Selasa, 28 Januari 2014

Apakah kebaikan boleh diungkapkan atau diceritakan?


Kebaikan boleh diungkapkan atau diceritakan dalam rangka memberi contoh, motivasi, dan inspirasi.
Beda halnya jika untuk pamer, maka itu sangat tercela.

Dan kita sebagai pendengar/pembaca tidak boleh berkata;
“ah, pamer tuh orang!”, karena kita tidak mengetahui maksud hatinya, atau jangan2 justru kita yang terjatuh kedalam lubang hasad, iri, atau dengki lantaran kita belum mampu melakukan persis seperti apa yang orang itu ceritakan tentang kebaikan dirinya.

Bukankah Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wa Sallam sering mengungkapkan tentang kebaikan diri beliau, sebagai contoh beliau pernah bersabda;

"sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah seratus kali dalam sehari". (HR. Muslim)

Para sahabat Radiyallahu 'Anhum Ajma'in pun demikian,

"bertanyalah kalian kepadaku, sesungguhnya tidaklah ayat al qur'an itu diturunkan melainkan aku pasti tahu dimana, kapan, dan untuk siapa ayat itu diturunkan". (Ali ibn Abi Thalib)

"janganlah kalian menangisi kematianku, demi Allah sesungguhnya aku tidak pernah meninggalkan sholat semenjak aku masuk islam". (Abu Sufyan)

Juga Para Ulama Rahimahumullah,

"membaca satu bab ilmu sehingga aku paham, itu lebih aku cintai daripada memiliki dunia dan seisinya". (Hasan al Bashri)

"bangun kesiangan (tidak sholat malam) dengan penuh sesal dan air mata, itu lebih aku cintai daripada sholat sepanjang malam lalu memasuki waktu pagi dalam keadaan sombong takabbur". (salah seorang ulama)

wallaahul musta‘aan.

setiap kebaikan yang sudah kita lakuakan, sudah tercatat pahalanya disisi Allah Subahanhu Wa Ta'ala.
pahala kebaikan itu bisa bertambah, ketika kita memceritakan kebaikan yang kita lakukan, kemudian banyak orang yang mengikuti kebaikan kita tersebut.
namun pahala kebaikan kita bisa terhapus, ketika dengan bangganya kita menceritakan kebaikan kita, padahal sebenarnya kita hanya ingin dianggap sebagai orang sholih atau orang ta'at.

wallaahu a'lam.

Tidak ada komentar: