Sebenarnya aku tidak terlalu
mengerti makna luas dari kata TERORIS, tapi kedengarannya memang menyeramkan.
Dan biasanya kata itu ditujukan untuk mereka-mereka yang melakukan tindak
kejahatan diatas batas kewajaran. Loch ko’ gitu! Karena memang yang namanya
kejahatan itu banyak ragamnya. Mulai dari yang kecil seperti menghina sampai
ke yang besar seperti membunuh. Nah,
TERORIS termasuk ragam kejahatan ini.
Sesuai dengan namanya TERORIS.
Biasanya pelaku kejahatan ini melakukan terror-meneror terlebih dahulu atau
ancam-mengancam, baik dengan tulisan-tulisan atau aksi-aksi langsung yang
merusak bahkan tidak jarang memakan korban. Lalu setelah itu, ia benar-benar
melakukan sesuatu yang tidak pernah diduga. Duaaaarrrrrr… tiba-tiba bom meledak
disebelah sana. Duaaaaaarrrrrr… tiba-tiba bom meledak disebelah sini.
Duaaaaaaarrrr… tiba-tiba bom meledak dari belakang anda (pembaca).. kentut yah…
upz.. hehe ^_^
Nah, mengenai TERORIS ini. Aku punya
pengalaman. Begini cerintanya…
Alhamdulillah yah, biar
begini-begini juga aku ini seorang pemuda santri atau pemuda yang berjiwa
santri. Aku dikaruniai banyak kesempatan. Salah satunya adalah mengisi
pengajian di sebuah mushola dekat stasiun kota Cilacap. Meski jama’ahnya tidak
terlalu banyak, tapi rasa syukurku kepadaNya sungguh amat begitu banyak. Nah,
disitu ada pengalaman yang insya Allah tidak mungkin terlupakan, yaitu; aku
dianggap/dituduh teroris.
Awalnya, ya Alhamdulillah. Di minggu
pertama mengisi pengajian, aku diterima dan jama’ah pun terlihat bahagia dengan
kehadiranku sebagai pengisi. Tapi kemudian di minggu kedua, aku dikejutkan
dengan kehadiran seorang bapak kira-kira usia 60-an. Nah, ternyata beliau
adalah ketua mushola atau pengelola mushola yang mana aku mengisi pengajian
disitu. Sebelum aku maju untuk mengisi, beliau telah mendahuluiku maju ke-depan
lalu berbicara memperingatkan jama’ah tentang bahayanya teroris yang bisa
menjelma sebagai siapa saja, termasuk sebagai ustadz atau pengisi pengajian.
Sehingga dia bisa menyebarkan ajaran terorisnya itu. Bom sana bom sini.
Sedari awal ia bicara, aku hanya
mendengarkan saja tanpa peduli. Karena memang aku kurang senang dengan
pembahasan semacam itu; memperingatkan orang lain dari bahayanya teroris. “Sebenarnya
siapa yang teroris?!...”, aku bergumam dalam hati. Eh kemudian, tiba-tiba aku
langsung ditodong. “mungkin pemuda ini juga termasuk antek-antek para teroris.
Di kota Cilacap ini sudah menyebar, karena bos-nya sekarang ada di
Nusakambangan”. Glegek.. Tanpa basa-basi aku pun langsung dimintai keterangan
atau diintrogasi, ditanya begini-begitu. Setelahnya dimintai KTP/Kartu
Mahasiswa. Dan apesnya, aku tidak membawa apa-apa waktu itu. Sudah pucat pasi
wajah ini, benar-benar seperti disambar petir di siang bolong.
“Kejaaaaaaaaaaaaaaaaammmm!!!”, teriakku dalam hati. Masa iya tampang begini
dicurigai sebagi teroris?!. Sungguh kecurigaan yang tidak masuk akal. Terlalu
naïf. Bagaimana dakwah Islam bisa menyebar kalau ustadz atau penceramahnya saja
tertuduh. Tertuduh teroris pula. Lah wong yang dibawanya saja cuma kitab.
Memangnya kitab bisa meledak?!
Tapi ahirnya, Alhamdulillah. Jika
kita yakin bahwa kita berada dalam kebenaran, maka pasti dengan izinNya kita
akan tertolong. Diantara jama’ah bahkan hampir semuanya. Mereka memberi
pembelaan dengan menyatakan, “pemuda ini, pemuda baik-baik.. minggu kemarin dia
sudah mengisi disini. Dan apa yang dia sampaikan tidak menjurus ke-arah seperti
yang bapak bicarakan”. Lalu setelah itu, aku pun disuruh memperkenalkan
identitas diri. Bla, bla, bla… “baiklah, ini menjadi pelajaran. Bahwa siapa pun
ustadz atau penceramah yang hendak mengisi di mushola ini, maka harus ada
laporan dan keterangan”, tutur bapak 60-an itu. Kemudian Alhamdulillah, aku pun
diizinkan mengisi secara rutin seminggu sekali, tepatnya setiap malam Rabu.
Benar-benar merasa merdeka setelah itu. “hemh,, Gitu Aja Kok Repot!”.
Hah, memang sebenarnya ada kesalahan
dari awal. Aku yang mau-mau saja disuruh mengisi pengajian di mushola itu.
Padahal orang yang menyuruh bukanlah pengurus atau pengelola mushola tersebut.
Hanya saja dia adalah jama’ah yang sering sholat disitu. Sehingga kemudian
terjadi kesalahpahaman ketika bapak ketua/pengurus mushola datang ikut sholat
berjama’ah. AKU DITUDUH TERORIS.
The
end.
Ambil
yang baik-baiknya saja!!! Hanya sekedar pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar