Minggu, 24 Juli 2011

Likuan Asmara

          

            Aku adalah sang perindu syurga, ya, begitulah. Karena memang, aku sangat ingin sekali memasukinya berkumpul bersama orang-orang terkasih serta berjumpa Sang Pemilik Kasih Sejati.
            Disini aku ingin bercerita tentang jalan hidupku yang sangatlah penuh dengan liku. Baik yang berliku tajam, sedang atau pun biasa saja. Tapi ya demikianlah kehidupan, aku sangat menyadarinya sehingga tak perlu aku berlari meninggalkan setiap liku tersebut. Karena jika aku lari, berarti aku tidak akan mendapati jalan lurus yang ada setelah likuan.
            Dan sekarang aku sedang berada di jalan yang berliku tajam, dan mau tak mau aku harus melewati likuan tajam ini, tak peduli jika memang aku harus terjatuh. Tapi sungguh, aku tidak pernah berpesimis sama sekali, karena aku yakin bahwa Allah pasti akan memberikan aku roda-roda yang bisa menghantarkan aku menuju jalan yang selanjutnya. "Bismillah saja" yah, itulah sebuah pesan yang aku terima dari sahabat juga saudara seimanku ‘Saeful Bahri’ atau biasa disapa ‘Edenk’.
            Tahukah anda wahai kawan apakah likuan yang sedang aku jalani ini?. Aku sering berfikir, ko' bisa-bisanya aku berada di jalan yang mempunyai likuan seperti ini. Likuannya memang begitu indah tapi ia juga membuatku sangat risih dan takut. Oh tidak, likuan ini benar-benar membuatku harus berfikir extra. Aku harus banyak berdo'a memohon bantuan, kekuatan serta kemudahan untuk melalui likuan ini. "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa yang sedang hamba jalani sekarang ini. Dan hamba yakin bahwa Engkau pula-lah yang menghadapkan likuan jalan ini di hadapan hamba. Oleh karenanya hamba memohon kepada Engkau Ya Rabb agar Engkau mau memberikan roda-roda yang bisa menghantarkan hamba ke jalan lurus menuju ke-Keredhoan_Mu. Hamba tak ingin terjatuh di likuan jalan ini, hamba harus kuat, hamba harus kuat, kuaatttttt!".
            Mungkin hanya berdo'a kepadaNya-lah yang bisa aku lakukan sekarang ini, karena aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Likuan ini benar-benar menyeramkan, tapi ia juga menyimpan berjuta keindahan. Ah, pusing aku!, tapi ya sudahlah, mungkin inilah yang dinamakan LIKUAN ASMARA. Likuan yang tidak hanya tenaga yang dituntut, tapi juga fikiran begitupun juga hati. Sehingga hampir-hampir aku terkubur oleh debu-debu asmara yang panas membakar. Tapi untunglah, aku masih mempunyai keimanan yang menjadi penyejuk dan pemadam api tersebut. Alhamdulillah.
            Lucu memang, aku yang tergolong asing di mata perempuan harus menghadapi likuan seperti ini. Yah sudah lah, aku hadapi saja. Barangkali aku bisa memberi tanda pada likuan ini, yaitu tanda bahwa aku pernah dimabuk asmara pada seorang wanita yang aku sebut ia ‘Bidadari Senja’. Sebenarnya aku sendiri belum tahu mengapa aku bisa menaruh simpati dan perhatianku terhadapnya. Ya, mungkin inilah yang sering di ungkapkan oleh kaula muda "Rasa hati itu memang aneh, selalu membuat kejutan tanpa sebab yang jelas".

Bidadari Senja

Bidadari, engkau kah itu
Bersembunyi dibalik senja
yang sedaridulu
Aku nanti, aku tunggu

Bidadari,, engkau kah itu
Garis kuning senyuman
Yang kau sunggingkan di bibirmu
Oh indah nian

Bidadariku, ketahuilah
bahwa;
Senja telah melukis wajahmu untukku

Tidak ada komentar: