Kamis, 28 Juli 2011

Rinduku



Aku tak tahu; benarkah ini rindu
Maybe
...
Rindu yang telah merubah awan 
Menjadi; wajah cantikmu
Merubah rembulan
Menjadi; senyum manjamu
Merubah kerlip bintang
Menjadi; mata genitmu

...
Oh rinduku ini
Salahkah
...

Selasa, 26 Juli 2011

Ketika Ibu memilih….???



Anakku...
Bila ibu boleh memilih
Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar karena mengandungmu
Maka ibu akan memilih mengandungmu?
Karena dalam mengandungmu ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah
Sembilan bulan nak...
engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata

Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua
Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit,
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun
Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia
Saat itulah...
saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,
Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita
Rasulullah di telinga mungilmu

Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah, atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan

Anakku...
Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat
Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu

Tetapi anakku...
Hidup memang pilihan...
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana
Maka maafkanlah nak...
Maafkan ibu...
Maafkan ibu...
Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita,
Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang

Percayalah nak...
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu

Percayalah nak...
Engkau akan selalu menjadi belahan nyawa ibu...

Itulah pilihan ibu....
Ketika ibu ditanya ”apa pilihan ibu..???”
Dan sungguh jawabannya begitu mulia
Sehingga meleburkan kerasnya hati kita yang tak pernah menyadari akan kasih sayang seorang ibu
Ibu ma’afkanlah anakmu
Jika selama ini aku belum bisa menjadi anak seperti yg kau inginkan
Tetapi,, lagi2 ibu memberi jawaban
Yg mampuh memecahkan tabung air mataku
Sehingga membanjiri kedua pipiku
Ibu menjawab ”sudahlah nak,, ibu sudah cukup bahagia bisa melihatmu dengan senyumanmu itu.... hanya dengan senyummu wahai anakku.... hati ibu menjadi tenang”
Sungguh luar biasa kasih sayang ibu kepada kita
Sanggupkah kita membalasnya...????


                                                                              

Do'a; teruntuk Bidadari Senjaku













Permohonanku kepada_Mu :

Ya Allah,,, ya Habiby
Tetapkanlah dia sebagai jodohku
Dan sebagai kekasih dunia-akhiratku
Aku tak tahu, kenapa aku mencintainya
Namun Engkau pasti tahu ya Allah
Karena Engkau-lah Yang Maha Tahu

Ya Allah,,, ya Rabby
Jagalah kesuciannya, jangan sampai ada yang merenggut
Kecuali aku yang nanti menjadi suaminya
Itupun jika Engkau merestui
Karena Engkau-lah sebaik-baik pemberi restu

Ya Allah,,, ya Rahman-Rahim
Taburkan-lah kasih sayang-Mu  kepada kita berdua
Jangan pisahkan kami dianatara ruang dan waktu
Karena takan ada lagi yang bisa menyatukan
Setelah Enkau yang memisahkan

Ya Allah,,, Rabbul’alamin
Sisipkanlah keimanan dihatiku
Biar aku tak terlena pada cinta dunia yang hanya bersifat sementara
Dan jagalah rasa cintaku padanya
Agar tak melebihi rasa cintaku pada-Mu
Karena Engkau-lah Pencipta Cinta,dan hanya pada-Mu cinta akan abadi

                Hanya dengan do'a ini aku berharap Ya Rabb,,, semoga Engkau mengabulkannya untukku. Amien.











                                                                           

Oleh Sahabat 'Furqon'



Dien-MU


Setiap lembaran yang kubuka
Adalah satu masa
Yang terukir
Dari semenjak ku buka mata ini
Hariku berganti dari arah matahari terbit
                        Di paling timur keimananku
                        Saat terhembus nafas suci
                        Aku dari setetes air hina
                        Menjadi makhluk yang kau muliakan
Darah ini mengalirkan
Makna puji setiap keagungan-MU
Nafas ini tak henti tuk menghirup
Seluruh rahmat dan kasih sayang-MU
                        Wahai dzat pembolak-balik hati
                        Tetapkan hati ini pada Dien-MU yang hanif
                        Seluruh raga ini akan remuk
                        Tanpa belaian-MU
Ada kalanya camar-camar itu
Mengepakkan sayapnya
Kembali pulang
Dalam dekap hangat
Hidup yang tak pernah mati
Selamanya….




Setitik Air


Saat aku rapuh
Kau bentangkan
Benang-benang syarafku
Di atas kalimat suci-MU

                        Malamku berlalu
                        Ketika hujan
                        Yang KAU turunkan
                        Itu jatuh

Sebingkai saja…
Maghfirah itu kau turunkan
Kau jadikan air itu
Penyejuk daun kering di hatiku
Kerontong karena dosa yang
Membakarnya…


Irama Jariku; teruntuk Bidadari Senjaku




“Dalam Surga”

                                                                                                 

            Indah matamu pancarkan pesona cinta

            Senyum tipis bibirmu menepiskan luka

            Suaramu begitu syahdu menerpa telinga

            Langkah kakimu pun, buat hatiku terlena

            Sungguh kau bidadari hatiku

            Turun dari awan putih menghampiriku

            Memberi kesejukan digersangnya jiwaku

            Tapi akankah kau tahu rasaku..???

            Lihatlah disana....

            Aku berdiri memandangimu tanpa henti

            Bosan yg datang, aku tepis pergi

            Hanya karena hatimu akan ku curi

            Jangan pernah kau berfikir jauh

            Cukup hati saja yg berkata

            Lalu kau yakinkan dengan pandanganmu

            Melihatku yg berharap dapat memilikimu

            Sayang,,,teruslah kau begitu

            Biarpun kau malu adanya

            Tapi aku mengerti sebenarnya kamu

            Dan aku mengerti malunya kamu

            Dan aku denganmu...

            Dan kamu denganku...

            Dalam satu rasa, untuk cinta

            Semoga abadi dalam surga

                                                                                           

         
           “Irama Jariku”

                                                                                                           
            Pagi akan slalu cerah bagiku

            Bila ada kamu disisiku

            Tapi malam terasa menyiksaku

            Karena aku yg menahan rindu padamu

            Biarkanlah rasaku menyentuh relung hatimu

            Dan merasuk ke-detak jantungmu

            Membuai akan dalamnya rasaku

            Ikut mengalir dalam satu aliran darahmu

            Sudikah bila ku memandangmu

            Mencoba tuk hapuskan lara dihati

            Oleh karena wajahmu penuh ke-elokan

            Yg begitu memudarkan prasangka hati

            Bila seandainya awan putih menutupi wajahmu

            Akan ku ambilkan secercah warna pelangi utkmu

            Takan ku biarkan wajahmu me-layu bisu

            Sebab tak ada yg indah selain parasmu

            Ini... sengaja ku tulis utkmu

            Diatas kertas putih yg pasrah

            Dengan irama jari yg menyentuh abjad

            Dan dengan hati yg berdentum “bum...”

          

            Ku harap kau mengerti

            Akan setiap untaian kata yg terpampang

            Dan ku mau kau faham

            Akan setiap sentuhan jariku

                                                                                              


             “Dalam bulan”

            Bulan... tetaplah kau dalam kedamaian

            Tetap sinari dunia dengan cahya sucimu

            Suara hembusan angin membelai terangmu

            Ceritakan kisah diatas alas putih

            Lusuh kadang tertera di_kegelapan

            Mencari sinar yg masih bersembunyi

            Tampaknya malu dengan senyumanmu

            Yg dibalik itu terurai manis terkaku

            Bulan... bintang menemani sepimu

            Awan menyelimuti separuh sisi

            Demi tak relanya kau sedih

            Menahan dinginnya semilir angin malam

            Andai aku bisa meraihmu

            Terjaga pazti kau dengan janjiku

            Kedalam setiap hembusan yg terhembus

            Kedalam cinta yg tercinta

            Walau tak mungkin bila begitu

            Pasrah takkan menghampiri egoku

            Mulai ku ulang sampai kau teraih

            Meski perih kadang terpipih

            Bulan... dirimu bulan

            Daku ingin menemanimu

            Lalui gelapnya langit petang

            Kau dan aku dalam bulan



        “Honey”

            Honey  itukah namamu...???

            Yg kini tertulis dalam harianku

            Dan menyatu disetiap aliran darahku

            Begitu menyejukan kalbu

            Honey bolehkah ku merindumu...???

            Disetiap sepi yg menjelma kehampaan

            Paztikan dirimu hadir dalam mimpiku

            Memberi kehangatan rasa yg menggelora

            Honey benarkah itu namamu...???

            Yg mudah bagiku untuk memanggilmu

            Walau terselip kelunya bibir terbatu

            Tak mengapa ku paksakan untuk namamu

            Honey malukah engkau padaku...???

            Sehingga kau slalu bersembunyi

            Dibalik helai-helai merah jambu

            Padahal ingin ku dekat denganmu

            Honey pantaskah bila hatimu ku sentuh...???

            Dengan sentuhan rasa yg tertulus mungkin

            Bila tak bisa...

            Cukuplah rasaku sebagai nyanyian untukmu

            Honey...Baby..Sweety

            Jangan kau bersembunyi lagi

            Tak ingin ku melihatmu terbalut rasa malu

            Hanya karena aku mencintaimu


                                                                                               

“Terima kasih Darussalam…”

“Terima kasih Darussalam…”


            9 juli 2007, adalah awal kehidupanku di Darussalam. Di sebuah Pondok Pesantren yang sederhana, tapi berkahNya begitu terasa disini. Begitu damai yang aku rasa, seperti berada di alam mimpi yang indah tiada tara. Hatiku pun terasa tenang dan nyaman. Sungguh inilah ni’mat pertama yang aku dapat disini, dan tentu ni’mat ini dariNya. Dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Rabb Yang Maha Penyayang.

            Hari-hari yang ku lalui disini terasa begitu ringan tak ada beban. Disini aku dipertemukan dengan orang-orang yang terlihat biasa saja. Akan tetapi aku salah. Ternyata orang-orang yang berada disini begitu luar biasa. Mereka terasa begitu dekat, layaknya saudara sendiri. “Ya Allah, Engkau-lah Rabb yang Maha sempurna, Engkau tempatkan aku di tempat yang Engkau berkahi, dan di tempat orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepadanya”.

            Hari demi hari, berganti menjadi minggu, minggupun berganti bulan, bulan ahirnya berganti tahun. Dan tak terasa, sudah hampir 3 tahun aku berada disini. Di tempat yang sangat aku cintai. Karena dari sinilah, aku banyak mendapat pelajaran, pendidikan, perenungan, dan yang pasti keimananku bertambah. Walaupun hanya sedikit saja. Tapi, aku tetap bersyukur. Karena dengan itu semua, aku menjadi sadar. Bahwa, betapa sayangnya Dia kepadaku. sehingga Dia memberiku bekal ilmu guna hidupku dimasa mendatang. Sampai nanti aku bisa melihatNya di Surga sana. Aamiin.

            Dan kini waktu akan menjemputku. Dan membawaku pergi meninggalkan Darussalam. Dan itu artinya, aku harus berpisah dengan orang-orang yang...? :( . Ya Allah, Sejujurnya saja, begitu berat bagiku untuk berpisah dengan orang-orang yang sangat aku sayangi. Karena merekalah yang senantiasa hadir menemani perjuanganku disini. Mereka selalu memberiku senyum-senyum manis yang indah, yang begitu sangat berharga bagiku. Karena dengan senyum mereka. Luka, lara, gundah gulana, resah, sedih dan rasa pesimisku pergi menghilang begitu saja. Mereka adalah semangatku, inovasiku, motivasiku, inisiatifku, dan saudara se-imanku.

“Ya Allah, tabahkanlah hati hambaMu dalam menghadapi perpisahan ini, karena mungkin inilah yang terbaik bagiku. Dan aku mohon, redhoilah perpisahan ini. Dan jadikanlah perpisahan ini sebagai awal untuk menempuh hidup baruku, yaitu hidup yang lebih baik lagi. Aamiin".

Guru-guruku, Sahabat-sahabatku, Teman-temanku, Adik-adikku. Kalian semua adalah saudara bagiku. Saudara yang sangat berarti dan sangat berharga. Karena darimu wahai guruku, aku banyak mendapat ilmu dan pelajaran serta pendidikan. Kau mendidik dan mengajarku dengan penuh kasih sayang, ketabahan, dan kesabaran. Terima kasih wahai guruku.

Dan darimu wahai sahabat dan temanku, kau ajarkan aku arti perbedaan, arti saling menghargai, dan arti kebersamaan. Sehingga kita bisa menjalin kasih sayang sebagai saudara seiman. Terima kasih wahai sahabat2ku dan dan terima kasih pula wahai teman2ku.
Dan darimu wahai adik-adikku, kau ajarkan aku untuk menjadi seorang kakak yang baik, yang bisa mengarahkan dan membimbingmu pada kebaikan. Tapi, terkadang malah aku yang kau arahkan. But it’s nothing,  aku tetap bangga pada kalian. So, thank you very much wahai adik-adikku. Aku ingin kalian meneruskan perjuangan demi agama islam (Dienullah). Dan teruslah kibarkan semangat juang kalian. “Never down, always be spirit, positive thinking, and smart in everything.” And say “We can doit to take in our dreams”. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!!!!!!

Dan aku pula ingin mengucapkan permohonan ma’af yang begitu dalam. Karena aku sadar. Bahwa aku bukanlah seorang yang sempurna, yang masih banyak kesalahan dan kekurangan. Bahkan mungkin aku sering mengecewakanmu : guru2ku, sahabat2ku, teman2ku, dan adik2ku. Dan sungguh, Aku sangat berharap, bahwa kalian mau mema’afkan aku atas segala kesalahan dan kehilafanku. Sebab aku tak ingin berpisah dengan kalian, sedang kesalahanku masih menyisahkan luka dihati kalian.

Hanya ini yang bisa aku sampaikan untukmu wahai guru2ku, sahabat2ku, teman2ku dan saudara-saudariku. Semoga kita dipertemukan kembali, meskipun itu bukan di dunia. Tetapi di surga-Nya, surga yang mengalir sungai-sungai dengan air yang jernih, buah-buahan yang rasanya tiada tara, dan banyak lagi ni’mat yang luar biasa disana. Marilah kita raih surga itu, dengan mencapai keredhoanNya, beramal ikhlas karenaNya, dan selalu berharap dengan rasa takut kepadaNya.
Darussalam is the best, semoga semakin maju dan bersinar laksana bintang di langit. Dan mampuh melahirkan kader2 muda yang berakhlakul karimah, berpedoman dan berasaskan Al- Qur’an dan Al- Hadits. Serta mampuh untuk mengamalkannya.

“Terima kasih Darussalam,,, I love you and you will always in my heart forever.”

Untuk Sahabatku


Harapan (Teman)

Teman,,, tetaplah kau seperti bulan dan bintang
Yang menerangi malamku dikala aku gelap sendiri
Walau ku tahu kau tak begitu adanya
.......

Teman,,, kadang kau adalah burung
Yang membawaku terbang melintas awan-awan
Tapi kenapa....?????
Kau biarkan aku terjatuh
Lalu kau juga yang mengobati
........

Teman,,, aku memang tidak sempurna
Tak pernah bisa menjadi apa yang kau mau
Aku tetap tak berguna.....!!!!!
Aku memang,,,
bukanlah seorang teman yang baik untukmu
ma’afkan aku
.........

Teman,,, apakah aku juga teman????
Ku harap begitu........



Tak sadar

 Tak sadar aku mengenalmu
hingga kini ku tahu itu kau
yang memberi senyuman kesedihan
namun tetap terasa mentarimu

Aku yang tak sadar
memilikimu dalam hidupku
sebagai sahabat yang takan pudar
untuk selamanya bersamamu

Dan aku yang tak pernah sadar
takan membiarkanmu menangis
kan ku sumbat air matamu
dan kan ku hapuskan lukamu

Disini,, aku yang tak sadar
akan selalu menemanimu
menyelimuti kegelisahan hatimu
dikala pilu menerpamu

Kini... ku sadari
hanya kau dan pasti kau
taman kesedihan dalam hidupku
yang selalu tersenyum manis didepanku

                                                           

Seberapa lukamu..?

 Kamu.... itu yang ku tahu
Selalu tersenyum  walaupun palsu
Rautmu yang tak pernah kusut
Memberi kesenangan mata

Tapi.... dimana ku tahu
Seberapa lukamu...?
Yang tak pernah kau eluh
Didepan temanmu

Seberapa lukamu...?
Hingga terus kau sembunyikan
Padahal ingin ku merasakannya
Biar  ku tahu seberapa lukamu...?

Hai teman...
Lukamu adalah lukaku
Kita rasakan bersama lukamu
Tak ingin kubiarkan “seberapa lukamu...?”







Maaf, dia ku goda

 Dia milikmu bukan untukku
Tapi maaf, dia ku goda
Dia bersamamu bukan denganku
Tapi maaf, dia ku rayu

Ok... I’m sorry friend
I don’t know that she’s with you


Belas Kasih_Mu


Penderitaan yg kami alami cukuplah berat
Bagai batu jatuh diatas pundak
Melelahkan semangat berjuang
Namun tetap paksakan diri

Ingin menggapai asa cita
Menanti jawaban yg tak pasti
Mematahkan hati nurani
Layu tak tersiram air suci

Merenungkan noda membuat kami terpaku
Terdiam bagai tiang
Tanpa gerak yg berarti
Semuanya kosong

Perjuangan kami penuh derai air mur ni
Membasahi kalbu dasar
Tersirat wajah yg melas
Mengharap belas kasih-Mu

Minggu, 24 Juli 2011

Pesan Awan

 
            Bagai langit tak dikunjung awan, selalu terang. Tapi nyatanya langit tak pernah sepi, ia selalu diramaikan oleh awan-awan. Baik awan putih maupun awan hitam. Dan seperti itulah potret kehidupan, aku tak pernah mendapati samasekali pada seseorang yang langitnya terbebas dari kumpulan awan. Bahkan pada langitku sendiri, sudah berjuta-juta awan yang mengunjunginya, tapi aku biarkan saja jutaan awan itu bersemayam di atas langitku. Barangkali ia hendak menaungi gerahnya tubuh ini akibat sengatan mentari yang membakar, atau malah ia hendak menghancurkan tubuh ini dengan jilatan petir. Ah sudahlah, aku ambil positif saja, toh awan-awan itu bisa menurunkan hujan, mudah-mudahan dengan hujan itu aku bisa merasakan segarnya kehidupan. Aamiin.

            Dan sekarang, aku ingin melukiskan keindahan awan yang ada di langitku. Awan itu sangatlah indah berbentuk love, putih bermanjakan sinar mentari, dan aku belum pernah melihat awan itu menghitam suram, malah sebaliknya awan itu selalu terlihat cerah penuh keceriaan sehingga tak pernah bosan aku memandanginya. Dan terkadang awan itu menggoda tangan nakalku ini untuk sedikit menyentuhnya. Tapi sayang, tak bisa aku menyentuhnya barang sedikit pun. Sehingga aku sedikit kecewa, sedikit kesal, sedikit geram, sedikit gemas, tapi banyak berharap. Karena awan itu belum beranjak dari langitku

Awan Cinta

Langitku berawan
Penuh keceriaan
Penuh pesona
Begitu menggoda
Bagai sebuah pesan
Yang dibawa angin dari negeri seberang

Awan yang berpesan cinta
Dari sang bidadari senja

Likuan Asmara

          

            Aku adalah sang perindu syurga, ya, begitulah. Karena memang, aku sangat ingin sekali memasukinya berkumpul bersama orang-orang terkasih serta berjumpa Sang Pemilik Kasih Sejati.
            Disini aku ingin bercerita tentang jalan hidupku yang sangatlah penuh dengan liku. Baik yang berliku tajam, sedang atau pun biasa saja. Tapi ya demikianlah kehidupan, aku sangat menyadarinya sehingga tak perlu aku berlari meninggalkan setiap liku tersebut. Karena jika aku lari, berarti aku tidak akan mendapati jalan lurus yang ada setelah likuan.
            Dan sekarang aku sedang berada di jalan yang berliku tajam, dan mau tak mau aku harus melewati likuan tajam ini, tak peduli jika memang aku harus terjatuh. Tapi sungguh, aku tidak pernah berpesimis sama sekali, karena aku yakin bahwa Allah pasti akan memberikan aku roda-roda yang bisa menghantarkan aku menuju jalan yang selanjutnya. "Bismillah saja" yah, itulah sebuah pesan yang aku terima dari sahabat juga saudara seimanku ‘Saeful Bahri’ atau biasa disapa ‘Edenk’.
            Tahukah anda wahai kawan apakah likuan yang sedang aku jalani ini?. Aku sering berfikir, ko' bisa-bisanya aku berada di jalan yang mempunyai likuan seperti ini. Likuannya memang begitu indah tapi ia juga membuatku sangat risih dan takut. Oh tidak, likuan ini benar-benar membuatku harus berfikir extra. Aku harus banyak berdo'a memohon bantuan, kekuatan serta kemudahan untuk melalui likuan ini. "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa yang sedang hamba jalani sekarang ini. Dan hamba yakin bahwa Engkau pula-lah yang menghadapkan likuan jalan ini di hadapan hamba. Oleh karenanya hamba memohon kepada Engkau Ya Rabb agar Engkau mau memberikan roda-roda yang bisa menghantarkan hamba ke jalan lurus menuju ke-Keredhoan_Mu. Hamba tak ingin terjatuh di likuan jalan ini, hamba harus kuat, hamba harus kuat, kuaatttttt!".
            Mungkin hanya berdo'a kepadaNya-lah yang bisa aku lakukan sekarang ini, karena aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Likuan ini benar-benar menyeramkan, tapi ia juga menyimpan berjuta keindahan. Ah, pusing aku!, tapi ya sudahlah, mungkin inilah yang dinamakan LIKUAN ASMARA. Likuan yang tidak hanya tenaga yang dituntut, tapi juga fikiran begitupun juga hati. Sehingga hampir-hampir aku terkubur oleh debu-debu asmara yang panas membakar. Tapi untunglah, aku masih mempunyai keimanan yang menjadi penyejuk dan pemadam api tersebut. Alhamdulillah.
            Lucu memang, aku yang tergolong asing di mata perempuan harus menghadapi likuan seperti ini. Yah sudah lah, aku hadapi saja. Barangkali aku bisa memberi tanda pada likuan ini, yaitu tanda bahwa aku pernah dimabuk asmara pada seorang wanita yang aku sebut ia ‘Bidadari Senja’. Sebenarnya aku sendiri belum tahu mengapa aku bisa menaruh simpati dan perhatianku terhadapnya. Ya, mungkin inilah yang sering di ungkapkan oleh kaula muda "Rasa hati itu memang aneh, selalu membuat kejutan tanpa sebab yang jelas".

Bidadari Senja

Bidadari, engkau kah itu
Bersembunyi dibalik senja
yang sedaridulu
Aku nanti, aku tunggu

Bidadari,, engkau kah itu
Garis kuning senyuman
Yang kau sunggingkan di bibirmu
Oh indah nian

Bidadariku, ketahuilah
bahwa;
Senja telah melukis wajahmu untukku