Sabtu, 02 Mei 2015

Kala Aku Merindu

Kala aku merindu;
Aku bagai duduk di atas sampan, berada di tengah laut, tenang, sendirian.
Ingin turun dari sampan, tersadar bahwa di bawahku adalah laut, yang ada aku dilahap hiu atau paus.
Dan jika aku terus-terusan berada di atas sampan, lama-lama aku jadi ikan gesek terpanggang panas matahari.

Kugunakan saja kayuh harapanku, mencari tepian pantai, tahu-tahu aku lelah, terasa seakan semua anggota badan terpisah berantakan.


Kala aku merindu;
Aku bagai menahan beban batu besar di pundakku, terasa sungguh jalanku kepayahan, terseyok-seyok.
Ingin kujatuhkan, tapi batu besar ini seperti sudah sangat melekat di punggungku, tanganku pecah-pecah, punggungku berdarah-darah, keringat peluh deras membuncah.

Kala aku merindu;
Aku seperti sedang duduk di sebuah gerbong kecil, menyusuri terowonagn panjang yang gelap, pekat.
Aku tak bisa melihat apa-apa, bahkan sekedar melihat telapak tanganku sendiri.

Rindu; perasaan abstrak, entah di sebelah mana letaknya di hati ini.
Jika sekiranya rindu itu menempel di tangan, pastilah mungkin sudah kupotong tangan ini.

Namun tersadar, apalah artinya jika aku hidup dengan sebelah tangan yang terpotong.

Tidak ada komentar: