dengan Ilmu yang mumpuni. Padahal sebenarnya waktu pertama kali aku masuk di kampus ini, aku merasa tidak percaya diri dan tidak begitu yakin akan sampai seperti sekarang ini. Karena Sekolah Tinggi Imam Syafi’I (STIS) atau Ma'had Aly Imam As Syafi'i adalah kampus yang ber-pengantar bahasa arab. Jadi kami sebagai mahasiswa diharuskan berbicara bahasa arab ketika berada di kampus.           
Dan Aku yang hanya sekedar berbekal Mufrodat ‘Arobiyah (kosa kata arab), sering salah dalam ber-Muhadatsah (bercakap) dengan dosen atau teman sekampus yang sudah mahir dalam berbahasa arab. Karena memang bahasa arab itu tidak hanya sekedar kosa kata, tetapi ia juga memiliki kaidah-kaidah khusus dalam pengungkapan/percakapan yang sering disebut sebagai Qa’idah Nahwiyah Wa Qa’idah Shorfiyah. Dan aku belum mempelajari itu secara mendalam ketika di Pesantren Darussalam. Lah jadinya aku tambah bingung, sehingga tidak jarang aku bertutur dalam hati “ini bahasa ko’ ribet bener,,, banyak aturan,,, harus dibaca beginilah, begitulah,,,”. Sampai ahirnya aku memutuskan untuk angkat koper saja dari kampus ini, hawatir kepalaku akan pecah dan meledak karena setiap hari dijejalin bahasa ribet penuh aturan.           
Tapi ternyata Allah berkehendak lain, Dia mengirimkan seseorang untuk menasehati dan memberi motivasi kepadaku agar aku tidak angkat koper dan tetap melanjutkan kuliah di kampus ini. Dan orang itu adalah seniorku yang sekarang sudah lulus. Semoga Allah merahmatinya selalu. Amiin.                    
Seniorku itu memberikan nasehat sekaligus motivasi yang begitu luar biasa bagiku, dia berkata : “zza, bagaimana pendapatmu jikalau dibalik tembok besar itu ada sekarung emas, dan engkau ingin memilikinya…???”.
Aku pun menjawab : “ya aku hancurin tuh tembok”.
“lalu dengan apa kau akan menghancurkannya?” lanjutnya dengan pertanyaan kedua.
“ya dengan martil atau kapak atau apalah yang bisa menghancurkannya”. Kemudian ia pun tersenyum sambil menepuk pundak-ku, lalu berkata :
“zza, hendaknya kau juga harus bisa berfikir seperti itu”.
“maksudnya?” aku masih bingung.
“hancurkanlah tembok keputus-asaanmu itu dengan martil atau kapak kesabaran dan keuletan, niscaya kau akan mendapati yang lebih berharga daripada emas, yaitu ilmu bahasa arab. Bukankah engkau tahu zza, bahwa Islam itu tumbuh adalah dengan bahasa arab, kitab kita pun Al Qur’an adalah dengan bahasa arab, begitu pula Hadits-hadits Rasulullah adalah dengan bahasa arab. Maka pelajarilah bahasa arab agar engkau bisa memahami Al quran dan Hadits yang mana keduanya itu adalah sumber pokok Agamamu, yaitu Islam satu-satunya Agama yang diredhoi Allah Ta’ala”.
Mendengar untaian nasihatnya itu tanpa dirasa, ternyata air mataku berjatuhan tetes demi tetes mulai membasahi kedua pipi-ku, karena aku teringat akan harapan ayahanda tercinta yang penah berkata lembut “zza, Bapak berharap semoga kamu bisa  pergi ke Negeri Nabi-mu Mekkah atau Madinah.  Kamu bisa menjadi pemuda Ahli Tafsir dengan belajar disana…”. Astagfirullah... betapa durhakanya aku jikalau sampai mengecewakan ayahanda. Wallahul musta’an. Hasbuka ya Rabb, ‘alaika tawakkaltu wa anta khoirur rohimin.
Dan aku pun teringat kembali akan apa yang dulu pernah aku ‘azamkan dalam diri ini, bahwa aku harus bangkit harus bisa menjadi lebih baik harus bisa menjadi pribadi yang tangguh yang hidup dengan penuh semangat tanpa ada bosan tanpa ada rasa putus asa. Ya Allah, aku harus bisa mewujudkan harapan-harapan mereka; Ayah, Bunda, Nenek, Abah Uwa, Ibu Uwa, Paman, Bibi, Kakak, Adik-adik, dan Karib-kerabat semuanya. Dan tentu itu adalah atas kehendak dan izin_Mu Ya Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Semua takdir berada di tangan_Mu dan menjadi keputusan_Mu. Dan tidak-lah Engkau memutuskan sesuatu terhadap hamba_Mu melainkan itu adalah keputusan yang indah yang terbaik untuknya. Arju rohmataka ya Rabb,, Innaka laa tukallifu nafsan illa wus’aha wa laqod ja’alta likulli syai’in qodro wa ja’alta li man yattaqika makhroja wa ja’alta lahu  min amrihi yusro wa. (Aku mengharap rahmatMu ya Rabb,, sesungguhnya Engkau tidak membebani suatu jiwa melainkan sesuai dengan kemampuannya dan sungguh Engkau telah menjadikan pada segala sesuatu ukurannya dan Engkau jadikan solusi bagi orang yang bertakwa kepadamu dan Engkau jadikan pula baginya kemudahan dalam setiap perkaranya).

Selasa, 10 April 2012

Masuk Islam (disebabkan celana dalam)



Bismillah,,,
Dari seorang sahabat dia bercerita,
Saya pernah membaca sebuah peristiwa yang subhanallah luar biasa tentang seorang pemuda muslim (dia tidak menyebutkan asalnya) yang mendapatkan beasiswa kuliah di inggris. Pemuda muslim ini dikenal sebagai orang yang alim, baik hati dan sangat menjaga kebersihan. Disamping itu dia juga sangat baik pergaulannya dengan orang-orang kafir yang mana dia tinggal bersama mereka dalam satu atap satu asrama. Sehingga banyak orang-orang kafir yang segan dan simpati terhadapnya.
Dan suatu ketika, ketika tiba jadwal penyucian baju yang mana semua baju penghuni asrama diambil oleh petugas husus penyucian baju untuk dicuci semuanya dan tentu dengan keranjang baju kotor masing-masing. Karena memang setiap mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut tidak diizinkan menyuci baju sendiri, kewajiban mereka hanyalah belajar dan menyelesaikan masa kuliahnya dengan hasil yang bagus. Sehingga tidak dibebani atau disibukkan dengan hal-hal seperti mencuci baju sendiri atau yang lainnya.
Kemudian baju pun mulai dibawa ke-tempat penyucian. Disana terdapat banyak mesin cuci dan mesin pengering baju. Dan akhirnya petugas penyuci baju pun memulai tugasnya, dia  memasukkan satu persatu pakaian para mahasiswa kedalam mesin cuci. Setiap kali dia mendapati celana dalam para mahasiswa dia langsung tutup hidung, karena memang kebanyakan mahasiswa (hususnya orang-orang kafir)  jarang bahkan tidak pernah mencuci kemaluannya setelah kencing. Tapi, ketika tiba gilirannya keranjang seorang pemuda muslim (petugas tidak tahu kalo itu miliknya),  petugas penyucian pun mulai memasukkan satu persatu pakaian sang pemuda muslim tersebut ke-mesin cuci hingga sampailah ia mendapati celana dalamnya..??!!  (apa yang terjadi..!!??)
Petugas penyuci baju merasa heran dan sedikit penasaran, karena ternyata dia mendapati wangi harum dari celana dalam sang pemuda muslim tersebut. Lantas saja ia pun pergi menjumpai sang pemuda muslim sambil membawa keranjang baju kotornya, lalu berkata : “maaf anak muda, benar ini keranjang baju kotor anda?”. “iya benar, ada apa pak!?”. jawab sang pemuda muslim. “saya mendapati sesuatu baru yang selama saya bertugas disini belum pernah mendapati sesuatu ini, kecuali sekarang ini saja”. Lanjut petugas penyuci baju. “kalau boleh tahu sesuatu itu apa pak?”. Tanya sang pemuda muslim. “saya mendapati wangi harum dari celana dalam anda, lain halnya dengan celana dalam teman-teman anda”. Petugas penyucian menjelaskan. Tapi sang pemuda muslim hanya tersenyum, lalu sesaat kemudian ia berkata “pak,,, Nabi saya yang mulia, mengajarkan saya sebagai umatnya untuk senantiasa bersuci setelah buang air kecil (kencing), yaitu dengan mencucinya sampai tidak ada air kencing yang  masih menempel”. “siapakah Nabi yang anda maksud itu?” tanya heran petugas penyuci baju. “beliau adalah Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam”.  Tukas sang pemuda muslim tanpa merasa risih. Kemudian petugas penyci baju pun memegang tangannya sambil berkata “jadi anda seorang muslim,, sungguh baik apa yang telah diajarkan Nabi anda kepada anda…”. Petugas penyuci baju diam sesaat. Lalu ia berkata lagi dengan nada sayu “wahai pemuda, ajarkanlah kepada saya sebagaimana yang diajarkan Nabi anda kepada anda tentang islam, sungguh saya ingin masuk islam.. saya ingin menjadi seorang muslim”. Sang pemuda muslim pun terharu mendengar ungkapan petugas penyuci baju tersebut, sehingga air matanya tak terasa telah bercucuran membasahi kedua pipinya saking bahagia dan gembiranya. Karena dia tidak menyangka bahwa bisa memasukkan seorang kafir kedalam islam hanya dikarenakan sebuah celana dalam miliknya. Dia tidak perlu berdakwah diatas mimbar, dia tidak perlu menasehati dengan memberek-berekan suara di halayak ramai, juga tidak perlu memaksa non muslim untuk menjadi seorang muslim. Cukup hanya dengan praktek nyata yaitu menjalankan sunah Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam yang memang terlihat sepele dalam pandangan sebagian besar masyarakat islam sendiri. Dan sunah itu adalah mencuci/membersihkan kemaluan setelah buang air kecil (kencing).
Subhanallah, Maha Suci Allah yang mana menjadikan sesuatu yang terlihat bernilai kecil menjadi sesuatu yang berdampak besar. Allahu Akbar, ini adalah merupakan karunia yang luar biasa yang hanya orang-orang beruntunglah yang akan mendapatinya.
Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki dan dengan cara apa yang Dia kehendaki pula.

Semoga bermanfaat dan berkenan dihati, serta bisa diambil hikmah dan ‘ibrohnya. ^_^