Minggu, 24 Maret 2013

Mereka Tidak Memaksa Ko'!

Ketika orang tua menentukan/memilihkan sesuatu buat kita, terkadang kita merasa gusar seakan diatur-atur...

bolehlah jikalau memang kita ingin menolak,, tapi tentu dengan tidak memberontak...

sebab, besok atau lusa...
kita pun akan mengerti dan memahami,, mengapa mereka memilihkan hal itu buat kita?!

semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik buat anak mereka,,
maka tetaplah dan selalulah sayangi kedua orang tua bagaimana pun sikap keduanya...

tidak-kah kita ingat,, bahwa mereka berdua merupakan sebab terlahirnya kita di dunia...
dan tidak-kah pula kita ingat,, bahwa disetiap waktu hari raya tiba,, mereka selalu berusaha membelikan baju baru buat kita...

"Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia".
(al isro : 23)

Menulis Bukan-lah Kekaguman

David D. Burns, M.D pernah mengungkapkan;

"ketika saya menulis untuk jurnal pendidikan, saya selalu berkata pada diri saya sendiri di setiap kali duduk untuk menyiapkan konsep, 'Ini harus bisa jadi karya yang menonjol'.
kemudian saya bersusah payah menyusun kalimat pertama, sampai ahirnya menyerah dengan rasa sebal....?!
akan tetapi, ketika saya berkata pada diri saya sendiri, 'saya akan membuat konsep asal-asalan saja (biasa-biasa saja)'.
ternyata hambatan berkurang dan hasil yang saya capai jauh lebih baik. dan lebih dari itu, saya terkejut oleh kenyataan bahwa kualitas penulisan saya meningkat setelah saya tidak berusaha terlalu keras untuk membuat kagum orang lain".

Dzu Hanin ;

"menulis bukanlah sekedar menciptakan kekaguman pada raut wajah orang lain,, tapi menulis adalah menciptakan kepuasan bahagia pada hati penulis itu sendiri..
karena kebahagiaan hati penulis bisa memberi sugesti positif pada hati para pembaca"

Ukuruan Kekayaan



Ukuran kekayaan bukanlah pada banyaknya harta, tapi pada hati yang qona'ah..

"kekayaan bukanlah dengan banyaknya harta, tapi kekayaan adalah kekayaan hati/jiwa" (Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wa Sallam).

Kayakanlah diri kita dengan menjadikan hati kita, hati yang qona'ah. Sebab, jika kita memiliki hati yang qona'ah, maka setiap raja yang ada di dunia ini akan iri terhadap kita, meski sebenarnya kita adalah orang miskin (harta).

Urusan rizki (harta) sudah diatur dan dibagi sesuai dengan kadar dan kebutuhan seorang hamba dalam hidupnya, setiap hamba pasti akan mengambil bagiannya.

"tidaklah seorang hamba itu akan mati, sehingga Allah menyempurnakan bagian rizkinya" (Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wa Sallam).

Meski pun kita jungkir balik, kaki di kepala dan kepala di kaki, jika bagian rizki (harta) kita sudah segitu, maka ya segitu yang kita dapat. Allah Maha Adil Maha Tahu kebutuhan kita. Maka janganlah banyak protes, tapi bersyukur dan qona'ah, itulah keindahan dan ketentraman hidup.

Tidak ada rasa hawatir dalam hati kita, juga tidak ada rasa kesedihan. Sebab Allah selalu menjadikan musim semi pada hati hamba-hambaNYA yang qona'ah dan pandai bersyukur.

Dan pesan terakhir,

"bukanlah kefaqiran yang aku hawatirkn atas kalian, tapi yang aku hawatirkan adalah akan dibentangkannya dunia dihadapan kalian sebagaimana dahulu pernah dibentangkn pada orang-orang sbelum kalian. Lalu kalian berlomba-lomba (dengan segala cara dan upaya) untuk mendapatkan (kekayaan) dunia sebagaimana dahulu mereka berlomba-lomba pula. Lalu kalian akan binasa sebagaimana mereka kaum sebelum kalian telah binasa" (Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wa Sallam).


Sederhanalah saja, "saya bukan orang kaya, tapi tidak mengaku miskin. Karena bersyukur dan qona'ah adalah kekayaan sesungguhnya".

Pesan Untuk Pipit

"Succes is My Right!"...

Masih ingat itu,,, pesan pendek yang pernah engkau kirim... "Sukses adalah hak-ku!".

lupakanlah kemalasan!
bukalah mata!
kepakanlah kedua sayapmu!
raihlah hak itu,,!
lalu ambillah dan jangan lepaskan!

kamu pasti bisa melakukan hal itu dan selalu akan bisa!

Jangan sampai tiupan angin menghalangi gerak kedua sayapmu untuk sampai ke-tujuan indahmu.

bukankah engkau akan terbang jauh meninggalkan kotamu?! meninggalkan sangkar usang untuk membuat sangkar yang baru.

ingatlah wahai sweet sparrow!
bahwa Allah selalu ada di balik layar kehidupanmu,
Dia akan menopang kedua sayapmu untuk sampai ke langitbiru cita-mu.
so, apa pun topan yang menghadang, do not be afraid...!!!
jangan takut! tapi terjanglah, menelusuplah, bermanuverlah!

ingatlah dan yakinlah!
jika memang Allah ingin menganugerahkan kesuksesan untukmu,
maka itu pasti akan terjadi...!

no one will be blocking your ways,
tidak akan ada yang bisa menghalangi langkahmu!


believe, believe, believe and trust...!!!

Senin, 18 Maret 2013

Pentingnya Sebuah Keikhlasan


Jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala…

Dalam kesempatan khutbah ini, khotib akan menyampaikan khutbah tentang Pentingnya Sebuah KEIKHLASAN. Allah berfirman di dalam Al Qur’an Surat Al Bayyinah : 5

“Dan tidaklah mereka disuruh melainkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.

                Kita melihat, betapa banyak diantara manusia yang melakukan suatu amalan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala tetapi pada hakekatnya mereka tidak mendapatkan apa-apa dari amalan ibadah yang ia perbuat. Sedangkan mereka merasa bahwa mereka telah berbuat dengan sebaik-baiknya. Allah telah berfirman dalam Surat Al Kahfi : 103-104

“Katakanlah: "Apakah mau Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?". Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat dengan sebaik-baiknya”.

                Mereka banyak melakukan amalan tetapi mereka tidak mengilmui dan memahami amalan ibadah mereka sendiri. Mereka hanya sekedar mengikuti kebanyakan orang melakukan ini dan itu. Kemudian ia pun ikut melakukannya.  Allah telah berfirman dalam Surat  Az Zumar : 9

"Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.

Kaum muslimin sidang jum’ah yang dirahmati Allah SUbhanahu Wa Ta’ala…

Kemudian kita juga melihat, betapa banyak orang yang memiliki ilmu. Memepelajarinya dengan dalam kemudian mengajarkannya pula kepada orang lain. Tetapi mereka sedikit sekali dalam mengamalkan ilmunya. Maka mereka tidak ada bedanya dengan orang-orang pertama yang khotib sebutkan. Orang-orang pertama, mereka banyak melakukan amal ibadah tetapi tidak didasari dengan ilmu yang benar. Kemudian orang-orang macam kedua, mereka banyak mengilmui dan memahami amaliyah ibadah dalam Agama ini. Tetapi mereka sedikit sekalai dalam mengamalkan ilmunya. Apakah mereka ini tidak berfikir bahwa;

“Ilmu itu akan menjadi hujjah bagi dirinya atau atas dirinya”.

Jadi, ilmu itu bisa menjadi penolong bagi pemiliknya dan juga bisa menjadi penghancur  bagi pemiliknya itu sendiri.

                Kemudian kaum muslimin sidang jum’ah yang berbahagia…

                Ada lagi orang-orang macam ketiga, yang mana mereka mempunyai ilmu lalu mengamalkan pula setiap ilmunya. Tetapi sungguh sayang, ternyata Allah Subhanahu Wa Ta’ala murka dan tidak redho kepada mereka. Karena apa? Mereka tidak Ikhlas dalam mengilmui Agama mereka sendiri. Tidak pula Ikhlas dalam mengamalkan setiap syari’at Agama Yang Mulia ini. Wal’iyadzu Billah..

                Inilah, sebagai mana yang pernah dituturkan oleh Al Imam Ghozali Rahimahullah bahwa:

“Setiap manusia pada hakekatnya adalah mati kecuali orang-orang yang berilmu. Dan orang-orang yang berilmu pada hakekatnya adalah tidur kecuali orang-orang yang mengamalkan Ilmunya. Dan orang-orang yang banyak mengamalkan ibadah pada hakekatnya adalah tertipu kecuali orang-orang yang Ikhlas”.

Jadi percuma bagi kita, jikalau kita banyak memiliki Ilmu dan banyak mengamalkan amaliyah ibadah. Sedangkan kita tidak pernah Ikhlas dalam merealisasikan hal itu. Dan kita pun ternyata tidak menyadarinya. Padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun memperingati NabiNya Sallallahu ‘Alai Wa Sallam di dalam Al Qur’an Surat Az Zumar : 65

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.

Lalu bagaimana dengan kita, sebagai hamba biasa. Tentu lebih dihawatirkan lagi akan terjatuh dalam ketiadaan Ikhlas alias Riya atau Syirk. Dan Nabi Sallallahu ‘Alai Wa Sallam pun pernah bersabda:

“Syirk pada umat ini, itu lebih tersembunyi daripada seekor semut yang ada diatas batu cadas hitam ditengah kegelapan malam”.



Khutbah Kedua

Kaum muslimin sidang jum’ah yang dirahmati Allah SUbhanahu Wa Ta’ala…

Maka tidak ada jalan dan pilihan bagi kita melainkan harus sering beristigfar dan bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sepanjang siang dan malam. Tidak terlepas bagaimana pun kedudukan kita sekarang. Sebagai siapa pun diri kita ini sekarang. Maka hendaknya kita terus beristigfar dan bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya”. (At tahrim : 8)

“Dan memohon ampunlah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al Muzammil : 11)

Bahkan Nabi kita Muhammad Sallallahu ‘Alai Wa Sallam kekasih Allah, yang telah dijanjikan Syurga dan yang telah diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang akan datang. Beliau tidak pernah berhenti beristigfar memohon ampun kepada Allah Tabaroka Wa Ta’ala. Sehingga beliau bersabda:

“Demi Allah, sesungguhnya saya beristigfar memohon ampun kepada Allah sebanyak 70 kali atau 100 kali dalam setiap hari”.

                Kaum muslimin sidang jum’ah yang berbahagia…

                Maka sesungguhnya seorang hamba, setiap kali ia banyak beristigfar memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka setiap kali itu pula hatinya akan bersih, akan lebih dekat pada keikhlasan. Dan barangsiapa yang Ikhlas hatinya. Maka sedikit amalannya, gununglah pahalanya. Lain halnya dengan orang yang tidak Ikhlas. Banyak amalannya tetapi pada hakekatnya ia tidak mendapatkan apa-apa. Dikarenakan tidak adanya keimanan dan pengharapan akan apa yang ada di sisi Allah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman di dalam Surat AL Furqon : 23

“Dan kami datangkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”.


Jumat, 01 Maret 2013

Lilin Harapan


Berharaplah sesuatu yang baik sebelum membaca wahai sobat...!!! barangkali harapanmu itu bisa menyulut semangat kesejatianmu untuk melaju/melangkah ke-arah yang lebih baik dan sukses. Sebagaimana seorang motivator muda berkata : “Harapan ibarat setetes embun yang meski sedikit tapi bisa menumbuhkan Beringin”.
 
Wahai sobat,, marilah kita sejenak membaca sebuah kisah ilustrasi menarik dari seorang inspirator muda. Dia mengilustrasikan bahwa di suatu lorong yang gelap, ada seorang anak  yang sedang bermain dengan 4 buah lilinnya. Setiap lilin itu diberi nama; Lilin yang pertama dinamakan lilin kepercayaan diri, lilin yang kedua dinamakan lilin kegigihan, lilin yang ketiga dinamakan lilin keberanian, dan lilin yang ke-empat dinamakan lilin harapan. 

Sang anak pun mulai menyalakan lilin-lilinnya. Setelah semuanya menyala, sang anak memperhatikan cahaya api yang ada di ke-empat lilinnya itu. Dia tidak ingin kalau sampai ada satu cahaya lilin pun dari ke-empat cahaya lilinnya yang berhenti menyala alias padam bin redup. Dia tidak ingin kegelapan lorong memekat dan menelan tubuhnya. Sehingga sang anak pun terus menjaga cahaya api lilin-lilinnya dengan penuh antusias. Tapi kemudian tidak dinyana, tiba-tiba ada angin yang berhembus “wuuusss..”. lalu reduplah satu lilin dari ke-empat lilin itu. Yaitu lilin kepercayaan diri.

Sang anak pun tertunduk layu. Kini ia telah kehilangan cahaya kepercayaan dirinya. Tapi kemudian dia melihat bahwa dia masih memiliki 3 cahaya api lilin lagi. Lalu ia pun bertekad untuk lebih bisa mempertahankan cahaya api dari ke-tiga lilinnya itu.

Tapi, apalah daya. Dia tetap tidak bisa menahan hembusan angin yang datang berikutnya. Sehingga padam-lah pula cahaya lilinnya yang ke-dua, yaitu lilil kegigihan. Raut wajahnya pun kini seakan ikut redup bersamaan dengan redupnya cahaya kedua lilinnya.

Kini tinggal dua lilin yang masih menyisakan cahayanya, yaitu lilin keberanian dan lilin harapan. Dan setelah bertahan lama dengan kedua lilin yang tersisa ini. Lalu reduplah pula cahaya lilin yang ketiga, yaitu lilin keberanian. Sehingga lorong menjadi semakin gelap. Sang anak pun kebingungan dan hampir frustasi karena hanya cahaya lilin harapanlah yang masih memberi terang. Itu pun kecil. Sedang lorong benar-benar gelap pekat.

Namun kemudian dia tersadar, bahwa dengan cahaya lilin harapan yang kecil itu, ia bisa mengembalikan cahaya ketiga lilinnya yang telah redup. Dia pun mulai menyulutkan cahaya lilin harapannya ke ke-tiga lilinnya yang redup itu; lilin kepercayaan diri, lilin kegigihan, dan lilin keberanian. Sehingga kemudian ke-tiga lilinnya itu kembali dengan cahaya terangnya. Maka lorong pun menjadi terang kembali dikarenakan cahaya yang memancar dari ke-empat lilin itu.

Nah, wahai sobat... dari kisah ilustrasi ini, kita bisa mengambil sebuah inspirasi luar biasa. Bahwa setiap kita hendaknya memiliki cahaya lilin harapan.

Milikilah sebuah harapan yang baik, sebuah harapan yang indah, sebuah harapan yang bisa menyuburkan semangat juangmu, sebuah harapan yang selalu bisa memberi terang dalam hidupmu ketika ia mulai gelap, sebuah harapan yang bisa menguatkan pijakan kaki-mu di atas jalan kebenaran, sebuah harapan yang bisa menyelamatkanmu dari dahsyatnya gelombang fitnah hidup, sebuah harapan yang bisa menyanggah kepercayaan dirimu, kegigihanmu dan keberanianmu.

Milikilah harapan yang luarbiasa wahai sobat..  sebab harapan yang luarbiasa itu, dapat membuka berbagai pintu kemungkinan.  Jangan takut berharap selagi masih hidup, sebab kalau sudah mati, harapan tidak lagi ada guna. Katakanlah..! “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah” (At Taubah : 59). “dan hanya kepada Rabb-mu lah hendaknya kamu berharap” (Al Insyiroh : 8).
Berharaplah apa pun hanya kepada Allah. Karena “Sesungguhnya urusan-Nya (adalah) apabila Dia menghendaki sesuatu, (maka) hanyalah berkata: "Jadilah!" maka terjadilah ia”.  (Yasin : 82).