Wahai
kawan-ku, sudah berulangkali aku menutup akun facebook-ku. Aku menutupnya bukan
karena bosan dengan status gombalmu, bukan karena kesal dengan status dustamu,
bukan karena geram dengan status kejammu, dan bukan pula karena lari dari
status mengerikanmu. Malah terkadang, aku merasa terhibur dengan status
berspesiesmu itu. Meski sebenarnya aku lebih senang dengan status yang jujur,
menginspirasi, memotivasi, menasehati, mendidik, dan mengenang. Semoga Allah
memberi kebaikan kepada mereka yang menulis status seperti yang disebut.
Hanya
saja wahai kawan-ku, aku menutup akun facebook-ku lantaran aku merasa malu pada
Rabb-ku juga Rabb-mu, Rabb Yang Maha Sempurna Yang telah memberi kita waktu. Betapa
selalu mengawang di fikaran-ku wahai kawan, berbagai pertanyaan dan penghakiman
terhadap diri-ku sendiri….
“ hai kamu,,, sadarkah..!!! apa yang
sedang kau lakukan ??? ingat waktu-mu..!!!”
“ hai kamu,,, hanya untuk inikah…!!! Kau
habiskan waktu-mu…??!!”
“ hai kamu,,, beginikah caramu
mensyukuri waktu…??? Lupakah kamu,, bahwa kamu adalah serangkaian waktu…!!! Detik
berlalu, berlalu pula usia-mu… sedang setiap detik yang berlalu darimu akan
dimintai pertanggungjawaban… lantas untuk inikah…!!! Kau habiskan setiap
detik-mu,,, kau habiskan usia-mu??!!”
“ hai kamu,,, tidak-kah berfikir…
betapa di luar sana ada manusia yang
sedang berusaha memanfaatkan setiap detik waktunya demi menciptakan sebuah
karya, sebuah ide, sebuah gagasan, yang bisa diterima dunia… tapi kamu,,
perhatikanlah dirimu… kasihan sekali… detik-detikmu tergadaikan kepalsuan… dan terkubur
harapan-harapan kosong”
Sampai
ahirnya wahai kawan,,, aku berteriak mencoba membuyarkan penghakiman ini “diaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaammmmmmmm………!!!!”.
Aku melawan fikiran-ku sendiri… huft menyebalkan. Lalu aku pun melangkah menuju
layar putih yang ada dihadapan, tanpa
ada komunikasi dengan hati, aku langsung menonaktifkan akun facebook-ku (insya Allah ini yang terakhir).
Dengan
sedikit kecewa, aku berjalan menuju koperasi. Barangkali aku bisa membeli
sesuatu, karena kebetulan perut sudah mulai perotes demo tak karuhan. Akan tetapi
langsung terbesit dalam fikiran ketika melihat sebuah buku sederhana seharga
6.500 rupiah “wah, bagus neh.. aku beli aja lah.. lumayan sebagai pengganti
jejaring social (facebook) yang sudah hampir 3 tahunan setia menyapa jemari-ku. Okey facebook.. I say ‘good bye’”. Dan
ahirnya aku beli juga itu buku, lalu aku tulis di sampul buku itu STATUS
HARIAN_KU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar