Kamis, 19 Desember 2013

Aku dan Langit Menangis


Kita,
Jauh di tempat berbeda,
Lama terpisah dalam putaran masa,
Tanpa canda dan tawa bersama,
Membikin hati; membahana rindu,

Aku tak berharap banyak bisa memilikimu,
Sebab aku tak tahu apakah engkau masih mencintaiku?,
Atau justru engkau sudah mencintai orang lain,
Itu-lah yang aku hawatirkan,

Disaat aku tenggelam dalam lautan rindu,
Engkau justru seakan menenggelamkanku di dalam dasar laut sungguhan,
Disaat aku terbang di awan-awan harapan,
Engkau justru membidikku sehingga jatuh terkepar di atas bebatuan,

Sungguh,
Selama ini aku hanya beranggapan baik,
Bahwa engkau pasti menungguku disana,
Tapi aku tidak pernah tahu?,
Apakah engkau menungguku masih seorang diri di lorong penantian,
Ataukah menungguku disandaran pundak lelaki lain,

Ya sudahlah!
Bersama siapa pun engkau kini,
Aku hanya bisa berkata, “aku turut bahagia, jika memang engkau bahagia bersamanya”,
Terimakasih karena masih setia menungguku,
Meski menunggumu itu bukanlah untuk kebersamaan kita,
Tapi untuk kebersamaan engkau dan dia,
dan engkau menampakkannya di depan mataku,
“Hai!, apa kabar?, ini suamiku”.

……………., ……………..,…………….???!!!
“Wahai petir, sambarlah aku!, sambarlah aku!, sambarlah aku wahai petir!”,
Aku berteriak dalam hati,
(karena takut disambar beneran, jadi cukup dalam hati saja, hehe)
Aku pun berlalu pilu tanpa menjawab pertanyaannya,
Dan kebetulan hujan turun begitu deras,
Sehingga aku bisa menangis bersama turunnya hujan,

Aku dan langit menangis,
SEDU.

#hanya fiktif belaka,

jika ada kesamaan cerita maka berterimakasihlah, karena sudah diingatkan. Hehe

Tidak ada komentar: