Selasa, 28 Mei 2013

Kehilangan



   Cilacap, 4 Mei 2013


 Semakin aku rasa, semakin aku bimbang
Rindu ini mencekam, tapi entah kepada siapa aku merindu?!

Aku kehilangan,
Setelah aku sadari bahwa engkau telah menjelma sepi
Tiada lagi keramaian, yang dahulu selalu engkau teriakan dekat telingaku
Tiada lagi keasyikkan, yang dahulu selalu engkau lukiskan dengan senyum manismu dekat wajahku

Aku kehilangan,
Setelah aku mengetahui bahwa engkau telah beranjak dari tempatmu; menantiku
Langkah kakimu seperti semakin menjauh, entah mungkin sudah bukan seperti lagi
Tapi memang,, benar-benar menjauh…

Tiada aku salahkan siapa-siapa
Aku hanya menyesali, kenapa aku bisa mencintaimu dari kejauhan
Ah, sudah… cukup sudah…
Tidak ada lagi cinta pada kejauhan,
Sebab itu melelahkan

Biarlah aku menerima ini,
Aku kehilangan

Mengapa Allah Menangguhkan Do’a Kita..?!




Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berjanji di dalam Al Qur’an seraya berfirman;
“... Aku mengabulkan do’a orang yang berdo’a kepada-Ku...” (Al Baqoroh : 186)
“... berdo’alah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untuk kalian (do’a kalian)...” (Ghofir : 60)
“... sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala malu terhadap seorang hamba yang mengangkat kedua tangannya seraya berdo’a dan memohon, lalu tidak mengabulkan do’anya atau mengembalikannya dalam keadaan kosong..” (Hadits)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan pernah mengingkari janji-Nya, bahwa Dia pasti akan mengabulkan do’a setiap orang yang berdo’a kepada-Nya. Namun yang perlu kita sadari  dan kita pahami adalah; bahwa Allah memiliki rahasia tersendiri dalam pengabulan do’a untuk hamba-hambaNya.
Suri tauladan kita, Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah menjelaskan kepada kita sebagai umatnya seraya bersabda yang artinya;
“... adakalanya Allah mengabulkan do’a seorang hamba secara langsung, adakalanya pula ditangguhkan sampai hari kiamat (sebagai penolong/peninggi derajatnya), dan adakalanya pula do’a itu dijadikan sebagai tameng yang membebaskan dirinya dari bencana/marabahaya...”
“... do’a dan bala itu berperang diatas langit, mana yang menang.. maka itu-lah yang akan didapat seorang hamba...” 

Dan juga,
bahwa Allah menunda atau menangguhkan pengabulan do’a kita adalah karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala ingin tahu seberapa jujur dan tuluskah kita dalam berdo’a kepada-Nya. Karena jika sebuah do’a segera/langsung dikabulkan, maka tentu tidak ada seorang pun di dunia ini melainkan ia pasti berdo’a memohon serta meminta kepada-Nya.. lalu meninggalkan ihtiar atau usaha.
Ingatlah,,, bahwa Allah mencintai orang-orang yang selalu berdo’a kepada-Nya, baik dalam keadaan senang atau derita, lapang atau sempit, dan atau baik sudah dikabulkan atau belum...
Tapi Allah benci terhadap orang-orang yang berdo’a kepada-Nya, lalu setelah dikabulkan mereka lupa dan berpaling seakan tidak pernah berdo’a sama sekali sebelumnya...
“Dan kalau Allah menyegerakan keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, (maka) pasti diakhiri umur mereka. Namun Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, menjadi bingung di dalam kesesatan mereka...
Dan apabila manusia ditimpa bahaya (kesusahan), dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia malah kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan” (Yunus : 11-12)

Dan juga perlu kita ketahui, bahwa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda ketika melihat seorang musafir yang sedang berdo’a (begitu khusyu’), tapi tidak mendapat apa-apa...;
“...pakaiannya hasil haram, makanan dan minumannya juga hasil haram, dan ia tumbuh dari hasil haram... lalu bagaimana bisa dikabulkan do’anya..??!!...”
Maka sebelum berdo’a, kita pastikan bahwa pakaian yang kita pakai adalah pakaian dari hasil yang halal, begitu pun makanan dan minuman kita...

Oh iya satu lagi,
“.. tidak ada penghalang antara seorang hamba dengan do’anya selama ia tidak memutuskan tali silaturohim..”
Dan satu lagi terakhir,
“jangan tergesa-gesa dalam berdo’a (meminta pengabulannya)... yaitu berkata; ‘aku sudah berdo’a kepada Allah, tapi ko’ belum dikabulkan juga...”

Nah,, bagaimana..??!!! sekarang kita tahu jawabannya...
Mengapa Allah menangguhkan do’a kita...???!!!


Jumat, 24 Mei 2013

Semangat Perubahan




Jika sekarang anda merasa buruk, berubahlah…
Jika sekarang anda merasa gagal, berubahlah…
Jika sekarang anda merasa kacau, berubahlah…
Jika sekarang anda merasa miskin, berubahlah…
Jika sekarang anda merasa bodoh, berubahlah…
Jika sekarang anda merasa berdosa, berubahlah…
Jika sekarang anda merasa jelek, berubahlah…

Wahai kawan,
Segala sesuatu itu bisa kita rubah menjadi lebih baik dan indah…
Janganlah kita hidup dengan ke-kita-an yang buruk, gagal, kacau, miskin, bodoh, berdosa, jelek…
Apakah kita menikmati semua itu,,??!! Jangan bilang “ah, sudah takdirnya begini”…!!!
Saya katakan “tidak..!!!”,, sekiranya anda tahu perubahan apa yang akan terjadi pada hidup anda setelah diri anda sendiri mau berubah.

Wahai kawan,
Kita hanya mengetahui takdir kita yang sudah terjadi dan sekarang yang kita alami…
Tapi kita tidak tahu takdir kita ke-depan seperti apa… iya kan?!
Jikalau memang takdir kita yang sekarang begitu buruk dan penuh dengan keongkahan hidup…
Maka, apakah kita mau membawa takdir ini sampai ke- kehidupan kita mendatang…?!
Ah, menyedihkan…  don’t answer ‘okay’…!!!

Wahai kawan,
Sadarilah, bahwa kita berperan dalam menciptakan takdir kita sendiri meski sebetulnya Allah-lah sepenuhnya yang menetapkan…
Kita berusaha, berdo’a, berharap dan yakin dengan sejujurnya… bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha, do’a harapan, dan keyakinan kita…
Apa yang sudah terjadi, kita yakini bahwa itu adalah takdir Allah untuk kita…
Sedangkan apa yang belum terjadi, maka itu-lah kesempatan kita untuk berubah…
Semangat perubahan…!!! Wujudkan…!!!




Mereka Hidup Untuk Islam

“… Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran),…” (Ali Imron : 140).
“Tidaklah datang suatu zaman, melainkan akan datang zaman setelahnya yang lebih buruk”, (Sabda Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam).
 “Hiduplah seperti belut, meski hidup di tempat kotor dia tetap licin dan bersih”, (Pesan Seniorku Mujiman el Marauky).  
Lalu aku menimpali, “Jika tidak bisa hidup seperti belut, maka jangan coba-coba masuk ke-dalam lumpur”.

Dari beberapa buku yang pernah saya baca, terutama buku-buku sejarah. Semuanya menunjukan bahwa zaman dahulu sebelum zaman kita, banyak lahir manusia-manusia luar biasa yang mampu mengubah wajah dunia, dari kesuraman menjadi cerah seperti fajar dikala mulai menyingsing. Mereka tidak sukses untuk diri pribadi mereka, tetapi kesuksesan mereka adalah untuk meninggikan kalimat Allah di jagat raya ini. Selain itu, adalah untuk meninggikan derajat moral segenap umat manusia; baik dari segi Akhlaq, Ilmu pengetahuan, Sosial, Politik, Ekonomi, dan lain sebagainya.
Kita tentu mengenal sosok manusia mulia yang begitu luar biasa. Semua orang telah sepakat, bahwa dia adalah satu-satunya manusia yang dapat membuat perubahan signifikan untuk peradaban umat manusia di dunia ini. Dia-lah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Lalu setelahnya, diikuti pula oleh manusia-manusia luar biasa lainnya. Seperti; Abu Bakar yang mampu memberantas pasukan murtad dan memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat, sehingga kemudian mereka mau kembali kepada ajaran agama yang benar. Kemudian  kita juga mengenal sosok ‘Umar bin Khattab yang begitu tegas dalam hal kebenaran, tidak takut terhadap celaan orang-orang demi meninggikan kalimat Allah, sehingga dia mampu menaklukan beberapa kerajaan seperti; Persia, Rum, Al Qodisiyah, dan lain sebagainya. Lalu kita juga mengenal Kholid bin Walid, seorang panglima gagah perkasa yang dinamai “Saifullah” pedang Allah. Jikalau dia sudah turun di lapang pertempuran, maka sudah dipastikan setiap musuh akan kocar-kacir. Dia mampu membelah barisan pasukan mulai dari ujung sampai ke-ujung lainnya. Allahu Akbar!!!. Lalu kita juga mengenal Thariq bin Ziyad, seorang panglima yang mampu menaklukan Andalus. Perkataannya yang begitu masyhur ketika sampai di Andalus, yang dilontarkan kepada para pasukannya, “Kapal-kapal sudah saya bakar, maka tidaklah tersisa di-belakang kita melainkan hanya air laut saja, sedang di hadapan kita adalah para musuh… dimanakah kita harus berlari??!! Tidak lain adalah kita harus maju berperang sebagai pemenang atau sebagai syahid”. Ahirnya, Thariq bin Ziyad beserta pasukannya mampu menaklukan Andalus. Allahu Akbar!!!. Kemudian kita juga mengenal sosok pemimpin yang dikenal amat-teramat keadilannya. Dia-lah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz yang mampu mengislahkan sistem pemerintahan Islam yang hampir goncang. “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un”, itu-lah kalimat yang dia ungkapkan di awal mula dia diangkat sebagai Khalifah. Jabatan bukanlah sebagai kemuliaan, tetapi sebagai ujian/cobaan.
Dan banyak lagi tokoh-tokoh luar biasa lainnya, yang mana kesuksesan mereka bukanlah untuk pribadi mereka sendiri, tetapi semata untuk meninggikan dan mensyiarkan Kalimat Allah ‘Azza wa Jalla. “Demikianlah.. dan barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati” (Al Hajj : 32).
Lalu bagaimana dengan kita…???!! Apakah yang sudah kita usahakan untuk mensyiarkan agama Allah…??!! Hemp,,!!! jangankan untuk mensyiarkan agama Allah. Lah wong kita-nya saja begini..???!!! males, doyan facebook-an, jarang ngaji Al Qur’an apalagi memahami dan mentadabburinya, sholat masih sering ketinggalan bolong-bolong pula, tidak pernah peduli terhadap sesama muslim, sama orang tua sering membangkang… ini hal-hal yang lumayan besar.. yang kecilnya, makan tidak pernah bismillah kadang pake tangan kiri pula, masuk wc malah kaki kanan dulu, masuk mesjid malah sebaliknya, dan lain sebagainya…
“Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga kaum tersebut mau merubah keadaan mereka sendiri…”

Ingat Nasib Orang Sebelum Memecat



Jika ada karyawan atau pekerja berbuat kesalahan atau kurang prefesional dalam pekerjaannya, maka bijaksanalah dalam memutuskan; memecatnya atau mendidiknya…??!
Memecat bukanlah solusi, tapi awal polusi…
Jangan menyalahkannya 100% atau memvonis langsung “Kamu ini kurang becus! Kamu tidak layak bekerja di perusahaan ini! Keluar…..!!!! kamu dipecat!!!!”,,
Sungguh tidak selayaknya sebagai atasan bertindak anarkis terhadap bawahan, apalagi jika dibarengi dengan kebencian…
Tapi didiklah, bimbinglah, nasehatilah, tunjukilah kesalahannya, biarkanlah ia belajar dan membakati pekerjaannya…
Sebab orang yang tersadar dan mau bangkit serta belajar dari kesalahan, maka itu-lah orang besar ‘Insya Allah’
Jangan asal memecat,, sebab itu berurusan dengan nasib orang yang dipecat (bisa depresi jika nihil pekerjaan cadangan)…

Cobalah Bertanya...!!!



Bertanyalah pada orang buta tentang sempit dan gelapnya dunia ini,,
Sebab, betapa pun luas dan terangnya dunia ini, maka baginya sama saja; sempit dan gelap…

Bertanyalah pada orang tuli tentang sunyi-sepinya dunia ini,,
Sebab, betapa pun gaduh dan riuhnya dunia ini, maka baginya sama saja; sunyi dan sepi…

Bertanyalah pada orang bisu tentang kekosongan kata,,
Sebab, betapa pun dia berucap atau berusaha mengungkap, maka tetap saja; kata-kata yang kosong…

Bertanyalah pada orang picang tentang beratnya berjalan,,
Sebab, betapa pun asyiknya berjalan santai, maka baginya sama saja; tidak ada jalan santai, yang ada hanyalah jalan berat…

Lalu bertanyalah kepada mereka semua tentang bagaimana mereka bisa menikmati hidup dengan keadaan/kondisi yang seperti itu…???!!!

“Barangsiapa yang bersabar kepada Allah atas keadaan yang telah diberikan, maka Allah akan menjadikan hatinya redho.. dan barangsiapa yang menambah dengan bersyukur, maka Allah-lah yang redho terhadapnya.. dan barangsiapa yang mana Allah redho terhadapnya, maka kehidupan akan membahagiakannya, sedang kematian menunggunya di depan pintu istana kubur..” _Ibnu Abi Bakr al Bantany_


Jumat, 03 Mei 2013

Antara Berani & Nekat

orang yang berani melihat kapasitas diri sebelum bertindak,,
orang yang nekat sering menutup mata setiap kali hendak bertindak.

orang yang berani menimbang resiko (yang akan terjadi) sebelum bertindak,,
orang yang nekat tidak pernah ambil pikir,, yang penting baginya adalah bertindak.. resiko belakangan.

orang yang berani mau mendengar kritik dan saran dari orang lain untuk setiap tindakannya,,
orang yang nekat sering tutup telinga,, ia merasa lebih benar sendiri.

orang yang berani bisa memahami tindakannya sendiri sebelum ia melakukannya,,
orang yang nekat baru bisa memahami tindakannya setelah ia melakukannya.

orang yang berani selalu mendapat ending yang baik dan indah,,
orang yang nekat tiada ending baginya melainkan berjuta kata sesal.

jadilah orang yang berani, bukan orang yang nekat.

Ingatku akan Sahabat

Berbicara tentang sahabat, aku jadi teringat dengan salah-seorang sahabatku yang sangat dulu sekali. Semoga sekarang dia baik-baik saja dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hampir 6 tahun ini aku tidak jumpa dengannya. Dikarenakan kesibukkan sekolah dan kuliah. Tapi sungguh, kenangan indah itu masih melekat dalam dada.

Entahlah, sebenarnya aku ragu untuk menuliskan hal ini. Sebab, ingatanku akan memaksaku untuk kembali ke masa-lalu saat aku bersamanya. Aku sering dihantui rasa rindu, ingin jumpa, pun ingin sekali bisa mengetok pintu rumah-nya. Tapi apalah,, kabar telah aku dengar bahwa dia sudah tidak ada di rumah. Dia bekerja di luar kota. Semoga Allah melancarkan rezekinya. Aamiin.

Soal kesetiaan (dalam persahabatan), sampai saat ini belum ada yang bisa menandinginya. Meski sudah beribu orang sahabat come and go. Tapi tetap, dia yang menempati rating terdalam di hati ini, ya dia-lah sahabat baikku. Tidak pernah sedikit pun dia membuatku kecewa, apalagi membuatku marah atau sedih. Dia selalu menunjukan sikap istimewanya terhadapku, pembelaannya yang begitu luar biasa, dan kesanggupannya yang sangat indah dalam menerima diriku yang serba-serbi adanya. Yah, meski aku sadar akan adanya perbedaan diantara kita. Tetapi justru, perbedaan itu-lah yang membuat aku-dia menjadi lebih harmonis dan lentur dalam bersahabat.

Aku ingat dikala ia mengingatkanku untuk sholat setiap kali hendak bermain. Dia sangat menghargai diriku dan background keluargaku yang religious.
“sudah sholat?”. Tanya dia kala itu.
“belum”. Jawabku.
“sholat dulu sana!”. Perintah dia.
“hayuk bareng, belum sholat juga kan?!”. Ajakku.
“salam saja buat Allah, dan loe sertain gue dalam do’a. Hati gue masih agak keras,, gue masih sulit ngehadirin hati dihadapan-Nya. Gue isin.”. sambil menyandarkan bahunya di kursi, ia mengutarakan kalimat itu.
Karena memang aku bukan ahli agama (belum tahu banyak tentang agama), maka aku tidak bisa menjelaskan apa-apa kepadanya tentang ibadah sholat.

Aku juga masih ingat dikala ia mencegahku dari meminum minuman beralkohol (AM). Waktu itu, aku-dia sedang nongkrong bersama di warung dengan gaya has anak ABG sambil menyelipkan cigarette diantara dua jari, sedangkan mulut mengepulkan asap persis seperti tungku dapur (begitulah dulu). Lalu tanpa diduga, kami menemukan sebuah botol AQUA berisikan air berwarna merah ketuaan. Dia pun mengambilnya, membuka tutupnya lalu mencium baunya. Saat itu Dia seperti fly. Aku pun ingin coba merasakan. Tapi dia mencegah, “jangan! Ini bahaya”. Tapi ternyata, dia sendiri meminumnya sampai tetes terakhir. “sial!” gerutuku dalam hati. Tapi setelah itu dia menjelaskan bahwa itu adalah minumanannya orang-orang malas. “Loe jangan minum! Otak loe kan lumayan. Kalo loe minum, loe bakal jadi malaes kayak gue. Ne minuman bisa bikin loe bego. Males mikir”. Aku heran kenapa dia begitu menjaga ke-aku-an aku, sedangkan aku sendiri…?? hah, entahlah.

Dan aku ingat dikala ia harus menjadi pengemis, sedang aku hanya bisa ikut menikmati hasilnya saja. Kala itu, dia pernah mendatangi setiap orang yang ada di sekolah satu persatu. Dan aku sempat mendengar, ketia ia mendatangi salah seorang teman di sekolah. “eh loe, punya duit gak? Sini bagi…”. Setelah dikasih dia pun meminta yang lain, yaitu keikhlasan. “loe ikhlaskan!? Kalo gak gue balikin neh”. Memang dasar… ternyata bukan hanya uang yang dia palak tapi keikhlasan juga dipalak. Haha ada-ada saja. Tapi tetap dipandanganku; palak, rampok, atau sejenisnya itu semua sama saja dengan pengemis. Pengemis nekat. “Loe bakat jadi pengemis sobat”. Candaku. “Daripada ngemis cinta, bisa bikin lupa segalanya. Mending ngemis duit, kan bisa bikin kenyang dan bisa cigarretan lagi”. Dia pun tertawa dengan begitu renyahnya.

Hah,, sobat-sobat… cukup sampai disini saja dulu. Ingatanku terbatas. Ada kata-kata dibawah nih.. semoga berkenan dihati dan bisa direnungi. Dan lebih indahnya diaplikasikan.

Wahai sobat,,
Jadilah engkau orang yang sederhana,
kesederhanaan itu lebih dekat dengan bijaksana,
Janganlah banyak menuntut apa pun dari orang lain, pun jangan pernah merasa dituntut oleh orang lain,
Tapi jadilah orang yang selalu bersedia,
Bersedia adalah jiwanya para pahlawan…

Wahai sobat,,
Jika engkau mencari sahabat yang selalu bisa memberi apa-apa untuktmu,, maka itu sangat sedikit,
Tapi jika engkau mencari sahabat yang bisa engkau beri, maka itu sangat banyak,
Jadilah sahabat yang baik bagi orang lain,
Tunjukanlah bahwa engkau bisa menjadi kedua sayap untuknya, mengajaknya terbang ke atas,
Berbuatlah sesuatu yang indah untuknya, agar dia tahu
Bahwa kehilanganmu adalah suatu kerugian besar…

Wahai sobat,,
Pahamilah sahabatmu dengan pemahaman yang dalam,, sepaham-pahamnya,
Janganlah mudah marah, mudah emosi, apalagi sampai berbuat kasar terhadapnya,
Karena engkau tidak tahu, barangkali engkau-lah satu-satunya sahabat yang dianggap baik baginya,
Lantas bayangkanlah,
Betapa akan hancur hatinya,, betapa akan remuk tulang-belulang harapannya,
Jika engkau meluapkan sesuatu yang tidak pantas/layak terhadapnya,
Jadilah sahabat yang baik, yang indah, yang bersahaja, yang menyayangi, mencintai dan mengasihi,
Keberadaanmu adalah kegembiraan, dan ketiadaanmu adalah kegundahan… Jadilah seperti itu…

*****

Hobi Pacaran

Pacaran,,?!

Ya, orang-orang begitu hobi dengan hal itu terutama kaum muda-mudi yang masih anget-angetnya menapaki masa keremajaan…

Tapi ada juga diantara mereka yang menahan diri untuk tidak ikut berkecimpung kedalam hobi itu… mereka ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang artinya; “Dan orang-orang yang tidak/belum mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya”. (An Nur : 33)

Hemh lucu,, aku menyebutnya hobi…

Ya, karena memang orang yang pernah merasakannya pasti ingin kembali merasakan dan terus ingin merasakan,, entah sampai kapan?! Sudah seperti kebiasaan..

Kecuali orang yang dirahmati oleh Allah,, yang menjadikan hobi itu sebagai sesuatu yang bisa dinikmati secara total dengan kehalalannya… Singkatnya, dia melabeli pacaran dengan kehalalan yaitu NIKAH…

Ah, sudahlah… bicara apa aku ini?!

Belajar (tepat) Mencintai

Mengenal wanita cantik lagi manis merupakan sebuah ujian besar… apalagi jikalau terlanjur mencintainya atau sekedar mengharapkannya…

Ketika menyangka bahwa hanya aku saja yang mencintai/mengharapkannya , ternyata aku salah… dia sudah dicintai dan diharapkan oleh banyak lelaki selainku…

Tapi apa peduliku,,?! Apalagi setelah aku tahu, ternyata dia lebih cenderung memilih sahabatku… yah sudah… aku turut bahagia saja walau harus mengorbankan perasaan…

Toh perasaanku ini tidak begitu berlebihan padanya,, karena begitulah caraku mencintai… SEDERHANA… seperti kayu yang tak sempat menyampaikan kata pada api, sehingga menjadikannya abu… atau seperti nasi yang memilih diam ternanak, sehingga ia menjadi bubur…

Sebab, jika berlebihan dalam mencinta, maka sakit yang dirasa pun akan berlebih pula saat kenyataan membuktikan bahwa cinta itu bertepuk sebelah tangan PUPUS… jadinya, berhari-hari merasakan sesemutan dalam hati…
Enjoy saja-lah… buat apa pula dilarut-laruti dengan air mata dan penyesalan atau kekesalan karena tidak mendapatkan orang yang dicinta…?! Biarlah dia memilih, dia yang menjalani, dia yang tahu bahagia atau tidaknya…

Karena cintaku pun tidak menjamin akan bisa membahagiakannya…

Hah,, mari biar aku cari wanita yang tidak terlihat saja… yang kecantikannya selalu menjadi misteri di mata kaum lelaki…
Mencintai kerana kecantikan (wajah) itu, MEREPOTKAN… tapi karena memang nafsu diri yang selalu cenderung memilih kecantikan rupa,, mata ini jadi lupa.. bahwa apa yang dilihat cantik itu akan pudar seiring berjalannya waktu…

Yah, semoga aku bisa melatih diri, melatih hati, dan melatih mata… supaya tidak terlalu melihat pada kecantikan rupa,, tapi lebih pantas melihat pada kecantikan pribadi, akhlak, moral, dan agamanya… itu-lah yang bisa dipertanggungjawabkan kelak… Insya Allah…

Jika ada yang bertanya; “mengapa anda mencintai wanita ini?”.. maka aku menjawab; “aku mencintainya karena penglihatanku akan kecantikan pribadi, akhlak, moral, dan agamanya”… aku yakin setiap orang pasti bun gkam jika aku menjawab seperti itu… karena fitrah manusia yang jujur adalah menerima kecantikan yang semacam itu… adapun urusan rupa,, maka perasaan cintaku-lah yang akan mencantikkan wajahnya… ibarat orang yang suka kopi,, biar pun pahit, tapi tetap ditenggak saja… pahit-pahit berhasiat.. ya begitu-lah..!!!

Goresan Cinta

Serang, 18 April 2010

“Dalam Surga”


Indah matamu pancarkan pesona cinta
Senyum tipis bibirmu menepiskan luka
Suaramu begitu syahdu menerpa telinga
Langkah kakimu pun, buat hatiku terlena

Sungguh kau bidadari hatiku
Turun dari awan putih menghampiriku
Memberi kesejukan digersangnya jiwaku
Tapi akankah kau tahu rasaku..???

Lihatlah disana....
Aku berdiri memandangimu tanpa henti
Bosan yg datang, aku tepis pergi
Hanya karena hatimu akan ku curi

Jangan pernah kau berfikir jauh
Cukup hati saja yg berkata
Lalu kau yakinkan dengan pandanganmu
Melihatku yg berharap dapat memilikimu

Sayang,,,teruslah kau begitu
Biarpun kau malu adanya
Tapi aku mengerti sebenarnya kamu
Dan aku mengerti malunya kamu

Dan aku denganmu...
Dan kamu denganku...
Dalam satu rasa, untuk cinta
Semoga abadi dalam surga




“Irama Jariku”

Pagi akan slalu cerah bagiku
Bila ada kamu disisiku
Tapi malam terasa menyiksaku
Karena aku yg menahan rindu padamu

Biarkanlah rasaku menyentuh relung hatimu
Dan merasuk ke-detak jantungmu
Membuai akan dalamnya rasaku
Ikut mengalir dalam satu aliran darahmu

Sudikah bila ku memandangmu
Mencoba tuk hapuskan lara dihati
Oleh karena wajahmu penuh ke-elokan
Yg begitu memudarkan prasangka hati

Bila seandainya awan putih menutupi wajahmu
Akan ku ambilkan secercah warna pelangi utkmu
Takan ku biarkan wajahmu me-layu bisu
Sebab tak ada yg indah selain parasmu

Ini... sengaja ku tulis utkmu
Diatas kertas putih yg pasrah
Dengan irama jari yg menyentuh abjad
Dan dengan hati yg berdentum “bum...”

Ku harap kau mengerti
Akan setiap untaian kata yg terpampang
Dan ku mau kau faham
Akan setiap sentuhan jariku



“Dalam bulan”

Bulan... tetaplah kau dalam kedamaian
Tetap sinari dunia dengan cahya sucimu
Suara hembusan angin membelai terangmu
Ceritakan kisah diatas alas putih

Lusuh kadang tertera di_kegelapan
Mencari sinar yg masih bersembunyi
Tampaknya malu dengan senyumanmu
Yg dibalik itu terurai manis terkaku

Bulan... bintang menemani sepimu
Awan menyelimuti separuh sisi
Demi tak relanya kau sedih
Menahan dinginnya semilir angin malam

Andai aku bisa meraihmu
Terjaga pazti kau dengan janjiku
Kedalam setiap hembusan yg terhembus
Kedalam cinta yg tercinta

Walau tak mungkin bila begitu
Pasrah takkan menghampiri egoku
Mulai ku ulang sampai kau teraih
Meski perih kadang terpipih

Bulan... dirimu bulan
Daku ingin menemanimu
Lalui gelapnya langit petang
Kau dan aku dalam bulan

“Honey”

Honey itukah namamu...???
Yg kini tertulis dalam harianku
Dan menyatu disetiap aliran darahku
Begitu menyejukan kalbu

Honey bolehkah ku merindumu...???
Disetiap sepi yg menjelma kehampaan
Paztikan dirimu hadir dalam mimpiku
Memberi kehangatan rasa yg menggelora

Honey benarkah itu namamu...???
Yg mudah bagiku untuk memanggilmu
Walau terselip kelunya bibir terbatu
Tak mengapa ku paksakan untuk namamu

Honey malukah engkau padaku...???
Sehingga kau slalu bersembunyi
Dibalik helai-helai merah jambu
Padahal ingin ku dekat denganmu

Honey pantaskah bila hatimu ku sentuh...???
Dengan sentuhan rasa yg tertulus mungkin
Bila tak bisa...
Cukuplah rasaku sebagai nyanyian untukmu

Honey...Baby..Sweety
Jangan kau bersembunyi lagi
Tak ingin ku melihatmu terbalut rasa malu
Hanya karena aku mencintaimu

Hidup Bukan Mimpi

Malam selasa 30 januari 2012,

Di kamar yang menyebalkan (karena banyak nyamuk) aku selalu mengurung diri, kadang aku hanya tidur saja tanpa melakukan hal apa pun, dan kadang aku buka-buka buku sambil nyari-nyari bacaan yang penting. Lumayan buat nambah wawasan. Kadang pula, aku hanya mainin hape buka facebook, biasalah ngumbar status…. Padahal mah no penting.

Yah,, beginilah keadaanku jikalau sudah berada di rumah. Tak banyak yang aku perbuat, palingan tidur aktifitas dominanku, kalo gak ya tidur lagi.

Tapi dari tidur aku belajar sesuatu; yaitu MIMPI. So, kini aku mulai menjauh dari tempatnya orang-orang kelelahan, dari tempatnya orang-orang malas, dan dari tempatnya orang-orang yang hanya suka bermimpi.

“hidup bukan-lah serangkaian mimpi atau hayal yang ada dibelakangmu,
tapi hidup adalah kenyataan yang ada dihadapmu”.

“Jangan-lah menjadi pecinta kelelahan, yang bekerja sedikit langsung ‘hah, cape’.
Karena dengan begitu, kau bukan bekerja melainkan hanya bermain”.

Hidup Itu Koma (,) Bukan Titik (.)

Hidup itu koma, bukan titik… begitulah yang diungkapkan oleh saudara Ahmad Rifa’i…
Membaca statmentnya ini, saya jadi tersenyum-senyum sendiri… ya ya ya,, bibirku mebenarkan… lalu langsung saja mengawang di permukaan fikiranku berbagai opini dan gagasan-gagasan yang kemudian saya gores-gores di bawah ini…

Ya, aku ulangi ungkapan saudaraku; “HIDUP ITU KOMA (,) BUKAN TITIK (.)”… ya, selagi kita masih hidup, berarti kita masih bisa meneruskan nafas-nafas perjuangan guna mencapai titik yang sempurna… Dan titik itu adalah kematian (Husunul Khotimah).

Jika sekarang kita terlanjur mengisi lembar-lembar buku kehidupan kita dengan tulisan-tulisan buruk, maka jangan dulu langsung diberi titik… tapi dikomai saja,,, biar di lembar-lembar selanjutnya kita bisa menuliskan suatu kehidupan yang indah lagi mengagumkan…

Biarlah lembar-lembar yang lalu itu menjadi pelajaran dan hikmah yang menyadarkan kita, sehingga kita bisa lebih bisa berbuat perubahan yang signifikan hususnya untuk diri kita sendiri… lalu umumnya untuk orang lain yang barangkali mau belajar dari berbagai macam pengalaman hidup kita; pengalaman tentang cinta, pengalaman tentang kegagalan, pengalaman tentang beragama, pengalaman tentang berjuang/belajar, pengalaman tentang persahabatan, dan pengalaman lainnya…

Jangan malah menjadi seperti orang-orang yang mudah berputus asa,, mudah galau,, mudah berkata,, “pusing banget neh hidup”,,, merasa bahwa cerita hidupnya sudah sangat begitu buruk, begitu hancur, sehingga kemudian banyak diantara mereka yang langsung memberi titik pada cerita kehidupannya… mereka memilih mematikan cerita kehidupan mereka sendiri, tanpa didahului dengan perubahan baik…

Ah, menyedihkan…. Sudah mah awal ceritanya sedih, kemudian diakhiri dengan kesedihan pula… wah wah jadi benar-benar ME-NYE-DIH-KAN…!!!
Ingatlah baik-baik,,,

Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda yang artinya:
“Janganlah salah seorang diantara kalian mengharapkan kematian (karena kesusahan hidup/keburukan hidup yang dialami)…”

Tuh, mengharapkan kematian saja tidak boleh, apalagi langsung bertindak mematikan diri (dengan apa pun itu)… sungguh KEJAM… itu tidak boleh…
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya:
“Janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri, sesungguhnya Allah Maha Penyayang terhadap kalian”. (An Nisa : 29)
Lalu kembali ke sabda Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang menyatakan larangan bagi kita untuk mengharapkan kematian,, nah, kenapa Beliau Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melarang demikian?!...

Karena dalam riwayat lain Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Suri Tauladan kita bersabda dengan ungkapan Beliau yang penuh hikmah, motivasi, dan bumbu-bumbu optimisme… beliau bersabda yang artinya:
“Jika dia seorang muslim/mu’min yang baik, maka dia bisa menambah kebaikannya (sehingga kelak dia mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala),, dan jika dia seorang muslim/mu’min yang tidak baik (buruk), maka dia bisa memperbaiki dirinya (agar Allah bisa mengampuni dan merahmati hidupnya sampai bertemu denganNya)…”.

Jika kita terlanjur mengotori lembar-lembar buku kehidupan kita dengan cerita-cerita buruk yang selama ini kita alami,,, maka jangan ambil keputusan untuk langsung memberi titik… tapi hayuk,,, kita perbaiki dan kita isi lembar-lembar buku kehidupan kita selanjutnya dengan cerita-cerita yang indah…
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak akan ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Ar Ra’d : 11).