Abah!
Begitulah
kami memanggilmu.
Abah!
Terasa
cepat kepergianmu.
Abah!
Siapakah
lagi yang akan mengajari kami setelahmu.
Abah!
Kami
pernah duduk belajar sebagai murid-muridmu/santri-santrimu.
Terasa
sungguh kesabaran dan ketabahanmu.
Mengajar
kami. Mendidik kami. Membimbing kami.
Abah!
Suaramu.
Jalanmu. Perilakumu. Wajahmu.
Barangkali
kami akan mudah lupa.
Tapi
sungguh, kami tidak akan pernah lupa untuk mengenang jasa-jasamu dalam setiap
do'a. Insyaallaah.
Abah!
Engkau
adalah guru kami.
Adalah
ayah kami.
Adalah
sahabat kami.
Adalah
kakak kami.
Adalah
hamba yang Allah sertakan kami bersamamu dalam kebaikan, ilmu dan amal sholih.
Abah!
Kami
mencintaimu.
Semoga
cinta kami ini adalah cinta yang timbul karena pengetahuan kami tentang betapa
baik pribadimu.
Abah!
Wajahmu
cerah. Tenang. Damai.
Ingin
aku kecup keningmu.
Tapi
cukuplah aku mengecupmu dengan do'a-do'a lirihku.
Abah!
Semoga
Allah mengaruniakan untukmu syurga yang indah.
Allaahummaghfir
lahu warhamhu wa taqabbal minhu jamii'a shoolihil a'maal. Innaka qariibun
mujiibun sami'ud du'aa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar