Minggu, 29 April 2012

Dari Sekedar Santri Menjadi Mahasantri



Sedikit kisah tentang aku; aku adalah seorang pelajar yang lulus tahun  2010. aku lulusan dari MA Al khairiyah Darussalam Pipitan Serang-Walantaka. Aku tidak pernah menyangka bisa sekolah disini, apa lagi sampai tinggal di Pesantren. Tapi mungkin itu adalah takdir yang sudah ditetapkan olehNya. Dan aku menerima semua itu dengan lapang hati, karena ternyata aku merasa cocok berada di lingkungan pesantren. Walau terkadang aku sendiri masih bingung, belum tahu apa yang harus aku cari disini.
Tapi kini, setelah lulus sekolah aku mulai mengerti dan tahu, bahwa; aku perlu mencari apa yang harus aku cari, karena ternyata pencarian itu adalah simbol perjuangan yang harus dimiliki. Dan aku berhasil memilikinya. Dan aku juga teringat dengan ungkapan, bahwa; “Diri kita ini tak pernah berguna jika tidak senantiasa mencari. Mencari adalah mengupayakan; mencari adalah memikirkan; mencari adalah kemaslahatan; kemaslahatan adalah gerak: gerak adalah langkah yang positif.”           
Darussalam,,, ya MA Al khairiyah Darussalam. Begitu banyak pelajaran yang aku dapatkan dari Darussalam. Sehingga kini aku merasa menjadi orang pintar, namun disamping itu aku tetap sadar bahwa kepintaranku ini masih-lah belum cukup apalagi mencapai kata sempurna sungguh sangatlah begitu jauh. Karena ternyata masih banyak yang harus aku pelajari diluar sana. Dan aku harus siap mental untuk menghadapinya. “Kuatkan aku ya Allah..” amiin. Dan aku juga teringat dengan sebuah ungkapan, bahwa; “kehidupan tidak akan selamanya menjadi buruk, karena sesungguhnya kehidupan itu adalah anugrah terindah. Tergantung kita, mau atau tidak untuk mengarahkan hidup ini ke-arah yang lebih baik”. Dan ternyata ungkapan itu memang benar. Dulu ketika aku masih di SMP, aku merasa, bahwa; hidupku ini buruk sekali. Sampai-sampai aku pernah berfikir untuk mengakhiri hidup ini, karena aku merasa tidak pantas berada di dunia ini. Aku hanya-lah kotoran yang berjalan diatas bumi. menyedihkan sekali kehidupanku waktu itu.            
Tapi Alhamdulillah kemudian aku tersadar, tepatnya setelah membaca biografi tokoh-tokoh islam yang luar biasa. Ternyata ada diantara mereka yang dahulu hidupnya bisa dibilang amburadul bahkan bisa dibilang lebih parah daripada kehidupanku. Tapi kemudian Allah memberikan Hidayah dan Taufiq_Nya kepada mereka. Sehingga mereka bisa menjadi tokoh teladan yang patut dicontoh. Dan aku ingin seperti mereka yang bisa bangkit dari keterpurukan. Aku ingin hidup seperti mereka yang menjadikan hidup ini lebih hidup lagi. Allahu Akbar ‘isy kariiman aw mut syahiidan.           
Dan Alhamdulillah, dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala aku bisa melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Imam Syafi’I (STIS) atau lebih dikenal dengan Ma'had Aly Imam As Syafi'i Cilacap-Jawa Tengah. Lokasi yang teramat begitu jauh dari Kota Kelahiranku Serang-Banten.
Sekarang aku semester 6 dan Insya Allah tidak lama lagi akan segera lulus menjadi Hamba Allah yang lebih berkualitas dengan Ilmu yang mumpuni. Padahal sebenarnya waktu pertama kali aku masuk di kampus ini, aku merasa tidak percaya diri dan tidak begitu yakin akan sampai seperti sekarang ini. Karena Sekolah Tinggi Imam Syafi’I (STIS) atau Ma'had Aly Imam As Syafi'i adalah kampus yang ber-pengantar bahasa arab. Jadi kami sebagai mahasiswa diharuskan berbicara bahasa arab ketika berada di kampus.           
Dan Aku yang hanya sekedar berbekal Mufrodat ‘Arobiyah (kosa kata arab), sering salah dalam ber-Muhadatsah (bercakap) dengan dosen atau teman sekampus yang sudah mahir dalam berbahasa arab. Karena memang bahasa arab itu tidak hanya sekedar kosa kata, tetapi ia juga memiliki kaidah-kaidah khusus dalam pengungkapan/percakapan yang sering disebut sebagai Qa’idah Nahwiyah Wa Qa’idah Shorfiyah. Dan aku belum mempelajari itu secara mendalam ketika di Pesantren Darussalam. Lah jadinya aku tambah bingung, sehingga tidak jarang aku bertutur dalam hati “ini bahasa ko’ ribet bener,,, banyak aturan,,, harus dibaca beginilah, begitulah,,,”. Sampai ahirnya aku memutuskan untuk angkat koper saja dari kampus ini, hawatir kepalaku akan pecah dan meledak karena setiap hari dijejalin bahasa ribet penuh aturan.           
Tapi ternyata Allah berkehendak lain, Dia mengirimkan seseorang untuk menasehati dan memberi motivasi kepadaku agar aku tidak angkat koper dan tetap melanjutkan kuliah di kampus ini. Dan orang itu adalah seniorku yang sekarang sudah lulus. Semoga Allah merahmatinya selalu. Amiin.                    
Seniorku itu memberikan nasehat sekaligus motivasi yang begitu luar biasa bagiku, dia berkata : “zza, bagaimana pendapatmu jikalau dibalik tembok besar itu ada sekarung emas, dan engkau ingin memilikinya…???”.
Aku pun menjawab : “ya aku hancurin tuh tembok”.
“lalu dengan apa kau akan menghancurkannya?” lanjutnya dengan pertanyaan kedua.
“ya dengan martil atau kapak atau apalah yang bisa menghancurkannya”. Kemudian ia pun tersenyum sambil menepuk pundak-ku, lalu berkata :
“zza, hendaknya kau juga harus bisa berfikir seperti itu”.
“maksudnya?” aku masih bingung.
“hancurkanlah tembok keputus-asaanmu itu dengan martil atau kapak kesabaran dan keuletan, niscaya kau akan mendapati yang lebih berharga daripada emas, yaitu ilmu bahasa arab. Bukankah engkau tahu zza, bahwa Islam itu tumbuh adalah dengan bahasa arab, kitab kita pun Al Qur’an adalah dengan bahasa arab, begitu pula Hadits-hadits Rasulullah adalah dengan bahasa arab. Maka pelajarilah bahasa arab agar engkau bisa memahami Al quran dan Hadits yang mana keduanya itu adalah sumber pokok Agamamu, yaitu Islam satu-satunya Agama yang diredhoi Allah Ta’ala”.
Mendengar untaian nasihatnya itu tanpa dirasa, ternyata air mataku berjatuhan tetes demi tetes mulai membasahi kedua pipi-ku, karena aku teringat akan harapan ayahanda tercinta yang penah berkata lembut “zza, Bapak berharap semoga kamu bisa  pergi ke Negeri Nabi-mu Mekkah atau Madinah.  Kamu bisa menjadi pemuda Ahli Tafsir dengan belajar disana…”. Astagfirullah... betapa durhakanya aku jikalau sampai mengecewakan ayahanda. Wallahul musta’an. Hasbuka ya Rabb, ‘alaika tawakkaltu wa anta khoirur rohimin.
Dan aku pun teringat kembali akan apa yang dulu pernah aku ‘azamkan dalam diri ini, bahwa aku harus bangkit harus bisa menjadi lebih baik harus bisa menjadi pribadi yang tangguh yang hidup dengan penuh semangat tanpa ada bosan tanpa ada rasa putus asa. Ya Allah, aku harus bisa mewujudkan harapan-harapan mereka; Ayah, Bunda, Nenek, Abah Uwa, Ibu Uwa, Paman, Bibi, Kakak, Adik-adik, dan Karib-kerabat semuanya. Dan tentu itu adalah atas kehendak dan izin_Mu Ya Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Semua takdir berada di tangan_Mu dan menjadi keputusan_Mu. Dan tidak-lah Engkau memutuskan sesuatu terhadap hamba_Mu melainkan itu adalah keputusan yang indah yang terbaik untuknya. Arju rohmataka ya Rabb,, Innaka laa tukallifu nafsan illa wus’aha wa laqod ja’alta likulli syai’in qodro wa ja’alta li man yattaqika makhroja wa ja’alta lahu  min amrihi yusro wa. (Aku mengharap rahmatMu ya Rabb,, sesungguhnya Engkau tidak membebani suatu jiwa melainkan sesuai dengan kemampuannya dan sungguh Engkau telah menjadikan pada segala sesuatu ukurannya dan Engkau jadikan solusi bagi orang yang bertakwa kepadamu dan Engkau jadikan pula baginya kemudahan dalam setiap perkaranya).

Tidak ada komentar: