Senin, 21 Juli 2014

Insyaallah, semoga mencerahkan. Bertukar & Berbagi Wawasan Antara Kakak & Adik di Facebook.

Kakak
19 Juli pukul 8:03 ·
Takdir adalah sistem (pilihan), kau yang memilih mau jadi apa, baik atau buruk. (Quraish Shihab)


Adik : Sungguh celaka! Janganlah coba-coba berbicara masalah takdir sebelum benar-benar ta'ammuq (mumpuni/mendalami) hal tersebut, apalagi hanya sekedar menyimpulkan. Dalam atsar disebutkan sebuah riwayat bahwa orang yang paling celaka adalah orang yang berbicara masalah takdir padahal dia belum pernah mempelajarinya. Kemudian soal perkataan bapak quraisy syihab, maka sesungguhnya perlu diteliti lagi, karena mengingat betapa banyak pendapat atau perkataan beliau yang bersebrangan dengan ajaran yang sahih dari nabi sallallahu 'alaihi wa sallam, para sahabat radiyallahu 'anhum dan para tabi'in rahimahumullah. Kita memang dibolehkan mengambil ilmu dari mana pun sumbernya selagi itu sesuai dengan ajaran islam. Adapun ilmu yang bersebrangan dengan ajaran islam, maka itu bukanlah ilmu, akan tetapi kejahilan (kebodohan). Wallahu ta'ala a'lam. Semoga Allah memberi pemahaman yang baik kepada kita dan mengampuni segala kekeliruan dan kekhilafan kita. Innahu huwal ghafuurur rahiim.


Kakak : Sepertinya salah sekali saya mengutip kata-kata itu dari QS, padahal bukan sebuah kesesatan atau persoalan personal dari QS yang saya maksud dan diuraikan di sini. pikiran-pikiran anda masih bertumpu pada wilayah personal. mari baca penjelasan beliau dengan teliti dan penuh kesabaran. untuk persolan menguraikan takdir, saya hanya menangkap isi dari apa yang disampaikan, bila pun keliru (itu karena kekeliruan dan kebodohan saya yang menyimpulkan) bukan dari Pak Quraish Shihab. Mohon dipertimbangkan lagi pendapat saudara.

"Janganlah coba-coba berbicara masalah takdir sebelum benar-benar ta'ammuq (mumpuni/mendalami) hal tersebut, apalagi hanya sekedar menyimpulkan. Dalam atsar disebutkan sebuah riwayat bahwa orang yang paling celaka adalah orang yang berbicara masalah takdir padahal dia belum pernah mempelajarinya."

ukuran orang yang mumpuni masalah takdir itu seperti apa? kalau mendengarkan kajian beliau selama satu jam (QS), beliau sangat mumpuni dan pernyataan beliau sangat relevan dengan Alquran. Sungguh gegabah bila Anda hanya membuat pernyataan demikian tanpa tahu penjelasan beliau. Barangkali bila kata-kata di status itu salah (itu bukan salah Pak QS) melainkan, kekeliruan saya. Jadi, mohon klarifikasi lagi pendapat Saudara. Karena saya tidak mau Pak QS yang Anda judge. Saya di sini mendengar, mencermati, dan mencoba menganalisis dari apa yang beliau sampaikan. Bukan berarti saya coba-coba berbicara masalah takdir (secara mendalam). Saya masihlah awam, saya sadari itu. Saya mendengarkan ini bagian dari ilmu. Saya sedang belajar dan saya sedang berusaha memahami.

barangkali pernyataan "orang yang paling celaka adalah orang yang berbicara masalah takdir padahal dia belum pernah mempelajarinya" adalah diperuntukkan bagi orang-orang yang sok tahu yang tidak berdasar pada Alquran. Pak QS ahli tafsir (Al-Misbahh) dan tentu beliau sudah mempelajari ihwal ilmu tentang takdir. Dan saya, di sini sedang (berusaha) mempelajarinya--bukan belum pernah mempelajarinya, kalau begitu Anda menganggap saya bukan orang yang terpelajar. Jadi pernyataan Anda mengenai kutipan tersebut gegabah. Adikku, mohon hati-hati ketika berdakwah dan menasihati. Di sini mari kita sama-sama belajar. Perdebatan saya ini bukan memojokkan atau menjatuhkanmu Saudaraku, melainkan saling bertukar pikiran. Saya senang kau sudah menjadi orang yang punya wawasan dan pandangan terkait teks yang dibaca.


Adik : Saya tidak mengklaim kebodohan pada siapa pun. Saya hanya mendefinisikan bahwa kebodohan adalah segala sesuatu yang tidak sesuai dengan syari'at (Al Qur'an dan Al Hadits). Seseorang yang berilmu itu diukur dari sejauh pemahamannya terhadap agama. Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam bukhari dan imam muslim rahimahumallah, "mereka yang terbaik dalam masa jahiliah, adalah mereka yang terbaik ketika masuk islam apabila dia faqih (memahami agama)."

Boleh jadi seseorang memiliki kedudukan tinggi di pandangan masyarakat, dan dikenal sebagai orang besar. Namun apabila dia tidak memahami agama, maka ketinggian dan kebesarannya tersebut hanyalah akan menjadi fitnah yang dapat mencelakakannya. Lain halnya jika dia memahami agama, maka ketinggian dan kebesarannya tersebut akan menjadikannya semakin mulia; baik di mata manusia, terlebih di mata Allah subhanahu wa ta'ala.

Duhai saudaraku, ma'afkanlah jika kiranya dalam uraianku ini terdapat kekeliruan. Kita tetaplah bersaudara, walau berbeda dalam beberapa hal.
Kemudian aku ingin bertanya. Apa maksudnya bertumpu pada wilayah personal?

Jujur. Saya pun mengagumi sosok beliau. Hanya saja ada beberapa pendapat atau perkataan beliau yang kurang berkenan. Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita semua dan mengampuni atas segala kekurangan kita.


Kakak : Apa maksudnya bertumpu pada wilayah personal? maksud saya, banyak orang yang benci kepada beliau dengan subjektif. Menjudge beliau sesat atau apa. Padahal orang-orang itu tidak membaca dan juga mengkaji pendapat dan buku beliau. Saya punya puluhan ceramah beliau, dan sangat berbobot dan tidak sembarangan. Apa yang beliau sampaikan bukan datang begitu saja, beliau juga belajar dan juga membaca.

Terkait memahami agama. Agama itu sekadar kata. Aplikasinya ya menurut pehamanannya masing-masing memaknai Alquran dan sunnah.Ya dengan cara ijtihadlah manusia mencari hakikat kebenaran.

Perbedaan pendapat ya sah-sah saja selama itu bisa dipertanggungjawabkan. Beliau saya rasa bukan sosok yang asal berpendapat. Beliau begitu tabah dan sabar dengan penilaian para ulama mengenai pendapatnya. Ini sesuatu yang patut diteladani dari sosok beliau. Jadi, ungkapan semakin tinggi pohon, semakin besar pula angin yang menimpanya itu memang benar. Beliau sedang kembali di atas angin setelah lama redup dari media. Sekali muncul, terpaan dan hujatan ke sana ke mari belingsatan. Dan beliau cukup tabah menghadapi itu. Sekait dengan beberapa perbedaan, semisal jilbab, mengucap natal, dan lain-lain, itu menjadi sesuatu yang bisa kita kaji dan renungkan kembali. Sehingga kita bisa mencari lebih banyak lagi sumber referensi dan ilmu yang sekait dengan hal demikian.


Adik : Sepertinya saudara lah yang bertumpu pada wilayah personal. Apakah menurut saudara penilaian para ulama itu tidak dengan pertimbangan?!

Adapun masalah ijtihad, itu memang diperbolehkan dalam agama islam, bahkan dibukakan pintu seluas-luasnya. Akan tetapi ada syarat dan ketentuannya.

Ijtihad tidak diperbolehkan pada masalah-masalah yang sudah qath'i di dalam al qur'an dan al hadits atau sudah disepakati oleh para ulama terkemuka.

Imam Asy Syafi'i rahimahullah pernah didatangi seseorang. Dia bertanya kepada beliau mengenai hadits Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam dalam masalah begini begitu (masalah yang sudah jelas dalilnya). Kemudian dia berkata, "lalu bagaimana pendapat anda?"
Maka beliau marah besar dan berkata, "kamu berkata tentang hadits rasulullah, lalu berkata bagaimana pendapatku?!" dan dalam waktu lain beliau pernah berkata, "jika kalian mendapati hadits yang shahih dari rasulullah, maka tinggalkanlah perkataanku/pendapatku."

Ijtihad tidak berlaku sama sekali jika bertentangan dengan dalil qath'i dan kesepakatan para ulama, bahkan hal itu tidak dapat disebut sebagai ijtihad, tetapi mukholafah (penyelisihan).

Para ulama sendiri, baik dari zaman para sahabat atau zaman para tabi'in, mereka tidak sembarangan dalam berijtihad. Bahkan diantara mereka ada yang enggan berpendapat/berijtihad ketika mengetahui bahwa ada sahabat/tabi'in yang telah berijtihad, dan dia lebih berilmu. Sehingga mereka pun mengambil ijtihad/pendapat sahabat/tabi'in tsb.

Dan sungguh ungkapan yang sangat mengerikan "Perbedaan pendapat ya sah-sah saja selama itu bisa dipertanggungjawabkan."
Sungguh, orang-orang shalih terdahulu justru diantara mereka ada yang melarikan diri dari berpendapat, dikarenakan takut pertanggungjawaban. Lalu datang zaman, dimana orang-orang dengan mudahnya berpendapat, lalu berkata, "yang penting bisa dipertanggungjawabkan."

Subhanallah! Subhanallah!
Sungguh, jikalau setiap orang diperbolehkan memahami agama ini berdasar pemikiran masing-masing, maka setiap orang akan mengadakan agama bagi dirinya sendiri.

Sesungguhnya aku berlindung kepada Allah dari menyampaikan sesuatu yang justru merusak agama-Nya.
"Aku hanya bermaksud mendatangkan perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanyalah dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakkal dan kepada-Nya pula aku kembali." (Hud : 88)


Kakak : Terima kasih atas penjelasan saudara beserta dalil dalihnya. semoga mencerahkan.

Rabu, 16 Juli 2014

Gaza Bumi Kami


Jakarta, 24 Januari 2014
oleh Izzatullah Abduh al Faqir Ila Rahmati Rabbih

Kapan air mata ini bisa berhenti,
Perih sungguh, hati ini tercabik-cabik,
Keparat kalian, brengsek kalian wahai kaum babi, kaum kera, zionis terlaknat,
Tidakkah kalian mau berhenti, sungguh kalian tidak akan pernah berhenti,
Dan kami pun akan terus melawan, sungguh disisi kami Dia-lah sebaik-baik penjaga, Allahu ‘Azza Wa Jalla.

Kematian kami beda dengan kematian kalian,
Kematian kami adalah kemulian, adalah syahadah,
Sedangkan kematian kalian adalah kehinaan, adalah azab,
Lemparkanlah bom-bom kalian, luncurkanlah peluru-peluru kalian,
Sungguh kami tidak takut, kami tidak gentar,
Justru akan kami tangkap, justru akan kami peluk bom-bom kalian, peluru-peluru kalian,
Agar kalian tahu betapa beraninya diri kami, agar kalian melihat betapa kuatnya kami,
Dan agar kalian mengerti _wahai orang yang berakal_ bahwa kalian tidak akan pernah menyurutkan asa kami,
Mati, justru itulah yang kami cari, justru itulah yang kami mau, itulah cita-cita tertinggi kami.

Kami umat Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bukanlah umat pengecut,
Umat Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam belum mati, justru ia hidup ya akan terus hidup,
Lihatlah mereka ini! Anak-anak kami!
Betapa beraninya mereka melawan kalian wahai keparat!
Sungguh buruklah wajah-wajah kalian! Sungguh terlaknat kalian bangsa babi, bangsa kera!
Lihatlah mereka!
Mereka menggenggam batu untuk melawan tank-tank kalian wahai pengecut yang busuk!
Mereka menggenggam pasir untuk melawan perisai-perisai kalian wahai kaum keparat!
Lihatlah mereka ini! Betapa beraninya mereka, anak-anak kami.
Seperti inikah anak-anak kalian wahai bangsa kera!
Tidak! Sekali-kali tidak!
Sungguh anak-anak kalian tidaklah seperti anak-anak kami,
Sungguh bumi ini akan terus kami bela, sampai darah kami membanjirinya,
Sungguh bumi ini akan terus kami jaga, sampai tulang belulang kami menjadi tanahnya,
Ini bumi kami, Gaza.

Sungguh akan datang pasukan, ya akan segera datang pasukan,
Dan kalian akan segera menjadi daun-daun yang dimakan ulat,
Tunggulah, tunggulah itu! Sesungguhnya kami pun menunggu,
Sungguh kami akan menang! Dan kalian akan terhina dengan kekalahan.

Allaahu Akbar! Allaahu Akbar!
Ini bumi kami,
disini kami bersujud, disini kami dikubur, disini kami dibangkitkan,
Maka pergilah kalian wahai kaum berwajah musang!

Hasbunallaah wa ni’mal wakiil.
“Orang-orang (yang menta’ati Allah dan rasul-Nya), ketika ada orang yang mengatakan kepada mereka, “sesungguhnya suatu kaum telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kalian kepada mereka!”. Namun ternyata, ucapan itu menambah kuat keimanan mereka, dan mereka berkata, “Cukuplah Allah bagi kami, Dia-lah sebaik-baik pelindung.” (Ali Imran : 173)

Gaza, Don't Be Sad!

Adakah yang mau membawaku ke Gaza?

Adakah yang mau membawaku ke Palestin?
Ya, memang;
Aku tidak pandai berperang, tidak pandai bersenjata.
Aku pun tidak mengerti bahasa mereka.
Tapi aku ingin menghibur mereka dengan bahasa yang dimengerti oleh semua manusia; SENYUM

Aku ingin menjadi sahabat mereka yang berkata, "Laa tahzan innallaaha ma'anaa. Jangan bersedih, sesungguhya Allah bersama kita"

Roket-roket mereka boleh saja terbang di atas kepala kita.
Tapi mereka lupa bahwa di atas mereka ada Allah Yang Maha Perkasa.
Dia lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong bagi kita.

Tetaplah bersabar dan istiqamah!
Sesungguhnya orang yang bertaqwa itu jiwanya tetap tenang dan tentram walau bagaimana pun kondisi dan keadaan, selagi tidak ada yang bisa merenggut kalimat laa ilaaha illallaah dari dalam hatinya.
Dadanya lapang, dan kakinya berpijak mantap, dia lah orang yang jujur keimanannya dan dia lah sejatinya orang yang bertakwa.

Mari kita sambut peluru mereka, roket mereka, bom mereka dengan senyum keimanan dan keihtisaban.

Hidup kita membuat geram mereka, dan mati kita membuat mereka tetap merasa kalah.
Sebab, kita mati dengan sunggingan bibir kemenangan. Smile

Allaahu akbar! Allaahu akbar! Allaahu akbar!

Hidup mati kita adalah kemenangan.
Itulah janji Allah bagi orang yang beriman dan bertakwa.

Gaza, dont be sad!
Keep smile for jannah Allah.

Tentang Do'a

Semua Do’a Pasti Diijabah Oleh-Nya


Seseorang bertanya,
“Kak, setahu kakak doa apa saja sih yang mustajab? Plis sebutin!”

Alhamdulillah, saya menjawab,
“Do'a apa pun insyaallah mustajab, selagi memenuhi syarat-syaratnya;

1. Do'a itu harus ditujukan ikhlas dan jujur hanya kepada Allah.

2. Do'a dipanjatkan di waktu-waktu yang tepat; seperti di sepertiga malam, ketika turun hujan, ketika dalam keadaan darurat, setelah dzikir shalat wajib, diantara adzan dan iqamat, ketika dalam perjalanan, ketika sujud, di hari jum’at menjelang terbenam matahari, dan setelah melakukan perbuatan baik, atau setelah menjalankan amal-amal sholih, dsb.

3. Kita tidak memakai pakaian yang haram ketika berdo'a, dan tidak memakan makanan atau meminum minuman yang haram.

4. Berdo'a dengan do'a-do'a yang lebih utama yaitu do'a-do'a yang ada di dalam al qur'an dan yang diajarkan oleh rasulullah, meski pun boleh dengan do'a kita sendiri.

5. Kita memahami makna setiap do’a yang kita panjatkan kepada Allah.

6. Berdo’a dengan hati yang yakin dan jujur, tidak tergesa-gesa dan belepotan.

Sekali lagi, do'a apa pun yang saudari panjatkan kepada Allah, pasti akan diijabah oleh-Nya selagi saudari memenuhi syarat-syarat berdo'a.

Dan perlu dipahami bahwa Allah mengijabah do'a itu dengan 3 hal;
1. Boleh jadi disegerakan ijabahnya.
2. Boleh jadi ijabahnya ditabung sampai di akhirat.
3. Dan boleh jadi do'a itu menjadi pelindung bagi kita dari segala marabahaya.

Adapun do'a-do'a secara perorangan yang berpotensi besar diijabah adalah;
1. Do'a orang tua.
2. Do'a orang yang dizholimi.
3. Do'a seorang musafir.
4. Do'a seorang pemimpin yang adil.
5. Do’a orang yang berpuasa, dsb.

Wallahu a'lam bish showab.
Saudari bisa bertanya ke orang yang lebih mumpuni ilmunya. Baarokallaahu fiik.

Pesan terakhir,
“Mulut yang kita gunakan untuk berdo’a kepada Allah, maka janganlah digunakan untuk menyakiti hati manusia; menggunjing, mencela, menghardik, dsb. Sebab, itu bukanlah akhlaq yang baik bagi seorang hamba yang sejati dalam do’anya.”

Semoga Allah memberi petunjuk dan ampunan-Nya kepada kita semua. Aamiin.