Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah Allah memberikan tambahan bagi seorang hamba yang gemar
memaafkan kesalahan orang lain, melainkan Allah menambahkan baginya kemuliaan.”
(HR. Muslim)
Imam Abu Zakariya atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam an
Nawawi rahimahullah, di dalam kitabnya riyadhush sholihin beliau mencantumkan
bab khusus tentang anjuran memaafkan kesalahan orang lain. Kurang lebih ada 5/7
ayat yang beliau kutip dari Al Qur’an dan ditambahkan kurang lebih 4/5 hadits
yang insyaallah semua derajatnya adalah shohih.
Salah satu ayat yang beliau kutip adalah firman Allah subhanahu wa
ta’ala (QS. Al A’raf 7 : 199),
“Jadilah seorang pemaaf, dan suruhlah orang-orang untuk mengerjakan
kebaikan dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”
Imam asy Sya’bi rahimahullah berkata, ketika Allah subhanahu wa
ta’ala menurunkan ayat ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallan, beliau
bertanya kepada Jibril ‘alaihis salam, “Apa ini wahai Jibril?” Jibril menjawab,
“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar kamu memaafkan orang yang
menzholimimu.”
Kemudian ayat yang lain adalah ayat yang berkaitan dengan Abu Bakar
Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, yaitu (QS. An Nur 24 : 22)
“Hendaklah memaafkan dan memberi toleran, tidakkah kamu senang jika
Allah subhanahu wa ta’ala mengampunimu. Dan Allah Maha Pengampun Maha
Penyayang.”
Suatu ketika Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu sangat marah
kepada anak bibinya atau sepupunya yaitu Misthah ibn Utsatsah. Abu Bakar Ash
Shiddiq radhiyallahu ‘anhu sangat peduli terhadapnya dan sering sekali membantu
kebutuhan hidupnya, namun lantaran
kesalahan yang telah diperbuatnya, maka Abu Bakar Ash Shiddiq marah besar dan
berkata, “Aku tidak sudi lagi memberikan bantuan kepadamu,” lalu kemudian
turunlah ayat tersebut diatas.
Oleh karena Abu bakar adalah orang yang memiliki hati yang lembut
dan khusyu’, maka seketika saja ayat tersebut merubah keputusannya. Beliau
langsung memaafkan kesalahan Misthah ibn Utsatsah seraya berkata, “Demi Allah,
sesungguhnya aku sangat senang jika Allah mengampuni dosaku. Dan demi Allah,
aku akan terus memberikan bantuan kepadamu selama-lamanya.”
Kemudian selanjutnya, firman Allah subhanahu wa ta’ala (QS. Al Hijr
15 : 85)
“Maka maafkanlah mereka dengan pemaafan yang indah.”
Imam As Sa’di rahimahullah di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan ‘memaafkan dengan pemaafan yang indah’ adalah memaafkan
secara total tanpa didahului dengan kata-kata yang menyakitkan dan tanpa ada responsif
perilaku yang buruk. Tidak menyisakan dendam dan kebencian di dalam hati.
Kemudian kita mengambil satu hadits yang sangat sarat dengan hikmah
dan pelajaran sebagai penutup hidangan ceramah ini, yaitu hadits Ibnu Mas’ud
radiyallahu ‘anhu, suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkisah
tentang seorang Nabi yang dipukuli, dikeroyok dan disiksa oleh kaumnya sampai
berdarah-darah, sedangkan dia hanya diam sambil mengusap darah yang bercucuran
di wajahnya, lalu berdo’a,
“Ya Allah ampunilah kaumku (ampunilah masyarakatku), sesungguhnya
mereka tidak mengetahui.”
Kemudian disini, kita simpulkan bahwa setiap kesalahan yang
dilakukan oleh orang lain, terlebih dia adalah seorang muslim, apalagi dia
adalah keluarga kita, kerabat kita; anak-istri kita, tetangga kita,
atasan/majikan kita, bawahan/pembantu kita, rekan kerja kita, maka sangatlah
berhak bagi kita untuk memaafkan kesalahan mereka. Karena yang namanya
kesalahan bukanlah untuk didendami atau dicacimaki, tapi untuk dimaafkan dan
diperbaiki.
Maka hendaknya kita ingat selalu firman Allah subhanahu wa ta’ala,
“Jadilah seorang pemaaf,” dan “Hendaklah memaafkan dan memberi toleran,” dan
kita pun berdo’a untuk mereka yang pernah berbuat salah kepada kita, “Ya Allah
ampunilah mereka, sesungguhnya mereka tidak tahu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar