Rabu, 30 November 2011

NAMA-KU....????

“Sesungguhnya seseorang itu; adalah pengajar dan pelajar,
selain dari itu maka ia adalah orang yang hina”
_Ali bin Abi Tholib_
               
                Dari perkataan ini, kita bisa sedikit merenungi bahwa ; jikalau kita adalah orang yang berilmu (agama), maka hendaknya kita berbagi kepada orang lain yang membutuhkan. Karena ilmu itu tidak akan pernah berbuah jikalau tidak pernah ditanam. Dan sebelum menanam ilmu yang kita miliki, alangkah baiknya jikalau kita telah mengetahui nikmat ilmu tersebut. Yaitu dengan mengaplikasikannya pada diri kita sendiri terlebih dahulu. Adapun vitamin yang terkandung dalam ilmu, maka itu adalah urusan Yang Maha Kuasa. 

“tidaklah suatu pahala itu melainkan sudah menjadi urusan Allah azza wa jalla, Dia memberi pahala kepada siapa saja yang ia kehendaki; dari hamba-hamba_Nya yang selalu berbuat kebaikan”.


Dan,, jikalau kita adalah orang yang mempunyai banyak bakat serta kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, maka hendaknya dengan bakat/kelebihan yang kita miliki, kita bisa menutupi kekurangan orang lain. 

“Barangsiapa yang mampuh memberikan manfaat kepada orang lain, maka hendaknya ia melakukan hal tersebut. 
Dan jangan ada kata TUNDA untuk berbuat baik, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”.


Tapi,, jikalau kita adalah orang yang tidak mempunyai ilmu dan tidak pula ada bakat/kelebihan. So,, “mau tidak mau”  kita harus menjadi seorang pelajar. Kita mulai belajar menggali bakat/kelebihan yang tersembunyi dibalik pribadi misterius kita. Dan tak lupa, kita belajar untuk selalu ingat kepada Tuhan kita “Allah”. 

“sesungguhnya segala karunia itu ada dalam genggaman_Nya, Ia memberikan karunia tersebut kepada siapa yang Ia kehendaki”.


Terakhir,,, katakan : 

“aku bukan orang hina, tapi aku orang punya nama, NAMA-KU…..”

^_^

Jumat, 25 November 2011

Keutamaan Shalawat Kepada Nabi



Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56)
Imam Al-Bukhari berkata, “Abul Aliyah berkata, “Shalawat Allah Ta’ala kepada beliau adalah pujian-Nya kepada beliau di hadapan para malaikat. Adapun shalawat para malaikat (kepada beliau) adalah bermakna doa (mereka untuk beliau).”
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya 10 kali”. (HR. Muslim: 384)
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَليلَةَ الْجُمُعَةِ, فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا.
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari dan malam Jumat, karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali”. (HR. Al-Baihaqi (3/249) dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1407)
Dari Ali bin Al-Husain radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda
لاَ تَجْعَلُوْا قَبْرِيْ عِيْداً، وَلاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قُبُوْراً، وَصَلُّوْا عَلَيَّ وَسَلِّمُوْا حَيْثُمَا كُنْتُمْ، فَسَيَبْلُغُنِيْ سَلاَمُكُمْ وَصَلاَتُكُمْ.
“Janganlah kalian menjadikan kuburku sebagai id dan jangan kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kubur. Bershalawat dan bertaslimlah (ucapkan salam) kalian kepadaku dimanapun kalian berada karena salam dan shalawat kalian akan sampai kepadaku”. (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Tahdzirus Sajid hal. 98-99)
Menjadikannya sebagai id misalnya mengunjunginya pada waktu-waktu tertentu.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِيْ حَتَّى أَرُدُّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ
“Tidak ada seorang pun yang mengucapkan taslim kepadaku kecuali Allah akan mengembalikan rohku sehingga saya bisa membalas taslimnya”. (HR. Abu Daud no. 2041, Ahmad: 2/527, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5679)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Kecelakaan atas seorang hamba yang namaku disebut di sisinya lantas dia tidak bershalawat kepadaku”. (HR. At-Tirmizi no. 3545 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Kami’ no. 3510)
Penjelasan ringkas:
Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- menyatakan dalam Tafsirnya (3/528) Itentang ayat di atas, “Maksud dari ayat ini adalah bahwa Allah  mengabarkan kepada para hamba-Nya mengenai kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di hadapan penghuni alam atas (langit). Bahwa Dia memuji-mujinya di hadapan para malaikat yang didekatkan dan bahwa para malaikat juga bershalawat kepada beliau. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan penghuni alam bawah (bumi) untuk mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau, sehingga berkumpullah pujian dari penghuni kedua alam -atas dan bawah- seluruhnya kepada beliau”.
Ar-Rasul shallallahu alaihi wasallam mempunyai banyak hak dari umatnya. Di antara hak tersebut adalah cintai kepada beliau. Dan di antara bentuk mencintai beliau adalah memperbanyak shalawat kepada beliau kapanpun -terlebih jika ada dalil yang menyebutkan keutamaan shalawat pada hari tertentu seperti pada hari dan malam jumat-dan dimanapun kita berada -apalagi jika ada dalil khusus yang menunjukkan tempat tertentu disunnahkan shalawat di situ, seperti ketika akan keluar masuk masjid-.
Karena sangat besarnya hak beliau shallallahu alaihi wasallam yang satu ini, sampai-sampai Allah Ta’ala memerintahkan para malaikat dan seluruh kaum mukminin agar bershalawat kepada Nabi. Dan Nabi mengabarkan bahwa siapa saja yang bershalawat untuk beliau sekali maka Allah akan membalas shalawatnya sebanyak 10 kali. Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengancam dengan doa kecelakaan atas siapa saja yang tidak bershalawat kepada beliau ketika nama beliau disebut. Maka ini semakin mengutkan pendapat sebagian ulama yang menyatakan wajibnya bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam setiap kali nama beliau disebut.
Dan di antara keistimewaan dan kemudahan ibadah yang satu ini, seorang muslim tidak perlu repot-repot untuk mendatangi kubur Nabi shallallahu alaihi wasallam jika hanya sekedar ingin mengirim shalawat dan salam. Karena dimanapun seseorang, tatkala dia membaca shalawat maka shalawat ini akan diantar oleh para malaikat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu Allah akan mengembalikan roh beliau ke jasad beliau guna menjawab salam umat beliau.

NENEK PEMUNGUT DAUN

Kiriman dari seorang sahabat, diambil dari milis kisah hikmah :



Kisah ini membuat bulu kuduk  saya  merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati,  kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah saw?

Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.

“Nenek Pemungut Daun”

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.

Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.
Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa  ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”

Wassalam,

Kamis, 17 November 2011

Ampuni aku ya Rabb


oleh : Abdul 'Aziz

Aku duduk sambil tersungut di pojok beranda masjid. Hatiku geram. Sesekali gemerutuk gigi-gigi geraham yang bertubrukan menggoyang-goyang pipiku. Hembusan nafas antara putus asa dan rasa marah kulempar berulangkali. Kalau saja bukan karena di masjid, ingin segera kutumpahkan segala caci maki dan kejengkelanku sampai aku puas. Puas menumpahkan emosi kepada siapa yang telah menzalimi diriku.

Pandanganku menyapu tangga masjid tua itu sekali lagi. Dari satu pojok  ke pojok yang lain. Dari satu tangga ke tangga yang lain. Bahkan rak sepatu dan sandal di sisi tempat penitipan barang telah aku periksa berungkali. Tapi hasilnya nihil. Akhirnya aku menerima kehilangan itu dengan terpaksa. Terpaksa menahan marah, jengkel, kecewa di ”Rumah” Tuhan. Terpaksa pula kehilangan kesabaran karena dizalimi di ”Rumah” Tuhan.

Tiba-tiba entah dari mana datangnya, seorang kakek tua berjubah putih telah duduk persis di samping kananku. Aku setengah takjub. Belum hilang rasa jengkelku karena kecurian, kedatangan pria yang seolah misterius ini menambah kalut mesin beripikir di kepalaku. Meskipun begitu, sejenak aku terhibur. Ia tersenyum amat berwibawa. Wajahnya berseri. Janggutnya yang lebat rapih menyihirku. Ia menatapku dalam menghujam.

”Apa yang Engkau risaukan, anak muda?”, sapanya. Suaranya khas sekali. Berat dan kharismatik.

”Bapak, siapa?”, kujawab sapaannya dengan balik bertanya.

”Sama seperti kamu, anak muda. Hamba Tuhan. Mengapa wajahmu kelihatan marah dan tertekan?”, ia kembali bertanya tentang perasaanku.

”Saya kehilangan sandal. Sandal seharga duaratus limapuluh ribu. Baru saya pakai sakali ini”, jawab saya datar tidak seperti lahar kejengkelan yang membara sebelum bertemu laki-laki sepuh ini.

”Cuma sandal?”, ia balik bertanya mendengara jawaban saya.

”Ya, memang cuma sandal. Tapi harganya cukup mahal”, kilahku.

”Duaratus limapuluh ribu, itu harga yang murah. Belum sebanding”, kali ini pernyataannya lebih ditekan. Perasaanku ikut tertekan.

Sejurus, lelaki sepuh berjubah putih itu berdiri. Tangannya diulurkan ke arahku. Anggukan kepalnya memberi isyarat, agar aku mengikuti langkahnya. Aku menurut saja.

”Mari saya carikan obat”.

Obat? Aku tak butuh obat pikirku. Kalaupun yang kubutuhkan sekarang adalah sandalku kembali. Aku juga butuh tahu siapa orang yang telah mencurinya. Kalau perlu aku akan menghajarnya karena telah mengambil milik orang yang bukan haknya.

Aku terus mengikutinya hingga sampai di suatu tempat yang mirip pasar tradisional tapi lengang. Aku dibawanya mampir ke sebuah toko. Susana di sekitar toko itu pun sepi. Hanya ada satu dua orang saja yang melintas dan melihat-lihat barang yang dijual. Kesepiannya mengantarku seperti tengah berada di negeri asing. Suasana dan orang-orang yang kujumpai asing. Orang yang mengajakku pun asing. Lalu, Aku ditunjukkan pada pemilik toko yang juga asing. Aku kemudian tahu, ia menjual sepatu dan sandal-sandal bekas.

”Anak muda, singgahlah sebentar dan tumpahkan kekesalanmu pada pemilik toko ini. Mudah-mudahan hatimu ridha atas sandalmu. Sandalmu belum sebanding”. Aku belum tetap mengerti maksud ucapan ”belum sabanding” lelaki sepuh itu. Aku ingin menanyakannya, tetapi ia keburu menghilang. Entah kemana.

Tapak kakiku terasa panasperih. Kerikil dan tanah kering yang terbakar terik matahari, leluasa menusuk-nusuk hingga ke ujung jari kakiku yang tak lagi bersandal. Kakiku tersiksa oleh keculasan si pencuri. Dia telah memecah-mecah tumitnya hingga menyisakan garis-garis hitam. Jelek dan kusam. Yang kumaki kini bukan lagi si pencuri sandal, tapi juga kuratapi nasib kedua kakiku.

Kuhampiri lebih dekat toko itu. Lebih dekat, kulihat sosok laki-laki bersurban duduk bersila di atas dipan. Gamisnya menutup tubuhnya hingga kedua kakinyapun tersembunyi. Melihat kedatanganku dan mendekat, laki-laki itu tersenyum dan menyambut hangat. Tapi sedikitpun ia tidak bergeser dari duduknya. Hanya mempersilahkan aku melihat-lihat barang bekasnya.

”Silahkan anak muda. Barangkali ada yang berkenan di hatimu”, laki-laki itu menyapa dan menawarkan dagangannya. Aku merasa ada baiknya memilih sepasang.

” Terima kasih. Kalau bukan karena pencuri sialan itu, mungkin saya tidak akan sampai di sini”. Aku mulai memaki lagi nasib buruk beberapa saat lalu. Tanpa terasa keluhan atas semua kesialanku tertumpah. Kumaki habis pencuri sandal mahalku itu seolah ia tepat di depanku. Suaraku geram, mataku jalang dan lidah kemarahanku menyambar-nyambar dinding caci maki dan menumpahkannya sebanyak mungkin sampai aku capek sendiri.

”Inna lillahi wa innaa ilaihi rooji’uun. Sebegitu marah dan kecewanyakah Engkau anak muda?”, tiba-tiba laki-laki pemilik toko itu bicara. Segera Aku sepenuhnya sadar, bahwa pemilik toko itu menangkap semua emosi yang kutumpahkan. Umpat, caci maki dan seribu kata keji mungkin ia tangkap pula seluruhnya. Menatap matanya, aku malu. Mendengar responnya, aku membisu.

”Marah dan kata-kata kasarmu tidak sebanding dengan sandalmu yang dicuri. Jika si pencuri itu hadir di matamu, luka hatinya atas cacianmu tidak sepadan dengan luka memar di kakimu itu. Padahal kamu belum tahu alasan mengapa ia mencuri”, pemilik toko itu menghujam ulu hatiku dengan ucapannya yang tajam lagi datar. Aku terperangah dengan muka memerah. Kini aku jadi bulan-bulanan atas mulutku sendiri.

Laki-laki itu melanjutkan, ” padahal bisa jadi ia mencuri karena terpaksa, bukan semata-mata karena kebiasaannya mencuri. Mungkin karena lapar, anak dan isterinya juga kelaparan atau karena satu dan lain hal sehingga memaksanya mengambil milik orang lain”.

”Tapi, mungkin juga karena memang orang itu terbiasa mencuri, bukan? Bahkan dilakukannya di masjid, Rumah Tuhan”, Aku mencoba membela diri.

”Mungkin juga. Bahkan karena nekatnya, di masjid pun ia lakukan. Namun, sikapmu menerima situasi demikian tidak pantas Anak Muda. Caci dan makianmu tidak mengembalikan sandalmu yang hilang, sementara mulutmu telah tidak sadar kau kotori dengan dosa oleh cacianmu itu”.

Ulu hatiku semakin sakit. Aku yang tengah dirundung sial terus terpojok. Aku membatin. Tapi, kata-kata penjaga toko itu perlahan mempengaruhi kesadaranku. Ego dan amarahku hampir redup disiram bijak kata-katanya, meskipun letupan-letupan dendam kesumat kecil masih timbul tenggelam di ujung nafsu amarah.

”Sandal itu cukup mahal bagi saya. Dua ratus lima puluh ribu hampir seperdelapan dari gaji saya setiap bulan untuk harganya. Lagi pula, baru sekali ini saya pakai. Wajar kan jika saya kecewa dan marah?”, Aku masih mencoba bertahan di antara sisa-sisa ke-Aku-an yang kian padam.

Laki-laki pemilik toko itu hanya tersenyum mendengar pembelaanku. Kepalanya menggeleng-geleng ritmis. Alisnya yang bertaut bergerak ke atas mengikuti gerak tubuhnya yang bergeser mendekati tepi dipan.

“ Engkau masih beruntung, Anak muda. Karena cuma sandalmu yang hilang. Harga dirimu tidak koyak, rasa malumu tetap terjaga dan kepercayaan dirimu masih utuh. Kamu masih patut bersyukur sebab masih dapat berjalan tegak meskipun tanpa sandal. Kamu tidak pantas menjadi laki-laki rapuh dihantam marah hanya karena kehilangan harga dua ratus lima puluh ribu saja. Lihatlah keadaanku”.

Laki-laki itu menyingkap ujung bawah gamisnya. Aku terkesiap. Ya Tuhan, dua kakinya buntung sebatas pergelangan. Aku merinding disergap ngeri. Tenggorokanku kering kerontang seketika. Inikah arti dari ucapan ”belum sebanding” orang sepuh beberapa saat lalu?

”Aku kehilangan dua pergelangan kaki, Anak muda. Aku juga tidak tahu berapa harga kedua kaki itu. Yang kuingat bahwa kecelakaan kerja yang kualami lima tahun lalu merenggut keduanya. Aku masih bersyukur nyawaku selamat. Allah masih menyayangiku. Lagi pula Aku tidak pernah membayar untuk sepasang kaki itu. Gratis. Kecelakaan itu adalah sunnatullah bahwa Yang Maha Memberi, meminta kaki yang dititipkan padaku dikembalikan pada-Nya. Kamu masih lebih beruntung berlipat-lipat. Allah hanya meminta sandalmu, bukan kakimu. Lihatlah, kakimu masih menapak dengan jemarinya yang masih utuh”.

Aku membatu dalam kebisuan. Hancur lebur sudah kemarahan yang sejak tadi kumanjakan. Gemuruh dadaku berubah warna dari merah membara menjadi putih kebiruan. Sejuk, lumer dan dan akhirnya kerdil.

” Anak muda, jangan pernah berpikir absolut bahwa apa yang selama ini kita genggam adalah milik kita. Semua hal yang Kau pandang sebagai kekayaan, apapun wujudnya, hakikatnya hanya titipan. Manusia hanya sebatas diberi hak untuk memanfaatkan dalam kebaikan. Bukan memiliki sekehendak hati, apalagi dengan membabi buta seperti orang yang lupa bahwa dunai ini pun akan ditinggalkannya. Kalau hanya sekedar sandal saja Engkau sudah begitu takabur, bagaimana dengan kehidupanmu yang kelak juga akan diambil-Nya?”.

Habis sudah diriku. Habis sudah egoku. Air hangat meleleh dari kedua kelopak mataku. Dadaku sesak oleh luapan tangis yang kutahan sedapat mungkin. Tagi guncangannya tak kuat kutahan. Sampai kemudian aku sadar sesadar sadarnya.

”Ayah, bangun Yah, sudah jam empat”.

Antara jaga dan tidur aku merasakan sentuhan lembut di pundaku. Suara yang amat kukenal membangunkanku dari selimut malam dan menghentikan dengkurnya. Aku bangun dengan kelopak mata yang basah. Aku menangis dalam tidur, tapi air mata dan penggalan mimpi terbawa di alam jaga. Aku benar-benar hanyut. Jauh, jauh sekali. Ya Allah mimpi apa itu? Apakah Engkau tengah menegurku sebab beberapa minggu lalu Aku sempat mengeluh lama karena kehilangan telepon genggam untuk yang kedua kali?

Alhamdulillah, Aku masih hidup dan masih diberi kesempatan menghirup udara pagi. Ya Allah, rizki yang kau beri memang datang dan pergi silih berganti. Ampuni Aku Ya Rabb.

Jumat, 11 November 2011

Say : "Aku ingin menjadi sahabat yang baik"


Bismillah,,,
Berbicara tentang sahabat tentu kita teringat dengan persahabatan antara Rasulullah saw dengan Abu Bakar. Dikisahkan bahwa; Abu Bakar pernah menemani Rasulullah saw hijrah menuju madinah, tapi ketika hendak berhijrah, pasukan kafir kuraisy mengetahui hal itu, sehingga mereka mengadakan rencana untuk menghalangi hijrahnya Rasulullah dan Abu Bakar. Dan Allah Maha Mengetahui hal itu, sehingga mengabarkan Rasulullah bahwa kafir kuraisy sedang merencanakan makar buruk terhadapnya. Kemudian Rasulullah pun pergi bersama Abu Bakar menuju gua tsur untuk bersembunyi menyelamatkan diri dari makar/kejaran kafir kuraisy. Dan ketika sampai dimulut gua Abu Bakar berkata: “wahai Rasulallah,, biarlah aku periksa terlebih dahulu gua ini dan aku bersihkan debu-debu yang ada didalamnya”. Rasulullah pun mengangguk, sehingga masuklah Abu Bakar kedalam gua tersebut. Ia mulai memeriksa setiap sudut gua, hawatir ada binatang berbisa yang akan menyakiti sahabatnya (rasulullah) dan ia pun membersihkan debu-debu yang ada didalamnya. Setelah itu, ia memepersilahkan sahabatnya (rasulullah) agar segera memasuki gua. Rasulullah pun memasuki gua tersebut, kemudian beliau merebahkan diri dan meletakkan kepalanya dipangkuan Abu Bakar (diriwayatkan, bahwa tinggi dan lebar gua tsur kurang lebih 4 M), dan Rasulullah pun tertidur sedang Abu Bakar tetap terjaga. Dan Maha Besar Allah yang telah mengutus burung merpati dan laba-laba untuk membuat sarang di mulut gua, sehingga kafir kuraisy (ketika sampai di mulut gua) menyangka bahwa gua tersebut belum pernah di masuki sama sekali oleh seorang pun, karena melihat ada sarang laba-laba dan merpati di mulut gua. Sedang Abu bakar yang berada didalamnya merasa sedih dan hawatir (karena rasulullah akan dibunuh) kalau-kalau kafir kuraisy memasuki gua tersebut, sehingga mereka akan mendapati dirinya dan Rasulullah ada didalam gua. tapi kemudian Rasulullah membuka matanya dan berkata: “La tahzan innallaha ma’ana (janganlah kau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita)”. Ahirnya mereka (kafir kuraisy) pun pergi dan memutuskan untuk menghentikan pengejaran dan  ditunda esok hari.
Dan setelah mereka pergi, Rasulullah tertidur lagi dipangkuan Abu bakar, sedangkan Abu bakar tetap terjaga mengawasi keadaan. Tapi tiba-tiba Abu bakar merasakan sengatan dikakinya, kemudian ia pun menoleh kearah kakinya dan mendapati seekor ‘aqrob (kalajengking). Karena hawatir mengganggu tidur sahabatnya (rasulullah), ia pun tidak bergerak sama sekali sambil menahan rasa sakit dari sengatan hewan tersebut. sampai ahirnya, ia pun menangis menitikan air mata dan air mata itu pun jatuh mengenai wajah sahabatnya (rasulullah). Kemudian rasulullah terbangun dan bertanya: “ada apa wahai abu bakar? Sungguh aku melihatmu menangis”. “wahai rasulallah, sesungguhnya ada ‘aqrob yang menyengat kakiku. Dan karena aku hawatir membangunkanmu dari tidur. Maka aku mencoba menahan rasa sakit itu. Tapi, apalah daya... air mata ini pun jatuh juga mengenai wajahmu”. Jawab abu bakar dengan lembut diiringi sesal, karena ia telah membangunkan sahabatnya (rasulullah) dari tidurnya. Kemudian rasulullah meniup kaki abu bakar, sehingga hilanglah rasa sakit sengatan itu. Subhanallah...!!!
Dan hal yang serupa pernah terjadi, yaitu persahabatan antara Abu ali ar ribathi dan Abdullah ar razi (orang sholeh dahulu). Dikisahkan bahwa; ketika keduanya hendak melakukan safar (perjalanan) menuju daerah pedalaman Ar razi berkata : “wahai sahabatku Abu ali, hendaknya diantara kita ada yang menjadi pemimpin. Karena safar kita ini sangatlah jauh”. Abu ali pun menjawab : “sebaiknya engkau saja wahai sahabatku, engkau lebih pantas”. Ar razi pun berkata lagi : “kalau begitu kau harus menta’atiku”. “baiklah” jawab abu ali menyetujui apa yang dikatakan ar razi.
Dan ahirnya, keduanya siap untuk melakukan perjalanan dengan perbekalan seadanya yang dijadikan satu dalam sebuah karung (kantong besar). Kemudian ar razi mengangkat karung tersebut dan menggendongnya diatas punggung, lalu berkata : “wahai sahabatku abu ali, marilah kita berangkat”. Tapi abu ali menyela : “tunggu dulu sahabatku, biarlah aku saja yang membawa karung itu”. Dengan senyum lembut ar razi menjawab : “bukankah engkau sudah mengatakan bahwa aku yang menjadi pemimpin dan kau menta’atiku”. Abu ali pun diam tertegun dengan ucapan sahabatnya itu. Dan akhirnya keduanya berangkat.
Setelah sampai dipertengahan safar (perjalanan), mereka berdua beristirahat dan berniat bermalam. Padahal mereka berdua masih berada di dataran padang pasir, sehingga jikalau turun hujan maka otomatis mereka akan kehujanan. Dan tanpa diduga hujan benar-benar turun pada malam itu. Sehingga mereka langsung terbangun dan kebingungan hendak kemana berteduh. Tapi kemudian, ar razi melepaskan kain yang ia kenakan dibadannya lalu membentangkannya. Kemudian ia menaungi sahabatnya (abu ali) dengan kain tersebut dengan harapan ia bisa melindungi sahabatnya (abu ali) dari air hujan. Sedangkan ia sendiri rela kehujanan. Dan abu ali hanya bisa menangis menguraikan air mata melihat sikap sahabatnya (ar razi) sambil berkata didalam hatinya : “wahai sahabatku, seandainya saja aku tidak mengatakan ‘engkau saja yang menjadi pemimpin’ tentu tidak akan seperti ini jadinya. Engkau begitu baik terhadapku wahai sahabat, engkau rela memberikan naungan kepadaku agar aku selamat dari air hujan. Sedangkan engkau sendiri tidak selamat darinya (air hujan)”. Dan ahirnya hujan pun reda setelah hampir semalam suntuk. Subhanallah....!!!
Subhanallah,,,, begitu luar biasa persahabatan yang telah dicontohkan oleh abu bakar dan abdullah ar razi. Dimana mereka mempunyai jiwa itsar yang tinggi, yaitu; lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri. Kita lihat, bagaimana sikap abu bakar yang berusaha menahan rasa sakit akibat sengatan ‘aqrob dan menahan diri dari bergerak hanya karena hawatir mengganggu tidur sahabatnya (rasulullah). Sampai ahirnya, air matanya jatuh mengalir mengenai wajah sang sahabat. Dan disisi lain, kita melihat sikap ar razi yang rela menggendong karung dan rela membiarkan dirinya kehujanan hanya karena ia tidak mau memberatkan sahabatnya (abu ali).
Lantas sudahkah kita mempunyai jiwa itsar terhadap orang-orang disekitar kita, terutama sahabat kita....??? inilah suatu pertanyaan besar. Dimana banyak pada zaman sekarang ini yang mengaku bahwa mereka adalah sahabat. tapi pengakuan itu hanyalah sebatas ujung lidah saja, tidak ada tatbiq (praktek) dan tahqiq (perealisasian). Kita tentu pernah menyaksikan bagaimana persahabatan kebanyakan orang yang mana mereka lebih senang memanfaatkan sahabat mereka sendiri daripada memberi manfaat (mudah-mudahan kita tidak termasuk seperti mereka). Padahal tidaklah seperti itu adanya seorang sahabat.
Wahai kawan, mungkin ada diantara kita yang terkadang tidak menyadari, bahwa betapa sering kita menuntut seseorang untuk menjadi sahabat baik atau sahabat sejati bagi kita. Oke,, itu tidaklah disalahkan. Akan tetapi kita harus ingat dengan perkataan Orang sholeh dahulu bahwa; “sahabat yang baik adalah sahabat yang bisa membawa kita pada keredoan Allah dan bisa membawa kita menuju syurga_Nya”. Nah,, mungkin setelah kita membaca ungkapan ini timbul beberapa pertanyaan dalam benak kita, “apakah ada sahabat yang seperti itu?” atau “dimanakah sahabat yang seperti itu?”. Seharusnya kita tidak perlu mengajukan pertanyaan. Akan tetapi hendaknya kita berfikir, kalau memang kita tidak bisa menemukan atau memiliki sahabat yang seperti itu, tentulah kita yang harus menjadi sahabat baik untuk orang lain. Ralp waldo emerson pernah mengungkapkan bahwa; “satu-satunya cara menghargai kebaikan adalah dengan kebaikan, dan satu-satunya jalan untuk memliki seorang sahabat adalah dengan menjadi seorang sahabat”. Oleh karena itu, hendaknya kita menyadari bahwa kita hidup di dunia ini bukanlah untuk mencari sahabat. Akan tetapi untuk menjadi seorang sahabat, sahabat baik untuk semua orang. Bismillah... kita pasti bisa!!!!
Dan ada beberapa hal yang perlu diingat, bahwa; sahabat itu hendaknya lebih sering memberi daripada menerima. Dan seorang sahabat hendaknya mempunyai jiwa yang tegar, yang dikala ia mendapati sahabatnya yang lain sedang kesusahan atau sedang dalam kesedihan, maka ia segera membantu dan menghiburnya. Bukan malah ikut susah atau ikut bersedih bersamanya. Dan seorang sahabat hendaknya mempunyai ilmu agama, agar ia bisa menasehati sahabatnya yang lain dikala berada dalam kesalahan, bukan malah mengkritik atau menjelek-jelekannya. Dan hendaknya seorang sahabat tidak membicarakan keburukan sahabatnya yang lain dihalayak ramai atau menyebarkannya dihadapan semua orang. Tetapi hendaknya ia merahasiakan dan menutupi setiap kesalahan sahabatnya. Dan jikalau ada seseorang yang menanyai tentang sahabatnya, maka tidaklah ia berkata melainkan tentang kebaikan yang ada pada sahabatnya. Dan seorang sahabat hendaknya selalu menolong bukan malah mencelakakan. Dan seorang sahabat hendaknya selalu mendoakan kebaikan untuk sahabatnya yang lain bukan malah mengumpat atau mencelanya atau bahkan mengutuknya. Wal ‘iyadzubillah.
Niatkanlah dalam persahabatan untuk menambah amalan dan pahala disisi Allah swt; saling tolong menolong dalam kebaikan, saling menasehati dengan kebenaran dan kesabaran, serta saling mendoakan satu sama lain. Dan tak lupa harus saling mengingatkan dikala salah atau dalam kealpaan.
Oke kawan,,, sekarang jadilah engkau sahabat baik untuk orang lain, tidak perlu menuntut tapi tunjukanlah dan katakanlah : “Aku bisa menjadi sahabat yang baik untukmu”. 
Wallahu a’lam bish showab.

Sahabat

Ya Allah,
Sahabat saya tak seperti sahabat Nabi saw,
Sahabat Nabi setia di sisi,
Sahabat saya datang dan pergi.

Ya Allah,
Saya muhasabah, menerawang sendiri,
Dari kecil ke saat ini,
Ramai sudah bertandang di hati,
Ramai juga yang datang dan pergi.

Ya Allah,
Sahabat ketawa, saya gembira,
Sahabat sayu, saya syahdu,
Sahabat layu, saya pilu,
Sahabat cemerlang, saya gemilang.

Ya Allah,
Kawan saya, sahabat saya,
Rahmati kami meniti usia,
Terpisah kami di alam nyata,
Temukan semula di taman syurga.

Ya Allah,
Sahabat saya, buah hati saya,
Mesra kami penawar duka,
Rindu kami menambah cinta,
Rajuk kami membuah ceria.

Ya Allah,
Silaturrahiim kami, ukhwah fillah,
Bermusuh kami, na`uzubillah,
Berpisah mati, inshaAllah,
Pengubat hati, do`a rabitah..

Rabu, 09 November 2011

Pipit

Aku,,,
Aku ingin terbang, terbang bagai elang
Menjulang tinggi diatas awan-awan
Melawan angin, melawan hujan
Tapi,,,
Adakah aku ini elang….???
Oh tidak,,, aku hanyalah pipit
Pipit kecil yang malang
Lihatlah tubuh kecilku,,, ia tak setangguh dan sekekar tubuh elang
Lihatlah juga sayapku,,, ia tak terbentang lebar selebar sayap elang
Elang terbang tinggi
Sedang aku,,, terbang rendah
Tapi,,,
Aku tetap bangga
Karena ternyata,,, ada gajah yang tidak bisa terbang

Terima kasih Tuhan…

Wanita (ibu) yang cerdas


Suatu hari disebuah rumah ada dua orang bersaudara kakak-adek (masih kecil) sedang bertengkar, lalu salah satu dari keduanya (sang kakak) mengeluarkan kata-kata kasar dengan begitu kerasnya  kepada saudaranya (sang adek), sehingga sang ibu pun mendengarnya. Dan akhirnya sang kakak pun dipanggil, “wahai anakku, kemari sebentar”… “ada apa ma,,??? Mama hendak memukulku ya?” tanya sang anak… “engga ko’, mama engga akan memukul kamu. Mama Cuma mau tanya, siapa yang lebih kau sayangi, Allah ataukah syetan?” kata sang mamah… “tentu aku lebih sayang Allah” jawab sang anak polos… “tapi, kamu sekarang ko’ mau jadi temennya syetan”“lho, kenapa ma??” tanya sang anak heran… “karena kamu berkata kasar tadi. Kalau berkata kasar berarti kamu jadi temannya syetan. Tuh, bisa jadi sekarang syetan lagi duduk diatas punggungmu. Ia tertawa lebar mendengar ucapan tadi”“terus ma, bagaimana supaya syetannya menangis? Aku tidak mau jadi temannya syetan. Aku mau jadi temennya Allah (maklum masih anak-anak). Kata sang anak… “ooo,, gampang. Kamu sekarang menghadap kiblat, lalu ucapkan astagfirullah, seratus kali. Hayo coba lakukan!”. Sang ibu menasehati… “jadi, kalo aku melakukannya ,setan bakal nangis ya?”. Kata sang anak… “iya. Kalo kamu melakukannya, setan pasti nangis.” Sang ibu mengiyakan… “kalo begitu aku mau istighfar sekarang. Astagfirullah,,, astaghfirullah,,, astaghfirullah,,, astaghfirullah,,,,,,,,, udah belum ma???”“belum, masih 50 lagi”…  “Astagfirullah,,, astaghfirullah,,, astaghfirullah,,, astaghfirullah,,,,,,,,, udah?” tanyanya lagi… “belum, tiga belas lagi”. Kata sang ibu… “Astagfirullah,,, astaghfirullah,,, astaghfirullah,,, astaghfirullah,,,,,,,,, udah?”“ya sudah”… kata ibunya… “sekarang setannya nangis yah ma???” tanya sang anak… “iya, sekarang dia nangis”. Jawab ibunya… “kalo begitu, aku mau istighfar lagi, supaya nangisnya lebih lama”. Kata sang anak sambil menambah istighfarnya… dan sang ibu pun tersenyum simpul ^_^.

Seorang ibu yang cerdas ialah seorang ibu yang bisa menyelesaikan segala masalah dengan hikmah bukan dengan arung-arungan atau ruwet-ruwetan….  Mudahkan..!!!

Semoga anda bisa menjadi ibu seperti yang diatas….!!!!! Bismillah,,,, ^_^

Selasa, 08 November 2011

Super Women

Inilah para figure wanita yang telah membuatku berdecak kagum,,,
Mereka adalah para wanita yang begitu luar biasa yang pernah aku kenal sampai saat ini,,,
Mereka adalah pendidik dan pengajar yang begitu tajam dalam menjelaskan, begitu lembut dalam ketegasan, begitu menawan dalam kewibawaan, dan begitu manis dalam senyuman.
Siapakah mereka,,,??? Mari aku kenalkan….

  1. My Mother  tercinta,,, beliau adalah pejuang bagi-ku dan pendidik pertama bagiku dan akan selalu menjadi pendidik sejatiku sampai ahir hayatku. Dan beliau juga telah membuka mataku agar aku bisa memandang indahnya dunia ini, membuka hatiku agar aku bisa memahami kehidupan yang penuh misteri ini.  I do love you mom,,, ^_^
  2. Ibu Lilis,,, beliau adalah guru TK-ku yang telah banyak mengajriku tentang dunia anak-anak, dan beliau juga telah mengajarkan sesuatu yang sangat berarti bagiku yaitu ; pentingnya menjadi seorang anak yang baik dan berbakti.  I love you bu,,, ^_^
  3. Ibu Ida,,, beliau adalah guru SD-ku yang begitu luar biasa. Sungguh aku tidak pernah merasa bosan di ajar oleh beliau (3 thn mnjdi wli klas-ku),, karena pembawaannya yang begitu kalem, santai dan rilex menjadikan kami layaknya seperti tanah liat yang siap dibentuk apa saja (tp yg bgus2).  I love you bu,,, ^_^
  4. Embah Anis,,, beliau adalah embahku sekaligus pengajar b.arab pertama bagiku (selain bapakku),, di ajar oleh beliau serasa disihir, karena jiwanya yang begitu lembut membuatku cinta dengan apa yang di ajarkannya.  I love you embah,,, ^_^
  5. Ibu Erni,,, beliau adalah guru fisika-ku (masa SMP) yang sangat tegas, tapi penjelasannya begitu mengalir, sehingga kita siap menjadi ember untuk menampung setiap penjelasannya. Dan yang paling berkesan adalah tatapan matanya yang begitu tajam (pnuh bintang), juga suaranya yang begitu lantang (tp gurih d dengar). I love you bu,,, ^_^
  6. Ibu embay (guru SMP) & Ibu Titin Yasaroh (guru MA),,, kedua beliau ini adalah ibu guru muda cantik yang telah mengajariku sebuah pelajaran yang begitu rumit tapi menyenangkan, yaitu MATEMATIKA. Kedua beliau ini mempunyai senyuman manis yang mampuh membuat sejuk nan nyaman pada setiap sudut kelas juga sudut hati para siswa.  I love you bu & bu,,, ^_^
  7. Ibu Titin Hasanah,,, beliau adalah guru MA-ku yang membuatku sangat berkesan, karena setiap untaian katanya adalah sebuah nasihat berharga. Beliau banyak mengajariku tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang pemuda muslim yang baik.  I love you bu,,, ^_^
  8. Dan yang terakhir ini adalah khusus untuk nenek tercinta-ku, yang di waktu kecilku beliau selalu menyisiri rambutku dengan tangan lembut beliau (mski dah kriput), dan memoleskan minyak (entah minyak apa, tp baunya sedap nian) ke-rambutku, sehingga rambutku menjadi lembut (hehehe,,,). Nenek,, minyaknya masih terasa loch di rambutku…  I do ove you nek,,, ^_^

Semoga Allah memberikan ampunan, rahmat serta kebaikan-kebaikan kepada figure-figure wanita yang luar biasa ini…… ^_^
Terima Kasih Bunda, Ibu-ibu guru-ku, Embah dan Nenek.  ^_^
Semoga bisa Menjadi teladan bagi wanita-wanita muda yang kini kebanyakan hampir bahkan telah kehilangan jati dirinya sebagai seorang wanita yang mempunyai banyak kelebihan.
Ingat,, sesuatu yang lebih bukan berarti sesuatu yang mahal, mewah, cantik atau apalah…. Tp ia di lihat dari manfaatnya untuk orang lain. Itulah kelebihan yang sesungguhnya.

Minggu, 06 November 2011

Usiaku

"Ya Allah,, jadikanlah usiaku sbg kbaikn pada penghujungnya,, dn baik amal prbuatanku sbg kbaikn pda pnutupannya,, dn hariku sbg kbaikan pada hri prjumpaan dg_Mu"....

membaca do'a ini aku langsung teringat dengan usiaku,,,,

oh usiaku,,, bertambah ataukah berkurang...

oh usiaku,,, sebuah kesempatan untuk hidup ataukah sebuah peluang menuju kematian...

oh usiaku,,, sebuah anugrah ataukah sebuah ujian...

oh usiaku,,, kau terus berjalan beriring dengan waktu...

oh usiaku,,, kelak aku takan mengenalmu lagi...

oh usiaku,,, jadilah engkau kebaikan untukku...


Terima kasih Ya Allah,,, Engkau masih memberikan kesempatan kepadaku untuk hidup di dunia yang penuh dengan batu terjal ini,,,,,, maka izinkanlah aku ya Allah untuk melewatinya dan memungutinya satu persatu agar orang-orang yang berada dibelakangku bisa melewatinya dengan mudah.   amien ya mujiibas saa'iliin ,,,,

Sabtu, 05 November 2011

Kata-kata mutiara tentang cinta

Agar cinta tidak menjerumuskan kita ke dalam lubang kehinaan, ada baiknya kita mengambil hikmah dari sumber-sumber islam dan perkataan para ulama berikut ini.
Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, tumbuhlah oleh karena embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.
Hamka
Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.
Hamka
Tanda cinta kepada Allah adalah banyak mengingat (menyebut) Nya, karena tidaklah engkau menyukai sesuatu kecuali engkau akan banyak mengingatnya.
Ar Rabi’ bin Anas (Jami’ al ulum wal Hikam, Ibnu Rajab)
Aku tertawa (heran) kepada orang yang mengejar-ngejar (cinta) dunia padahal kematian terus mengincarnya, dan kepada orang yang melalaikan kematian padahal maut tak pernah lalai terhadapnya, dan kepada orang yang tertawa lebar sepenuh mulutnya padahal tidak tahu apakah Tuhannya ridha atau murka terhadapnya.
Salman al Farisi (Az Zuhd, Imam Ahmad)
Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit untuk tertelan, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati apabila telah terbelenggu dengan cinta dunia maka nasehat susah untuk memasukinya.
Malik bin Dinar (Hilyatul Auliyaa’)
Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu.
Ali bin Abi Thalib
Engkau berbuat durhaka kepada Allah, padahal engkau mengaku cinta kepada-Nya? Sungguh aneh keadaan seperti ini. Andai kecintaanmu itu tulus, tentu engkau akan taat kepada-Nya. Karena sesungguhnya, orang yang mencintai itu tentu selalu taat kepada yang ia cintai.
A’idh Al-Qorni
Demikianlah beberapa kutipan dari sedikit tokoh-tokoh islam yang semoga bisa kita ambil hikmahnya. Semoga Allah memudahkan saya untuk menambah koleksi ini dan memberikan manfaat kepada pembacanya.