Khutbah pertama
Jama’ah
jum’ah yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala.…
Puji
syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.yang
senantiasa memberikan karunia, rahmat serta ni’mat-Nya kepada kita semua
berdasarkan ukuran dan kebutuhan hidup kita agar kita tidak termasuk sebagai
hamba yang melampaui batas. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat As syuuro :
27 ;
“Dan jikalau Allah
melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah
menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat”.
Sholawat
serta salam semoga tetap tersampaikan kepada Nabi kita Muhammad sallallahu
‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, para sohabat, serta para pengikut beliau
hingga ahir zaman.
Jama’ah sholat jum’ah yang berbahagia…
Dalam
kesempatan yang mulia ini khotib mewasiatkan khususnya untuk pribadi khotib sendiri
dan umumnya untuk jama’ah sekalian agar kita bersama senantiasa meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kita dengan menjalankan segala amal ibadah dan amal-amal
sholih di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Jama’ah sholat jum’ah yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala.…
Sesungguhnya
Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kita agar kita selalu bersyukur
kepada-Nya; bersyukur atas segala ni’mat yang telah Allah berikan kepada kita
tanpa harus melihat besar kecilnya ni’mat yang di dapat. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman :
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kamu kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku”. (Al Baqoroh : 152)
Bersyukur
kepada Allah subhanahu wa ta’ala bukanlah sekedar atas ni’mat atau pemberian
yang ada pada kita saja. Akan tetapi kita bersyukur kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala adalah karena bersyukur merukapan cerminan diri kita sebagai
hamba-Nya yang bertakwa; yang tulus nan setia menjalankan segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya.
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah, agar kamu (dapat)
bersyukur kepada-Nya”. (Ali ‘imron : 123)
Dan
bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.adalah juga merupakan sebuah
pembuktian akan kejujuran penghambaan diri kita hanya kepada-Nya La Syariika
Lah. Subuah bukti bahwa hanya kepada-Nya lah kita menghambakan diri yang lemah
ini.
“Dan bersyukurlah kamu kepada Allah, jika memang benar hanya
kepada-Nya lah kamu menghambakan diri”. (Al
Baqoroh : 172)
Jama’ah sholat jum’ah yang dirahmati Allah…
Seorang
hamba bisa dikatakan sebagai hamba yang bersyukur apabila ia; yang pertama
MEYAKINI bahwa ni’mat/karunia yang ada pada dirinya merupakan pemberian dan
titipan dari Allah subhanahu wa ta’ala yang
jikalau Allah berkehendak, Allah bisa mengambilnya kembali. Hal ini pernah
dicontohkan oleh Nabi kita Sulaiman ‘alaihis salam ketika beliau mendapat
ni’amat dan karunia dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala..
“(Nabi Sulaiman) berkata: "Ini merupakan kurnia dari
Allah untuk mengujiku apakah aku bersyukur (atas karunia ini) ataukah aku
mengingkarinya. Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya
Allah Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (An Naml : 40)
Yang
kedua; hamba yang bersyukur adalah ia yang bibirnya selalu mengucap kata
Alhamdulillah disetiap kali ia mendapat ni’mat dari Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.atau disetiap kali ia menyadari bahwa dirinya mempunyai banyak
kebaikan dan kelebihan. Hal ini sebagaimana telah dicontohkan oleh Bapak dan
anaknya yaitu Nabi Daud dan Nabi Sulaiman ‘alaihimas salam.
“Dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang
melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman." (An Naml : 15)
Bahkan ketika seorang hamba
ditimpa musibah pun, ia mampuh mengucapkan kata ‘Alhamdulillah…’. Dan ini-lah
seorang hamba yang pernah dikatakan oleh seorang ‘alim ‘ulama bahwa ; “orang
pertama yang diseur untuk memasuki syurga adalah asy syakiru ‘ala musibah (orang
yang mampuh bersyukur atas musibah yang menimpanya). Dan dalam hadits pun
diriwayatkan bahwa hamba yang seperti ini akan dibangunkan baginya sebuah ruma
di syurga.
Dari
Abu Musa al Asy ‘ari berkata; Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda :
“Apabila
telah meninggal seorang anak dari hamba Allah, Allah berkata kepada para
malaikat-Nya ; ‘apakah kalian telah mengambil nyawa anak hamba-Ku?’..
para malaikat berkata ; ‘ya’.. Allah berkata lagi ; ‘kalian telah
mengambil nyawa buah hatinya?’.. malaikat berkata : ‘ya’.. kemudian
Allah berkata ; ‘lalu apa yang diucapkan hamba-Ku?’.. malaikat
berkata ; ‘ia memuji-Mu (Alhamdulillah) dan beristirja’ (Inna lillahi wa inna
ilaihi roji’un)’.. kemudian Allah berkata ; ‘bangunkanlah untuk hamba-Ku
sebuah rumah di syurga, dan namailah rumah itu RUMAH PUJIAN’..” (HR At
Tirmidzi Hasan Shohih)
Yang
ketiga; hamba yang bersyukur adalah ia yang selalu menggunakan setiap ni’mat
yang ada pada dirinya adalah untuk kebaikan di jalan Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.. Ia menggunakannya dalam rangka meningkatkan ketaatan dan taqorrub
(mendekatkan diri) kepada Allah. Dan ia menggunakannya adalah untuk kepentingan agama, untuk
kemanfa’atan banyak orang yang mana Allah redho terhadapnya dan ia pun redho
terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hal ini pernah dicontohkan oleh para
sohabat Radiyallahu ‘Anhum yang mana mereka berkorban menginfakkan harta,
tenaga serta jiwa mereka di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mereka
mengabdikan diri di jalan-Nya demi meraih cita-cita tertinggi sebagai syuhada.
Yang
keempat; hamba yang bersyukur adalah ia yang mampuh merespon atau menanggapi
sebuah ni’mat atau karunia yang telah Allah berikan kepadanya. Sebagaimana yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang mana
beliau telah dikaruniakan sebuah ni’mat yang begitu agung yaitu telah
dijanjikan syurga dan telah diampuni dosa-dosa beliau baik yang telah lalu mau
pun yang akan datang. Beliau Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam merespon atau
menanggapi adanya ni’mat karunia tersebut dengan banyak beribadah kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. Sehingga diriwayatkan dalam hadits bahwa kaki beliau sampai bengkak-bengkak
dikarenakan seringnya beribadah; berdiri, bersujud dihadapan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala sampai istrinya ‘Aisyah bertanya; “ya
Rasulallah, bukankah engkau telah dijanjikan syurga oleh Allah dan telah
diampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?.. lalu mengapa
engkau membebani diri dengan banyak beribadah sampai kakimu bengkak?”..
Rasulullah pun menjawab; “tidak-kah boleh jikalau
aku menjadi hamba-Nya yang bersyukur?”..
Dan
yang kelima atau yang terakhir; hamba yang bersyukur adalah ia yang mampuh
menghargai kebaikan orang lain. Ia senang berterima kasih atas kebaikan
orang-orang di sekelilingnya.
Dari
Abu Huroiroh Radiyallahu ‘Anhu dari Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda; “tidak dianggap bersyukur kepada Allah, seorang yang
tidak pernah berterima kasih (atas kebaikan orang lain kepadanya)”. Dan
dalam riwayat lain, beliau bersabda; “manusia yang
paling bersyukur kepada Allah adalah ia yang senang berterimakasih kepada
manusia lainnya (atas kebaikan mereka)”.
Khutbah kedua
Jama’ah sholat jum’ah yang dirahmati Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.…
Sebelum
ditutupnya khutbah ini khotib mengingatkan bahwa tidaklah perlu kita memikirkan
bagaimana caranya agar kita bisa mendapatkan harta yang banyak, tidak perlu
memikirkan bagaimana caranya agar kita bisa lebih kaya dari orang lain… tapi
hendaknya, kita berfikir bahwa bagaimana caranya agar diri kita ini bisa
menjadi hamba yang selalu bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
atas segala ni’mat dan karunia-Nya yang begitu banyak. Allah Subhanahu Wa
Ta’ala berfirman :
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang
kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat
kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrohim : 34)