Senin, 21 April 2014

Rindu; Bukan Menatap Langit, Tapi Menatap Tempat Sujud






Aku terjaga di malam yang sunyi.
Duduk di jendela, memeluk lutut, menatap langit.
Terbayang gambaran wajah cantik merona, pipinya lesung.
Ia tersenyum, manis.
Tapi kemudian kabur, bayangan itu menghilang.
Gigitan nyamuk menyadarkanku.
“Aku melamun,” lirih bibirku.
Teplak! kucoba habisi itu nyamuk, tapi tidak kena “Sial!”

Kulanjutkan melamunku, menatap langit, dan...
Air mataku berkaca, lalu bergemericik jatuh di pipi, persis seperti gemericik hujan yang jatuh di bumi.

“Cengeng,” ledek suara alam bawah sadarku.

“Aku tidak cengeng, air mata ini adalah bukti kesetiaan, aku setia merindukannya,” hiburku mengentas suara picik itu.

Lagi, aku menatap langit.

“Jika engkau adalah rembulan, maka aku adalah malam. Aku gelap tanpamu. Pekat,” bisikku bersenandung.

“Barangkali engkau tidak tahu betapa payahnya diri ini, bertahan dalam kerinduan yang luas bagai laut tak bertepi. Aku tak melihat ujungnya. Dimanakah ujung kerinduan ini?,” tanyaku, entah kepada siapa!

Tapi untunglah, aku masih teringat dengan catatanku 6 bulan yang lalu:

***Seberat apa pun kita menanggung rindu pada seorang yang dicinta,
jika yang menjadi sandaran adalah Allah.
maka kerinduan itu menjadi sesuatu yang ringan dan mengasyikkan.
tiada keperihan, tiada pula keriasauan lantaran perpisahan dan jarak yang jauh.
karena pada hakekatnya, rindu itu membuat segalanya terasa dekat dan sebentar.

seperti zulaikha yang bertahun-tahun merindukan kehadiran yusuf,
ia menderita berkepanjangan dan hampir setiap waktunya ia habiskan untuk bersyair mengungkap kerinduan pada yusuf,
sehingga kemudian ia menemukan sandaran untuk kerinduannya; yaitu Allah Subhanahu Wa'ala,
dan setelah itu, ia hampir lupa dengan orang yang ia rindui selama ini,
lantaran lebih menikmati manisnya bersandar pada Yang Maha Terkasih; Allah***

Ya, ahirnya aku menghabiskan malam bersama Dia Yang Maha Terkasih.

Bukan lagi langit yang aku tatap, tapi tempat sujud.
Dan aku menemukan segalanya.
Alhamdulillaah, pujiku setulus hati untuk-Mu duhai Rabbi.

Tidak ada komentar: