Minggu, 20 Oktober 2013

Kekeliruan Cinta

Mengapa kita bisa begitu mudah mencintai seseorang, bahkan hanya dikarenakan senyumnya saja?, sedangkan untuk mencintai Allah, kita begitu kesulitan, padahal Dia telah memberikan sejuta senyumNya untuk kita.
Mengapa kita bisa begitu mudah mengorbankan segalanya untuk orang yang dicintai, bahkan harus mati sekali pun?, sedangkan berkorban sedikit saja untuk meraih kecintaan Allah, kita begitu malas. Seberapa seringkah kita berkorban melangkahkan kaki kita menuju masjid untuk menyambut seruanNya melalui perantara seorang muadzin?!
Mengapa kita bisa begitu mudah mengumbar perasaan dihalayak ramai, bahkan kita begitu bangga melakukannya?, sedangkan untuk mengungkap secuil kata cinta kepada Allah, kita merasa malu. Bahkan untuk menyebut namaNya saja di halayak ramai, kita merasa malu dan enggan.
Mengapa kita bisa begitu mudah meminta maaf kepada orang yang dicinta, bahkan kita melakukannya dengan memohon-mohon, padahal sebenarnya kita tidak bersalah?, sedangkan kepada Allah, yang jelas-jelas kita banyak salah dan dosa, kita malah belum pernah memohon maaf atau memohon ampun kepadaNya.
Mengapa kita bisa begitu mudah mengulang-ulang membaca sms atau surat dari orang yang dicinta, bahkan sampai tidak bergeming ketika dipanggil oleh orang lain, saking khusyunya kita?, sedangkan untuk membaca Al Qur’an yang mana jelas-jelas itu adalah kalam Allah yang tersurat dan tersirat, kita malah mengabaikannya. Menyentuhnya saja entah, apalagi membacanya berulang-ulang.
Mengapa kita bisa begitu mudah hawatir dan gelisah ketika hendak diputus atau ditinggal oleh orang yang dicinta, bahkan tidak jarang membuat kita depresi?, sedangkan kita tidak pernah perduli dan tidak pernah mau tahu apakah Allah memutuskan kita atau meninggalkan kita.
Sungguh banyak kekeliruan yang terjadi diantara kita, para remaja.
Itu semua lantaran kita yang kurang mengenal Tuhan kita sendiri, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal perhatikanlah bagaimana Allah mensifati kita sebagai orang yang beriman,
“..Dan orang-orang beriman, kecintaan mereka sangat besar kepada Allah..” (Al Baqoroh : 165)
Allah mengatakan bahwa orang yang beriman itu cintanya teramat sangat kepada Allah. Dan tidakkah juga kita ingin termasuk kedalam kaum yang disifati oleh Allah,
“..Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang mana Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah..” (Al Maidah : 53)
Laa haula wa laa quwwata illaa billaah!, sungguh jikalau seseorang telah merasakan kecintaan kepada Allah, maka dunia beserta isinya tiada lagi berguna. Sebab baginya menghabiskan waktu semenit dengan Allah itu lebih baik dan lebih nikmat, ketimbang ribuan tahun menikmati kecantikan dunia beserta isinya. Apalagi hanya seorang wanita.
Jika hanya mencintai wanitanya saja, maka itu hal biasa. Tapi jika sampai mendalam mencintai Yang Menciptakannya, maka itulah hal yang luar biasa. Coba saja deh!

Jumat, 18 Oktober 2013

Kesempurnaan Rindu



Seberat apa pun kita menanggung rindu pada seorang yang dicinta,
jika yang menjadi sandaran adalah Allah.
maka kerinduan itu menjadi sesuatu yang ringan dan mengasyikkan.
tiada keperihan, tiada pula keriasauan lantaran perpisahan dan jarak yang jauh.
karena pada hakekatnya, rindu itu membuat segalanya terasa dekat dan sebentar.

seperti zulaikha yang bertahun-tahun merindukan kehadiran yusuf,
ia menderita berkepanjangan dan hampir setiap waktunya ia habiskan untuk bersyair mengungkap kerinduan pada yusuf,
sehingga kemudian ia menemukan sandaran untuk kerinduannya; yaitu Allah Subhanahu Wa'ala,
dan setelah itu, ia hampir lupa dengan orang yang ia rindui selama ini,
lantaran lebih menikmati manisnya bersandar pada Yang Maha Terkasih,

subhanallaah wal hamdulillaah

Hidupku adalah kerinduan seluruhnya

Aku tidak mengerti kenapa aku masih saja merindukanmu?, lamanya perpisahan belum juga mampu menghapusmu dari kehidupanku, justru malah menambahku semakin mengingat dan memikirkanmu. Bahkan aku sampai pernah menangis karena menahan perihnya rindu ini.

Aku yang selalu berangan ingin jumpa denganmu walau hanya sebentar saja. Tapi entah kenapa? sampai sekarang aku belum juga berjumpa denganmu. Mungkin karena memang Allah belum mengizinkan. Aku hanya bisa pasrah mengarungi laut kerinduan yang begitu panjang ini. Entah berujung atau tidak.

Bidadari,, semoga keselamatan dan kebahagiaan selalu menyertaimu. Aku tidak memaksamu untuk merinduiku juga. Karena itu terserah padamu. Engkau berhak memilih lelaki yang lebih baik dariku. Dan percayalah bahwa aku tidak akan kecewa. Sebab, kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga.
           
Bidadari,, ketahuilah! Bahwa sesungguhnya aku selalu berharap bisa segera mati meninggalkan dunia ini. Sebab, merindukanmu di dunia membuatku tersiksa. Mungkin jika aku di atas sana, aku bisa lebih tenang meneruskan kerinduanku padamu.
           
Bidadari,, aku berdoa kepada Allah agar menjaga perasaan ini jika memang benar adanya. Aku tidak pernah lagi bercerita dengan siapa pun kecuali hanya kepada Allah. Aku selalu bercerita kepadaNya tentang perasaan ini. Dia membuatku tenang dan damai. Aku bersyukur kepadaNya karena mengizinkanku untuk merindui seorang bidadari di dunia ini. Dan bidadari itu adalah kamu.
           
Bidadari,, terimakasih untuk setiap tatap mata, senyuman, sentuhan kecil, suara telpon, sms, dan sebagainya. Dan terimakasih juga karena bidadari telah membuatku merasakan manisnya rindu, walau kadang juga terasa perih. Tapi apalah perih itu bila setelahnya aku merasakan apa yang aku rasakan; manis. Terimakasih dan terimakasih!
           
Aku tidak peduli seberapa lama lagi perpisahan ini. Aku tidak peduli seberapa jauh aku dipisahkan olehNya darimu. Sebab, rindu ini membuat segalanya terasa pendek dan dekat. Oh sungguh, hidupku adalah kerinduan seluruhnya.         

Rabu, 16 Oktober 2013

Kilas Sejarah Belajar Izzatullah Abduh



Saya pernah berprestasi di sekolah.
tapi, itu hanya waktu SD dan SMP (pas kelas 1 saja).
saya sering mendapat peringkat; 3, 2, dan 1.
banyak guru yang senang dengan saya, terutama ibu Ida.
beliau sering memberi uang saku jika saya mendapat nilai bagus.
dan saya juga sering membawa pulang buku-buku tulis gratis sebagai hadiah prestasi. Alhamdulillaah.. yaa Allaah!
#salam hangat untuk sahabat-sahabat SDN Singarajan

Lalu semua berubah drastis,
tepatnya saat saya mulai salah dalam bergaul (pas kelas 2 SMP),
pergaulan membuat saya jauh dari yang namanya belajar (mata pelajaran),
sampai-sampai banyak guru yang kecewa dengan perubahan yang terjadi pada diri saya,
guru fisika Ibu Erni pernah membentak saya; "Izzat! bagaimana kamu ini? ulangan fisikamu hanya dapat nilai 3!",
memang dasar pergaulan telah merubah segalanya, maka saya hanya bergumam; "Masih untunglah bu! daripada 0",
tapi disisi lain, saya belajar banyak tentang persahabatan, kesetiaan dan kesolideritasan,
bagiku nilai raport tidaklah begitu penting dibanding nilai kehidupan yang saya dapat dari mereka para sahabat,
#salam hangat untuk sahabat-sahabat SMP Muhammadiyah Pontang

Tahu sendirilah bagaimana yang namanya orang tua,
kalau anaknya bandel dan nakal, mereka pasti pusing dan bingung mau bagaimana ngurusnya,
lah jadilah saya dipenjarakan alias dipondokkan di Ponpes Darussalam Pipitan,
awal-awal saya merasa sesak tinggal di pesantren, karena belum terbiasa, terlebih mengingat pergaulan saya yang dulunya liar,
tapi alhamdulillah, seiring berjalannya waktu saya bisa mempelajari karakter orang-orang yang satu tahanan dengan saya *upz maksudnya satu pesantren dengan saya,
maka, disinilah terjadi konversi religius,
saya menemukan titik balik sebagai seorang hamba,
saya mulai merasakan akan adanya banyak dosa dalam diri saya,
sampai pada akhirnya saya menemukan puncak tangis yang begitu dahsyat,
saya bermunajat dihadapanNya dengan mengakui segala dosa dan kesalahan yang pernah saya perbuat,

Alhamdulillah, setelah itu saya mulai rajin membaca,
tapi bukan membaca buku-buku pelajaran,
tepatnya membaca buku-buku Islami; mulai dari sejarah islam, motivasi & inspirasi islam, hadits2, dan yang paling sering adalah membaca terjemahan Al Qur'an (waktu itu saya belum pandai mengaji),
dan di kelas pun seperti itu; saya hanya mengambil pelajaran dari petuah-petuah dan nasihat-nasihat para guru (maklum saja, wong kelas saya adalah MAK),
kemudian saya belajar menulis,
sampai ahirnya lulus, alhamdulillaah yaa Allaaah!
#salam hangat untuk sahabat-sahabat PonPes Darussalam dan MA Al Khairiyah Darussalam Pipitan

Niat awal setelah lulus dari Darussalam adalah; "saya harus kuliah di tempat yang tidak ada wanitanya",
maka dapatlah saya tempat yang sesuai; yaitu Ma'had 'Aly Ar Rayyah Suka Bumi,
tapi memang nasib, saya ditolak tidak diterima,

masyaa Allaah, sedihnya bukan main kepalang, rasa-rasanya saya mau mati, pengen nyemplung ke dasar laut sampai dalem biar gak nongol-nongol,
pasalnya hampir seluruh keluarga mendukung, tapi ternyata saya mengecewakan dukungan mereka,
ahirnya saya dibuang ke Cilacap JawaTengah oleh sang Bapak yang baik hati,
waktu itu, saya ibarat anak elang yang belum memiliki sayap tapi sudah dilempar dari atas tebing oleh induknya,
tapi dengan penuh keyakinan, bahwa Allah tidak akan pernah menelantarkan hambaNya,
maka saya terjun dari tebing, eh tahunya ada juga anak elang yang ikut-ikutan terjun; dialah Aris Munandar sang sahabat,

alhamdulillaah,
setelah nyasar kemana-mana, ongkos morot banyak,
kami sampai di Cilacap, dan langsung menuju Ma'had Aly Imam Syafi'i (MAIS),
ya ahirnya disitulah perjuangan saya dimulai sebagai Mahasantri;
hidup tanpa wanita, jauh dari keluarga, teman-teman asing semua (karena Aris ibaratnya cuma pengantar saja), yang dipelajarin pun aneh-aneh semua, bahasa yang digunakan pun aneh juga,
tapi setelah lulus dari sana, saya sadar bahwa saya lah yang sebenarnya waktu itu aneh,
#salam hangat untuk sahabat-sahabat MAIS



Alhamdulillaah,
hidup saya kaya akan pengalaman serasa memiliki dunia dan sesisinya,
ini sangat luar biasa,
entah apa yang akan terjadi kedepan?
saya sedang berproses menjalaninya,
menjemput keajaiban-keajaiban Allaah dalam hidup ini,

saya punya cita-cita, anda pun punya cita-cita, kita semua punya cita-cita,
adapun bisa meraihnya atau tidak,
sebenarnya itu bukan hal yang penting,
yang paling penting adalah kita terus ber-Action menuju ke arah sana,

satu pesan,
jika kita memiliki cita2 yang besar,
maka sandarannya pun harus kuat dan hebat tidak terkalahkan,
*yupz, Dia Allaah Subahanahu Wa Ta'ala

maka mulailah perbaiki hubungan diri dengan Allah Subahanahu Wa Ta'ala,

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka Dia akan membukakan jalan baginya. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupi (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusanNya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu" (Ath Thalaq : 2-3)

"Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri" (Ar Ra'd : 11)

#salam sukses untuk sahabat-sahabat semua.
tangan menggenggam dunia, hati tetap terpaut pada akhirat.
itulah kesejatian pribadi seorang hamba Allah.

Kamis, 03 Oktober 2013

Indahnya Bertaubat

wahai sahabat,
pernahkah terbetik di dalam hati kita?
suatu keinginan untuk tidak bermaksiat dan berbuat dosa!
jika ada, maka berbahagialah!
itu-lah Iman.
Iman menjadikan kita menyadari akan setiap kesalahan.

keimanan memang naik dan turun,
kadang menguat, kadang pula melemah,
persisnya iman itu ibarat rem,
jika ia menguat, maka kuat pula rem itu menahan kita (sehingga kita tidak mudah berbuat maksiat dan dosa),
tapi jika ia melemah, maka sudah dipastikan bahwa kita akan mengalami kecelakaan fatal,
semua batasan syari'at ditabrak begitu saja.

saya tidak menyalahkan jika anda/kita berbuat dosa,
karena memang karakter kita sebagai manusia/bani adam adalah senang berbuat dosa, bukankah begitu?
sudahlah mengaku saja, kita senang berbuat dosa kan!

tapi wahai sahabat, ketahuilah!
bahwa sungguh betapa sayang dan kasihnya Tuhan kita; Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dia tidak pernah mempermasalahkan dosa-dosa kita sebanyak apa pun,
hanya saja yang menjadi permasalahan adalah keengganan kita untuk bertaubat dan memohon ampun.
seberapa seringkah kita bertaubat dan memohon ampun kepadaNya?

"Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri sendiri (karena banyak berbuat dosa), janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Az Zumar : 53)

"Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian sentiasa berbuat dosa pada malam hari dan siang hari, dan Aku mengampuni segala dosa, dan aku tidak peduli (apa pun dosanya/sebanyak apa pun dosanya), maka mohon ampunlah kalian kepadaKu niscaya Aku mengampuni dosa-dosa kalian" (HR. Muslim)

dan sungguh indah apa yang dituturkan oleh seorang sahabat dalam sya'irnya;

"Aduhai sekiranya aku tidak pernah berbuat dosa sepanjang hidupku!, tapi sungguh (aku memang tidak pernah bisa lepas dari dosa), apa yang dicintai Allah dariku adalah taubatku. Maka aku bertaubat dan memohon ampun kepadaNya" ~Dzu Hanin

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri" (Al Baqoroh : 222)

wahai sahabat,
sungguh tidak ada yang suci diantara kita, tidak pula ada yang bersih diantara kita,
maka tidaklah pantas jika kita menganggap diri kita suci dan bersih,
bahkan para Nabi sekali pun, mereka tidak pernah menganggap diri mereka sebagai orang suci dan bersih,
karena mereka sangat mengerti akan firman Allah,

"Maka janganlah kalian menganggap suci diri kalian, (karena) Dia lebih mengetahui siapakah orang yang paling bertakwa" (An Najm : 32)

Nabi Daud 'Alaihis Salam suatu waktu pernah berbuat dosa terhadap orang lain, kemudian ia menyadari perbuatan dosanya itu dan segera bertaubat kepada Allah.
lalu tahukah apa bentuk taubat beliau?
....
beliau menyungkurkan diri bersujud dihadapan Allah dan tidak pernah mengangkat kepalanya, ia menunggu sampai Allah mengampuni dosanya.
diantara munajatnya ialah,

"Maha Suci Engkau Yang Menciptakan Cahaya! kepadaMu hamba berlari membawa segala dosa, dan hamba mengakui semuanya. maka janganlah Engkau menjadikan hamba sebagai orang yang berputus asa (dari rahmat dan maghfirohMu), dan janganlah pula Engkau buat hamba sedih pada hari kiamat kelak (lantaran dosa-dosa hamba yang belum Engkau ampuni)".

beliau terus bersujud dan melantunkan munajatnya,
berhari-hari beliau melakukan hal itu dengan tangis air mata yang membanjiri tempat sujudnya,
ia berhenti hanya ketika butuh makan atau minum,
sampai pada akhirnya datang malaikat Jibril membawa wahyu,

"Wahai daud, Allah merasa iba kepadamu. sungguh Dia telah mengampunimu. maka angkatlah kepalamu."

wahai sahabat,
sungguh bertaubat merupakan suatu keindahan dan kenikmatan yang begitu luar biasa,
dimana kita mau menyesal dan mengakui segala dosa,
lalu kita bersegera bertaubat dan memohon kepadaNya,


"Dan bersegeralah kamu (menuju) pengampunan dari Allah dan (menuju) syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa" (Ali Imron : 133)