Selasa, 28 Januari 2014

Kisah Cinta Di Kufah


Di Kufah, ada seorang pemuda yang memiliki wajah tampan, rajin beribadah, selalu bersungguh-sungguh dalam bekerja, dan ia seorang yang sangat sederhana dalam perkara dunia.

Suatu ketika datang suatu kaum mengunjungi negerinya Kufah, kaum tersebut berniat ingin menetap di negeri Kufah untuk beberapa waktu. Diantara kaum tersebut adalah terlihat seorang wanita yang memiliki paras yang amat cantik, wajahnya ibarat rembulan yang bercahaya. Sang pemuda yang sempat menatapnya terkagum-kagum dengan kecantikan wajah sang wanita, hatinya langsung terkena panah asmara, ia jatuh cinta pada wanita cantik itu. Dan ternyata, sang wanita pun sempat melihat sang pemuda, dan ia memiliki perasaan yang sama. Mereka saling jatuh cinta sejak pandang pertama. Maka sejak saat itu, keduanya saling dirundung rindu ingin bertemu. Namun karena pemahaman agama sang pemuda yang baik, maka ia selalu menahan diri untuk menemui atau untuk sekilas melihat wajah sang wanita yang dirinduinya.

Ahirnya, selang beberapa hari sang pemuda langsung memutuskan untuk melamar wanita cantik yang dicintainya itu. Ia mendatangi bapak sang wanita selaku pembesar kaumnya, lalu mengutarakan maksud kedatangannya untuk melamar anaknya. Namun bapak itu berkata,

“maaf pemuda, anakku sudah aku jodohkan dengan anak lelaki pamannya”.

Mendengar hal itu, sang pemuda hanya tertunduk diliputi rasa kecewa. Ia pun pulang dengan membawa kesedihan yang mendalam.

Sang wanita yang mengetahui hal itu langsung menyuruh pembantunya untuk mengantarkan surat kepada sang pemuda. Surat itu berisi,

“sungguh aku mengetahui rasa cintamu untukku, dan sungguh aku pun merasakan hal yang sama. Jika engkau mau, aku akan datang menemuimu secara sembunyi-sembunyi, atau kamu yang datang menemuiku dan aku akan memudahkan caranya”.

Sesaat sang pemuda bahagia membaca isi surat tersebut, namun kemudian ia teringat firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

“katakanlah, ‘sesungguhnya aku takut jika aku bermaksiat kepada Rabbku, maka akan menimpaku azab pada hari yang besar’ ”. (Az Zumar : 13).

Lalu ia berkata kepada pembantu sang wanita,

“sungguh, aku takut api neraka yang nyalanya tiada henti, dan kobarannya yang menakutkan”.

Lalu pembantu itu kembali pulang dan mengabarkan apa yang dikatakan oleh sang pemuda. Maka sang wanita berkata,

“sungguh, dia benar-benar orang yang zuhud, dia takut kepada Allah, dan sungguh aku juga berhak untuk takut kepadaNya”.

Ahirnya sang wanita menanggalkan pakaian indahnya, kemudian menggantinya dengan pakaian biasa, dan ia melepaskan segala perhiasannya. Setelah itu, ia mulai sering menyendiri di kamarnya, ia selalu beribadah, dan semakin hari semakin memperbanyak ibadahnya. Dan bersamaan hal itu, ia masih menyimpan kerinduan yang sangat dalam kepada sang pemuda.

Ibadahnya yang banyak kepada Rabbnya dan kerinduannya yang sangat kepada sang pemuda membuat keadaan sang wanita semakin melemah sehingga ahirnya ia meninggal dalam keadaan husnul khotimah.

Setelah sepeninggalnya, sang pemuda sering mengunjungi kuburannya. Dan pada suatu malam, sang pemuda bermimpi berjumpa dengan sang wanita. Sang wanita itu berkata kepadanya,

“sindah-indahnya cinta adalah cintamu untukku wahai kekasihku, cinta yang mengantarkanku pada kebaikan dan kebahagiaan”.

Sang pemuda berkata,
“dimanakah engkau kini berada?”.

Sang wanita menjawab,
“di dalam syurga yang penuh kenikmatan, yang tidak akan pernah hilang”.

Sang pemuda berkata lagi,
“ingatlah selalu aku disana, karena sesungguhnya aku disini tidak pernah melupakanmu”.

Sang wanita berkata,
“begitu juga aku, aku tidak pernah melupakanmu, bahkan aku memohon kepada Allah agar Dia mempertemukanku denganmu disini, maka bantulah aku dengan banyak beribadah sehingga engkau bisa menemuiku disini, duhai kekasihku”.

Sang pemuda berkata,
“lalu kapankah aku bisa menemuimu?”.

Sang wanita menjawab,
“waktunya sudah sangat dekat”.

Dan benarlah, setelah seminggu berlalu dari masa mimpi itu. Ahirnya sang pemuda pun meninggal dunia.

Maka sungguh betapa indah cinta mereka. Mereka saling menjaga cinta mereka ketika di dunia, mereka rela menahan diri untuk tidak saling bertemu lantaran hawatir akan terjerumus kedalam perbuatan maksiat yang bisa mendatangkan murka Allah. Sehingga ahirnya cinta itu menuai syurga, mereka tinggal bersama di dalamnya untuk selama-lamanya.

Tidak ada komentar: