Jama’ah jum’ah yang dirahmati
Allah Subhanahu Wa Ta’ala…
Dalam kesempatan khutbah ini,
khotib akan menyampaikan khutbah tentang Pentingnya Sebuah KEIKHLASAN. Allah
berfirman di dalam Al Qur’an Surat Al Bayyinah : 5
“Dan tidaklah mereka disuruh melainkan supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus”.
Kita melihat, betapa banyak
diantara manusia yang melakukan suatu amalan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala tetapi pada hakekatnya mereka tidak mendapatkan apa-apa dari amalan
ibadah yang ia perbuat. Sedangkan mereka merasa bahwa mereka telah berbuat
dengan sebaik-baiknya. Allah telah berfirman dalam Surat Al Kahfi : 103-104
“Katakanlah: "Apakah mau Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya?". Yaitu orang-orang yang
telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka
menyangka bahwa mereka telah berbuat dengan sebaik-baiknya”.
Mereka banyak melakukan amalan
tetapi mereka tidak mengilmui dan memahami amalan ibadah mereka sendiri. Mereka
hanya sekedar mengikuti kebanyakan orang melakukan ini dan itu. Kemudian ia pun
ikut melakukannya. Allah telah berfirman
dalam Surat Az Zumar : 9
"Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran”.
Kaum muslimin sidang jum’ah yang
dirahmati Allah SUbhanahu Wa Ta’ala…
Kemudian kita juga melihat,
betapa banyak orang yang memiliki ilmu. Memepelajarinya dengan dalam kemudian
mengajarkannya pula kepada orang lain. Tetapi mereka sedikit sekali dalam
mengamalkan ilmunya. Maka mereka tidak ada bedanya dengan orang-orang pertama
yang khotib sebutkan. Orang-orang pertama, mereka banyak melakukan amal ibadah
tetapi tidak didasari dengan ilmu yang benar. Kemudian orang-orang macam kedua,
mereka banyak mengilmui dan memahami amaliyah ibadah dalam Agama ini. Tetapi
mereka sedikit sekalai dalam mengamalkan ilmunya. Apakah mereka ini tidak
berfikir bahwa;
“Ilmu itu akan menjadi hujjah bagi dirinya atau atas dirinya”.
Jadi, ilmu itu bisa menjadi
penolong bagi pemiliknya dan juga bisa menjadi penghancur bagi pemiliknya itu sendiri.
Kemudian kaum
muslimin sidang jum’ah yang berbahagia…
Ada lagi orang-orang macam
ketiga, yang mana mereka mempunyai ilmu lalu mengamalkan pula setiap ilmunya.
Tetapi sungguh sayang, ternyata Allah Subhanahu Wa Ta’ala murka dan tidak redho
kepada mereka. Karena apa? Mereka tidak Ikhlas dalam mengilmui Agama mereka
sendiri. Tidak pula Ikhlas dalam mengamalkan setiap syari’at Agama Yang Mulia
ini. Wal’iyadzu Billah..
Inilah, sebagai mana yang
pernah dituturkan oleh Al Imam Ghozali Rahimahullah bahwa:
“Setiap manusia pada hakekatnya adalah mati kecuali orang-orang yang
berilmu. Dan orang-orang yang berilmu pada hakekatnya adalah tidur kecuali
orang-orang yang mengamalkan Ilmunya. Dan orang-orang yang banyak mengamalkan
ibadah pada hakekatnya adalah tertipu kecuali orang-orang yang Ikhlas”.
Jadi percuma bagi kita, jikalau
kita banyak memiliki Ilmu dan banyak mengamalkan amaliyah ibadah. Sedangkan
kita tidak pernah Ikhlas dalam merealisasikan hal itu. Dan kita pun ternyata
tidak menyadarinya. Padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun memperingati NabiNya
Sallallahu ‘Alai Wa Sallam di dalam Al Qur’an Surat Az Zumar : 65
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah
amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.
Lalu bagaimana dengan kita,
sebagai hamba biasa. Tentu lebih dihawatirkan lagi akan terjatuh dalam
ketiadaan Ikhlas alias Riya atau Syirk. Dan Nabi Sallallahu ‘Alai Wa Sallam pun
pernah bersabda:
“Syirk pada umat ini, itu lebih tersembunyi daripada seekor semut yang
ada diatas batu cadas hitam ditengah kegelapan malam”.
Khutbah Kedua
Kaum muslimin sidang jum’ah yang
dirahmati Allah SUbhanahu Wa Ta’ala…
Maka tidak ada jalan dan pilihan
bagi kita melainkan harus sering beristigfar dan bertaubat kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala sepanjang siang dan malam. Tidak terlepas bagaimana pun
kedudukan kita sekarang. Sebagai siapa pun diri kita ini sekarang. Maka hendaknya
kita terus beristigfar dan bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kalian kepada Allah dengan
taubat yang sebenar-benarnya”. (At tahrim : 8)
“Dan memohon ampunlah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al Muzammil : 11)
Bahkan Nabi kita Muhammad
Sallallahu ‘Alai Wa Sallam kekasih Allah, yang telah dijanjikan Syurga dan yang
telah diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang akan datang. Beliau
tidak pernah berhenti beristigfar memohon ampun kepada Allah Tabaroka Wa
Ta’ala. Sehingga beliau bersabda:
“Demi Allah, sesungguhnya saya beristigfar memohon ampun kepada Allah
sebanyak 70 kali atau 100 kali dalam setiap hari”.
Kaum muslimin sidang jum’ah yang berbahagia…
Maka sesungguhnya seorang
hamba, setiap kali ia banyak beristigfar memohon ampun kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala maka setiap kali itu pula hatinya akan bersih, akan lebih dekat pada
keikhlasan. Dan barangsiapa yang Ikhlas hatinya. Maka sedikit amalannya,
gununglah pahalanya. Lain halnya dengan orang yang tidak Ikhlas. Banyak
amalannya tetapi pada hakekatnya ia tidak mendapatkan apa-apa. Dikarenakan
tidak adanya keimanan dan pengharapan akan apa yang ada di sisi Allah. Allah
Subhanahu Wa Ta’ala berfirman di dalam Surat AL Furqon : 23
“Dan kami datangkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”.