Sabtu, 25 Agustus 2012

2 Kunci


Kawan, sudah tahukah kita?
Bahwa;
Kita berasal dari  bahan yang sama; MANI
Kita tercipta dari campuran yang sama; SARI PATI  TANAH
Kita terlahir dari orang tua yang sama; ADAM-HAWA
Kita mempunyai tempat tinggal yang sama; BUMI
Kelak pun, segera atau nanti;
Kita akan mengendarai kendaraan yang sama; KERANDA
Kita akan tertidur di tempat yang sama; KUBUR
Kita akan memakai pakaian yang sama; KAFAN
Dan kita akan kembali ke tempat yang sama; AKHIRAT
Berkumpul di tempat yang sama; PADANG MAHSYAR
Tapi, kita tidak tahu…
Apakah kita akan menerima buku yang sama.. buku kabar baik; CATATAN AMAL BAIK
Ataukah kita akan menerima buku yang berbeda.. buku kabar buruk; CATATAN AMAL BURUK
Lalu,,
Apakah kita akan berada di kamar yang sama.. ruang kenikmatan..?; SYURGA
Ataukah di kamar yang berbeda.. ruang kesengsaraan?; NERAKA

Wahai kawan,,
Beri tahulah aku,, perlihatkanlah kepadaku,,
Kunci kamar manakah yang sekarang engkau pegang…???
 “subhanallah wal hamdulillah,, ternyata engkau telah memiliki kunci SYURGA”
Lantas bolehkah aku ikut memiliki satu kunci itu denganmu,,!?
Aku ingin ikut dibelakangmu, agar kita bisa memasuki kamar yang sama; SYURGA
Sebab telah aku dapati wahai kawan;  2 KUNCI DI TANGANKU
Dan keduanya sama persis…
Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah,

Minggu, 19 Agustus 2012

Khutbah 'Ciri-ciri Orang Yang Bersyukur'


Khutbah pertama


Jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.yang senantiasa memberikan karunia, rahmat serta ni’mat-Nya kepada kita semua berdasarkan ukuran dan kebutuhan hidup kita agar kita tidak termasuk sebagai hamba yang melampaui batas. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat As syuuro : 27 ; 



“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat”.
Sholawat serta salam semoga tetap tersampaikan kepada Nabi kita Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, para sohabat, serta para pengikut beliau hingga ahir zaman.

Jama’ah sholat jum’ah yang berbahagia…

Dalam kesempatan yang mulia ini khotib mewasiatkan khususnya untuk pribadi khotib sendiri dan umumnya untuk jama’ah sekalian agar kita bersama senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita dengan menjalankan segala amal ibadah dan amal-amal sholih di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Jama’ah sholat jum’ah yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
            
Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kita agar kita selalu bersyukur kepada-Nya; bersyukur atas segala ni’mat yang telah Allah berikan kepada kita tanpa harus melihat besar kecilnya ni’mat yang di dapat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : 

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kamu kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. (Al Baqoroh : 152)

Bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala bukanlah sekedar atas ni’mat atau pemberian yang ada pada kita saja. Akan tetapi kita bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah karena bersyukur merukapan cerminan diri kita sebagai hamba-Nya yang bertakwa; yang tulus nan setia menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. 


“Maka bertakwalah kamu kepada Allah, agar kamu (dapat) bersyukur kepada-Nya”. (Ali ‘imron : 123)
            
Dan bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.adalah juga merupakan sebuah pembuktian akan kejujuran penghambaan diri kita hanya kepada-Nya La Syariika Lah. Subuah bukti bahwa hanya kepada-Nya lah kita menghambakan diri yang lemah ini.

“Dan bersyukurlah kamu kepada Allah, jika memang benar hanya kepada-Nya lah kamu menghambakan diri”. (Al Baqoroh : 172)  


Jama’ah sholat jum’ah yang dirahmati Allah…
            
Seorang hamba bisa dikatakan sebagai hamba yang bersyukur apabila ia; yang pertama MEYAKINI bahwa ni’mat/karunia yang ada pada dirinya merupakan pemberian dan titipan dari Allah subhanahu wa ta’ala      yang jikalau Allah berkehendak, Allah bisa mengambilnya kembali. Hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi kita Sulaiman ‘alaihis salam ketika beliau mendapat ni’amat dan karunia dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala..
            
“(Nabi Sulaiman) berkata: "Ini merupakan kurnia dari Allah untuk mengujiku apakah aku bersyukur (atas karunia ini) ataukah aku mengingkarinya. Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Allah Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (An Naml : 40)
            
Yang kedua; hamba yang bersyukur adalah ia yang bibirnya selalu mengucap kata Alhamdulillah disetiap kali ia mendapat ni’mat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.atau disetiap kali ia menyadari bahwa dirinya mempunyai banyak kebaikan dan kelebihan. Hal ini sebagaimana telah dicontohkan oleh Bapak dan anaknya yaitu Nabi Daud dan Nabi Sulaiman ‘alaihimas salam.
             
“Dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman." (An Naml : 15)

Bahkan ketika seorang hamba ditimpa musibah pun, ia mampuh mengucapkan kata ‘Alhamdulillah…’. Dan ini-lah seorang hamba yang pernah dikatakan oleh seorang ‘alim ‘ulama bahwa ; “orang pertama yang diseur untuk memasuki syurga adalah asy syakiru ‘ala musibah (orang yang mampuh bersyukur atas musibah yang menimpanya). Dan dalam hadits pun diriwayatkan bahwa hamba yang seperti ini akan dibangunkan baginya sebuah ruma di syurga.
            
Dari Abu Musa al Asy ‘ari berkata; Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
           
 “Apabila telah meninggal seorang anak dari hamba Allah, Allah berkata kepada para malaikat-Nya ; ‘apakah kalian telah mengambil nyawa anak hamba-Ku?’.. para malaikat berkata ; ‘ya’.. Allah berkata lagi ; ‘kalian telah mengambil nyawa buah hatinya?’.. malaikat berkata : ‘ya’.. kemudian Allah berkata ; ‘lalu apa yang diucapkan hamba-Ku?’.. malaikat berkata ; ‘ia memuji-Mu (Alhamdulillah) dan beristirja’ (Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un)’.. kemudian Allah berkata ; ‘bangunkanlah untuk hamba-Ku sebuah rumah di syurga, dan namailah rumah itu RUMAH PUJIAN’..” (HR At Tirmidzi Hasan Shohih)
            
Yang ketiga; hamba yang bersyukur adalah ia yang selalu menggunakan setiap ni’mat yang ada pada dirinya adalah untuk kebaikan di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.. Ia menggunakannya dalam rangka meningkatkan ketaatan dan taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Dan ia menggunakannya  adalah untuk kepentingan agama, untuk kemanfa’atan banyak orang yang mana Allah redho terhadapnya dan ia pun redho terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hal ini pernah dicontohkan oleh para sohabat Radiyallahu ‘Anhum yang mana mereka berkorban menginfakkan harta, tenaga serta jiwa mereka di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mereka mengabdikan diri di jalan-Nya demi meraih cita-cita tertinggi sebagai syuhada.
            
Yang keempat; hamba yang bersyukur adalah ia yang mampuh merespon atau menanggapi sebuah ni’mat atau karunia yang telah Allah berikan kepadanya. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang mana beliau telah dikaruniakan sebuah ni’mat yang begitu agung yaitu telah dijanjikan syurga dan telah diampuni dosa-dosa beliau baik yang telah lalu mau pun yang akan datang. Beliau Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam merespon atau menanggapi adanya ni’mat karunia tersebut dengan banyak beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sehingga diriwayatkan dalam hadits bahwa kaki beliau sampai bengkak-bengkak dikarenakan seringnya beribadah; berdiri, bersujud dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sampai istrinya ‘Aisyah bertanya; “ya Rasulallah, bukankah engkau telah dijanjikan syurga oleh Allah dan telah diampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?.. lalu mengapa engkau membebani diri dengan banyak beribadah sampai kakimu bengkak?”.. Rasulullah pun menjawab; “tidak-kah boleh jikalau aku menjadi hamba-Nya yang bersyukur?”..
            
Dan yang kelima atau yang terakhir; hamba yang bersyukur adalah ia yang mampuh menghargai kebaikan orang lain. Ia senang berterima kasih atas kebaikan orang-orang di sekelilingnya.
            
Dari Abu Huroiroh Radiyallahu ‘Anhu dari Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda; “tidak dianggap bersyukur kepada Allah, seorang yang tidak pernah berterima kasih (atas kebaikan orang lain kepadanya)”. Dan dalam riwayat lain, beliau bersabda; “manusia yang paling bersyukur kepada Allah adalah ia yang senang berterimakasih kepada manusia lainnya (atas kebaikan mereka)”.


Khutbah kedua
            
Jama’ah sholat jum’ah yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 

Sebelum ditutupnya khutbah ini khotib mengingatkan bahwa tidaklah perlu kita memikirkan bagaimana caranya agar kita bisa mendapatkan harta yang banyak, tidak perlu memikirkan bagaimana caranya agar kita bisa lebih kaya dari orang lain… tapi hendaknya, kita berfikir bahwa bagaimana caranya agar diri kita ini bisa menjadi hamba yang selalu bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala ni’mat dan karunia-Nya yang begitu banyak. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : 

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrohim : 34)