Rabu, 28 Agustus 2013

Hidup adalah bersikap



Hidup adalah tentang bagaimana kita bersikap.
Sedangkan Mati adalah tentang bagaimana kita disikapi.

Jika kita mampu bersikap sahaja, baik, lembut, bijaksana, dan mulia dalam hidup. Maka begitu pula kita akan disikapi ketika setelah mati.

Janganlah menjadi orang yang ketika mati justru orang lain merasa tentram.
Tapi jadilah orang yang ketika mati, maka orang lain merasa kehilangan; seperti kehilangan sesuatu yang berharga.

Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang sholih. Nama atau kisah tentang mereka begitu mewangi semerbak tercuah di permukaan bumi, bahkan di atas langit sana pun, nama mereka menjadi buah bibir para Malaikat Al Abraar.

Diantara mereka ada yang diabadikan di dalam Al Qur’an dan ada pula yang di abadikan di dalam Al Ahadits An Nabawiyah, seperti Ashabul Kahfi di dalam Al Qur’an;

“Ingatlah ketika pemuda-pemuda itu berlindung kedalam gua, lalu mereka berdo’a, ‘Ya Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu, dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami”. (Al Kahfi : 10)

“Kami ceritakan kepadamu tentang kisah mereka sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka”. (Al Kahfi : 13)

            Dan banyak lainnya, seperti seorang lelaki sholih dari kaum Nabi Musa dan juga para penyihir Fir’aun yang kemudian mereka bertaubat. Tidak ketinggalan pula kisah tentang sifat para Sahabat Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Kemudian tentang para Nabi ‘Alaihimus Salam. Lalu taubatnya seorang pembunuh seratus jiwa. Kisah seorang pelacur yang masuk syurga hanya karena memberi minum seekor anjing yang sedang kehausan. Ghulam yang mengorbankan nyawanya demi mengimankan suatu penduduk negeri. Dan banyak lainnya.
            Sungguh sangat mengagumkan!. Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara langsung mengabarkan kisah tentang mereka di dalam Al Qur’an Al Karim maupun di dalam Al Ahadits An Nabawiyah.
            Lantas apakah tujuan dari pengabaran kisah-kisah mereka?!. Sungguh tidak lain adalah agar kita sebagai generasi yang datang belakangan, mau mengambil contoh/keteladanan dari mereka orang-orang sholih, yang mana kesholihan mereka telah mendapat rekomendasi secara langsung dari Allah dan RasulNya.
            Imam Hambali Rahimahullah pernah berkata; “Umat ini tidak akan pernah menjadi baik, kecuali dengan sesuatu yang pernah menjadikan baik umat terdahulu”. Maka hendaknya kita flashback melihat bagaimana umat-umat terdahulu mengarungi perjalanan hidup dengan penuh kesholihah dan kesegeraan dalam bertaubat.






Tidak ada komentar: