Sabtu, 02 Mei 2015

Hidup Mulia dengan Memaafkan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah Allah memberikan tambahan bagi seorang hamba yang gemar memaafkan kesalahan orang lain, melainkan Allah menambahkan baginya kemuliaan.” (HR. Muslim)
Imam Abu Zakariya atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam an Nawawi rahimahullah, di dalam kitabnya riyadhush sholihin beliau mencantumkan bab khusus tentang anjuran memaafkan kesalahan orang lain. Kurang lebih ada 5/7 ayat yang beliau kutip dari Al Qur’an dan ditambahkan kurang lebih 4/5 hadits yang insyaallah semua derajatnya adalah shohih.
Salah satu ayat yang beliau kutip adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala (QS. Al A’raf 7 : 199),
“Jadilah seorang pemaaf, dan suruhlah orang-orang untuk mengerjakan kebaikan dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”
Imam asy Sya’bi rahimahullah berkata, ketika Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan ayat ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallan, beliau bertanya kepada Jibril ‘alaihis salam, “Apa ini wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar kamu memaafkan orang yang menzholimimu.”
Kemudian ayat yang lain adalah ayat yang berkaitan dengan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, yaitu (QS. An Nur 24 : 22)
“Hendaklah memaafkan dan memberi toleran, tidakkah kamu senang jika Allah subhanahu wa ta’ala mengampunimu. Dan Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.”
Suatu ketika Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu sangat marah kepada anak bibinya atau sepupunya yaitu Misthah ibn Utsatsah. Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu sangat peduli terhadapnya dan sering sekali membantu kebutuhan hidupnya, namun  lantaran kesalahan yang telah diperbuatnya, maka Abu Bakar Ash Shiddiq marah besar dan berkata, “Aku tidak sudi lagi memberikan bantuan kepadamu,” lalu kemudian turunlah ayat tersebut diatas.
Oleh karena Abu bakar adalah orang yang memiliki hati yang lembut dan khusyu’, maka seketika saja ayat tersebut merubah keputusannya. Beliau langsung memaafkan kesalahan Misthah ibn Utsatsah seraya berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku sangat senang jika Allah mengampuni dosaku. Dan demi Allah, aku akan terus memberikan bantuan kepadamu selama-lamanya.”
Kemudian selanjutnya, firman Allah subhanahu wa ta’ala (QS. Al Hijr 15 : 85)
“Maka maafkanlah mereka dengan pemaafan yang indah.”
Imam As Sa’di rahimahullah di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ‘memaafkan dengan pemaafan yang indah’ adalah memaafkan secara total tanpa didahului dengan kata-kata yang menyakitkan dan tanpa ada responsif perilaku yang buruk. Tidak menyisakan dendam dan kebencian di dalam hati.
Kemudian kita mengambil satu hadits yang sangat sarat dengan hikmah dan pelajaran sebagai penutup hidangan ceramah ini, yaitu hadits Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu, suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkisah tentang seorang Nabi yang dipukuli, dikeroyok dan disiksa oleh kaumnya sampai berdarah-darah, sedangkan dia hanya diam sambil mengusap darah yang bercucuran di wajahnya, lalu berdo’a,
“Ya Allah ampunilah kaumku (ampunilah masyarakatku), sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Kemudian disini, kita simpulkan bahwa setiap kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, terlebih dia adalah seorang muslim, apalagi dia adalah keluarga kita, kerabat kita; anak-istri kita, tetangga kita, atasan/majikan kita, bawahan/pembantu kita, rekan kerja kita, maka sangatlah berhak bagi kita untuk memaafkan kesalahan mereka. Karena yang namanya kesalahan bukanlah untuk didendami atau dicacimaki, tapi untuk dimaafkan dan diperbaiki.
Maka hendaknya kita ingat selalu firman Allah subhanahu wa ta’ala, “Jadilah seorang pemaaf,” dan “Hendaklah memaafkan dan memberi toleran,” dan kita pun berdo’a untuk mereka yang pernah berbuat salah kepada kita, “Ya Allah ampunilah mereka, sesungguhnya mereka tidak tahu.”

Tidak ada komentar: