Jumat, 11 November 2011

Say : "Aku ingin menjadi sahabat yang baik"


Bismillah,,,
Berbicara tentang sahabat tentu kita teringat dengan persahabatan antara Rasulullah saw dengan Abu Bakar. Dikisahkan bahwa; Abu Bakar pernah menemani Rasulullah saw hijrah menuju madinah, tapi ketika hendak berhijrah, pasukan kafir kuraisy mengetahui hal itu, sehingga mereka mengadakan rencana untuk menghalangi hijrahnya Rasulullah dan Abu Bakar. Dan Allah Maha Mengetahui hal itu, sehingga mengabarkan Rasulullah bahwa kafir kuraisy sedang merencanakan makar buruk terhadapnya. Kemudian Rasulullah pun pergi bersama Abu Bakar menuju gua tsur untuk bersembunyi menyelamatkan diri dari makar/kejaran kafir kuraisy. Dan ketika sampai dimulut gua Abu Bakar berkata: “wahai Rasulallah,, biarlah aku periksa terlebih dahulu gua ini dan aku bersihkan debu-debu yang ada didalamnya”. Rasulullah pun mengangguk, sehingga masuklah Abu Bakar kedalam gua tersebut. Ia mulai memeriksa setiap sudut gua, hawatir ada binatang berbisa yang akan menyakiti sahabatnya (rasulullah) dan ia pun membersihkan debu-debu yang ada didalamnya. Setelah itu, ia memepersilahkan sahabatnya (rasulullah) agar segera memasuki gua. Rasulullah pun memasuki gua tersebut, kemudian beliau merebahkan diri dan meletakkan kepalanya dipangkuan Abu Bakar (diriwayatkan, bahwa tinggi dan lebar gua tsur kurang lebih 4 M), dan Rasulullah pun tertidur sedang Abu Bakar tetap terjaga. Dan Maha Besar Allah yang telah mengutus burung merpati dan laba-laba untuk membuat sarang di mulut gua, sehingga kafir kuraisy (ketika sampai di mulut gua) menyangka bahwa gua tersebut belum pernah di masuki sama sekali oleh seorang pun, karena melihat ada sarang laba-laba dan merpati di mulut gua. Sedang Abu bakar yang berada didalamnya merasa sedih dan hawatir (karena rasulullah akan dibunuh) kalau-kalau kafir kuraisy memasuki gua tersebut, sehingga mereka akan mendapati dirinya dan Rasulullah ada didalam gua. tapi kemudian Rasulullah membuka matanya dan berkata: “La tahzan innallaha ma’ana (janganlah kau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita)”. Ahirnya mereka (kafir kuraisy) pun pergi dan memutuskan untuk menghentikan pengejaran dan  ditunda esok hari.
Dan setelah mereka pergi, Rasulullah tertidur lagi dipangkuan Abu bakar, sedangkan Abu bakar tetap terjaga mengawasi keadaan. Tapi tiba-tiba Abu bakar merasakan sengatan dikakinya, kemudian ia pun menoleh kearah kakinya dan mendapati seekor ‘aqrob (kalajengking). Karena hawatir mengganggu tidur sahabatnya (rasulullah), ia pun tidak bergerak sama sekali sambil menahan rasa sakit dari sengatan hewan tersebut. sampai ahirnya, ia pun menangis menitikan air mata dan air mata itu pun jatuh mengenai wajah sahabatnya (rasulullah). Kemudian rasulullah terbangun dan bertanya: “ada apa wahai abu bakar? Sungguh aku melihatmu menangis”. “wahai rasulallah, sesungguhnya ada ‘aqrob yang menyengat kakiku. Dan karena aku hawatir membangunkanmu dari tidur. Maka aku mencoba menahan rasa sakit itu. Tapi, apalah daya... air mata ini pun jatuh juga mengenai wajahmu”. Jawab abu bakar dengan lembut diiringi sesal, karena ia telah membangunkan sahabatnya (rasulullah) dari tidurnya. Kemudian rasulullah meniup kaki abu bakar, sehingga hilanglah rasa sakit sengatan itu. Subhanallah...!!!
Dan hal yang serupa pernah terjadi, yaitu persahabatan antara Abu ali ar ribathi dan Abdullah ar razi (orang sholeh dahulu). Dikisahkan bahwa; ketika keduanya hendak melakukan safar (perjalanan) menuju daerah pedalaman Ar razi berkata : “wahai sahabatku Abu ali, hendaknya diantara kita ada yang menjadi pemimpin. Karena safar kita ini sangatlah jauh”. Abu ali pun menjawab : “sebaiknya engkau saja wahai sahabatku, engkau lebih pantas”. Ar razi pun berkata lagi : “kalau begitu kau harus menta’atiku”. “baiklah” jawab abu ali menyetujui apa yang dikatakan ar razi.
Dan ahirnya, keduanya siap untuk melakukan perjalanan dengan perbekalan seadanya yang dijadikan satu dalam sebuah karung (kantong besar). Kemudian ar razi mengangkat karung tersebut dan menggendongnya diatas punggung, lalu berkata : “wahai sahabatku abu ali, marilah kita berangkat”. Tapi abu ali menyela : “tunggu dulu sahabatku, biarlah aku saja yang membawa karung itu”. Dengan senyum lembut ar razi menjawab : “bukankah engkau sudah mengatakan bahwa aku yang menjadi pemimpin dan kau menta’atiku”. Abu ali pun diam tertegun dengan ucapan sahabatnya itu. Dan akhirnya keduanya berangkat.
Setelah sampai dipertengahan safar (perjalanan), mereka berdua beristirahat dan berniat bermalam. Padahal mereka berdua masih berada di dataran padang pasir, sehingga jikalau turun hujan maka otomatis mereka akan kehujanan. Dan tanpa diduga hujan benar-benar turun pada malam itu. Sehingga mereka langsung terbangun dan kebingungan hendak kemana berteduh. Tapi kemudian, ar razi melepaskan kain yang ia kenakan dibadannya lalu membentangkannya. Kemudian ia menaungi sahabatnya (abu ali) dengan kain tersebut dengan harapan ia bisa melindungi sahabatnya (abu ali) dari air hujan. Sedangkan ia sendiri rela kehujanan. Dan abu ali hanya bisa menangis menguraikan air mata melihat sikap sahabatnya (ar razi) sambil berkata didalam hatinya : “wahai sahabatku, seandainya saja aku tidak mengatakan ‘engkau saja yang menjadi pemimpin’ tentu tidak akan seperti ini jadinya. Engkau begitu baik terhadapku wahai sahabat, engkau rela memberikan naungan kepadaku agar aku selamat dari air hujan. Sedangkan engkau sendiri tidak selamat darinya (air hujan)”. Dan ahirnya hujan pun reda setelah hampir semalam suntuk. Subhanallah....!!!
Subhanallah,,,, begitu luar biasa persahabatan yang telah dicontohkan oleh abu bakar dan abdullah ar razi. Dimana mereka mempunyai jiwa itsar yang tinggi, yaitu; lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri. Kita lihat, bagaimana sikap abu bakar yang berusaha menahan rasa sakit akibat sengatan ‘aqrob dan menahan diri dari bergerak hanya karena hawatir mengganggu tidur sahabatnya (rasulullah). Sampai ahirnya, air matanya jatuh mengalir mengenai wajah sang sahabat. Dan disisi lain, kita melihat sikap ar razi yang rela menggendong karung dan rela membiarkan dirinya kehujanan hanya karena ia tidak mau memberatkan sahabatnya (abu ali).
Lantas sudahkah kita mempunyai jiwa itsar terhadap orang-orang disekitar kita, terutama sahabat kita....??? inilah suatu pertanyaan besar. Dimana banyak pada zaman sekarang ini yang mengaku bahwa mereka adalah sahabat. tapi pengakuan itu hanyalah sebatas ujung lidah saja, tidak ada tatbiq (praktek) dan tahqiq (perealisasian). Kita tentu pernah menyaksikan bagaimana persahabatan kebanyakan orang yang mana mereka lebih senang memanfaatkan sahabat mereka sendiri daripada memberi manfaat (mudah-mudahan kita tidak termasuk seperti mereka). Padahal tidaklah seperti itu adanya seorang sahabat.
Wahai kawan, mungkin ada diantara kita yang terkadang tidak menyadari, bahwa betapa sering kita menuntut seseorang untuk menjadi sahabat baik atau sahabat sejati bagi kita. Oke,, itu tidaklah disalahkan. Akan tetapi kita harus ingat dengan perkataan Orang sholeh dahulu bahwa; “sahabat yang baik adalah sahabat yang bisa membawa kita pada keredoan Allah dan bisa membawa kita menuju syurga_Nya”. Nah,, mungkin setelah kita membaca ungkapan ini timbul beberapa pertanyaan dalam benak kita, “apakah ada sahabat yang seperti itu?” atau “dimanakah sahabat yang seperti itu?”. Seharusnya kita tidak perlu mengajukan pertanyaan. Akan tetapi hendaknya kita berfikir, kalau memang kita tidak bisa menemukan atau memiliki sahabat yang seperti itu, tentulah kita yang harus menjadi sahabat baik untuk orang lain. Ralp waldo emerson pernah mengungkapkan bahwa; “satu-satunya cara menghargai kebaikan adalah dengan kebaikan, dan satu-satunya jalan untuk memliki seorang sahabat adalah dengan menjadi seorang sahabat”. Oleh karena itu, hendaknya kita menyadari bahwa kita hidup di dunia ini bukanlah untuk mencari sahabat. Akan tetapi untuk menjadi seorang sahabat, sahabat baik untuk semua orang. Bismillah... kita pasti bisa!!!!
Dan ada beberapa hal yang perlu diingat, bahwa; sahabat itu hendaknya lebih sering memberi daripada menerima. Dan seorang sahabat hendaknya mempunyai jiwa yang tegar, yang dikala ia mendapati sahabatnya yang lain sedang kesusahan atau sedang dalam kesedihan, maka ia segera membantu dan menghiburnya. Bukan malah ikut susah atau ikut bersedih bersamanya. Dan seorang sahabat hendaknya mempunyai ilmu agama, agar ia bisa menasehati sahabatnya yang lain dikala berada dalam kesalahan, bukan malah mengkritik atau menjelek-jelekannya. Dan hendaknya seorang sahabat tidak membicarakan keburukan sahabatnya yang lain dihalayak ramai atau menyebarkannya dihadapan semua orang. Tetapi hendaknya ia merahasiakan dan menutupi setiap kesalahan sahabatnya. Dan jikalau ada seseorang yang menanyai tentang sahabatnya, maka tidaklah ia berkata melainkan tentang kebaikan yang ada pada sahabatnya. Dan seorang sahabat hendaknya selalu menolong bukan malah mencelakakan. Dan seorang sahabat hendaknya selalu mendoakan kebaikan untuk sahabatnya yang lain bukan malah mengumpat atau mencelanya atau bahkan mengutuknya. Wal ‘iyadzubillah.
Niatkanlah dalam persahabatan untuk menambah amalan dan pahala disisi Allah swt; saling tolong menolong dalam kebaikan, saling menasehati dengan kebenaran dan kesabaran, serta saling mendoakan satu sama lain. Dan tak lupa harus saling mengingatkan dikala salah atau dalam kealpaan.
Oke kawan,,, sekarang jadilah engkau sahabat baik untuk orang lain, tidak perlu menuntut tapi tunjukanlah dan katakanlah : “Aku bisa menjadi sahabat yang baik untukmu”. 
Wallahu a’lam bish showab.

Tidak ada komentar: