“… Dan masa
(kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran),…” (Ali Imron : 140).
“Tidaklah datang
suatu zaman, melainkan akan datang zaman setelahnya yang lebih buruk”, (Sabda Nabi
Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam).
“Hiduplah seperti belut, meski hidup di tempat
kotor dia tetap licin dan bersih”, (Pesan Seniorku Mujiman el Marauky).
Lalu aku
menimpali, “Jika tidak bisa hidup seperti belut, maka jangan coba-coba masuk
ke-dalam lumpur”.
Dari
beberapa buku yang pernah saya baca, terutama buku-buku sejarah. Semuanya
menunjukan bahwa zaman dahulu sebelum zaman kita, banyak lahir manusia-manusia
luar biasa yang mampu mengubah wajah dunia, dari kesuraman menjadi cerah
seperti fajar dikala mulai menyingsing. Mereka tidak sukses untuk diri pribadi
mereka, tetapi kesuksesan mereka adalah untuk meninggikan kalimat Allah di
jagat raya ini. Selain itu, adalah untuk meninggikan derajat moral segenap umat
manusia; baik dari segi Akhlaq, Ilmu pengetahuan, Sosial, Politik, Ekonomi, dan
lain sebagainya.
Kita
tentu mengenal sosok manusia mulia yang begitu luar biasa. Semua orang telah
sepakat, bahwa dia adalah satu-satunya manusia yang dapat membuat perubahan
signifikan untuk peradaban umat manusia di dunia ini. Dia-lah Muhammad
Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Lalu setelahnya, diikuti pula oleh
manusia-manusia luar biasa lainnya. Seperti; Abu Bakar yang mampu memberantas
pasukan murtad dan memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat, sehingga
kemudian mereka mau kembali kepada ajaran agama yang benar. Kemudian kita juga mengenal sosok ‘Umar bin Khattab
yang begitu tegas dalam hal kebenaran, tidak takut terhadap celaan orang-orang
demi meninggikan kalimat Allah, sehingga dia mampu menaklukan beberapa kerajaan
seperti; Persia,
Rum, Al Qodisiyah, dan lain sebagainya. Lalu kita juga mengenal Kholid bin
Walid, seorang panglima gagah perkasa yang dinamai “Saifullah” pedang
Allah. Jikalau dia sudah turun di lapang pertempuran, maka sudah dipastikan
setiap musuh akan kocar-kacir. Dia mampu membelah barisan pasukan mulai dari
ujung sampai ke-ujung lainnya. Allahu Akbar!!!. Lalu kita juga mengenal Thariq
bin Ziyad, seorang panglima yang mampu menaklukan Andalus. Perkataannya yang
begitu masyhur ketika sampai di Andalus, yang dilontarkan kepada para
pasukannya, “Kapal-kapal sudah saya bakar, maka tidaklah tersisa di-belakang
kita melainkan hanya air laut saja, sedang di hadapan kita adalah para musuh…
dimanakah kita harus berlari??!! Tidak lain adalah kita harus maju berperang
sebagai pemenang atau sebagai syahid”. Ahirnya, Thariq bin Ziyad beserta
pasukannya mampu menaklukan Andalus. Allahu Akbar!!!. Kemudian kita juga
mengenal sosok pemimpin yang dikenal amat-teramat keadilannya. Dia-lah ‘Umar
bin ‘Abdul ‘Aziz yang mampu mengislahkan sistem pemerintahan Islam yang hampir
goncang. “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un”, itu-lah kalimat yang dia
ungkapkan di awal mula dia diangkat sebagai Khalifah. Jabatan bukanlah sebagai
kemuliaan, tetapi sebagai ujian/cobaan.
Dan
banyak lagi tokoh-tokoh luar biasa lainnya, yang mana kesuksesan mereka
bukanlah untuk pribadi mereka sendiri, tetapi semata untuk meninggikan dan
mensyiarkan Kalimat Allah ‘Azza wa Jalla. “Demikianlah.. dan barangsiapa
yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari
ketakwaan hati” (Al Hajj : 32).
Lalu
bagaimana dengan kita…???!! Apakah yang sudah kita usahakan untuk mensyiarkan
agama Allah…??!! Hemp,,!!! jangankan untuk mensyiarkan agama Allah. Lah wong
kita-nya saja begini..???!!! males, doyan facebook-an, jarang ngaji Al Qur’an
apalagi memahami dan mentadabburinya, sholat masih sering ketinggalan
bolong-bolong pula, tidak pernah peduli terhadap sesama muslim, sama orang tua
sering membangkang… ini hal-hal yang lumayan besar.. yang kecilnya, makan tidak
pernah bismillah kadang pake tangan kiri pula, masuk wc malah kaki kanan dulu,
masuk mesjid malah sebaliknya, dan lain sebagainya…
“Allah
tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga kaum tersebut mau merubah
keadaan mereka sendiri…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar