Khutbah Pertama
Kaum
muslimin rahimakumullah…
Sesungguhnya
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda (berpesan) kepada
seorang anak muda, yang mana dia adalah anak pamannya. Dia-lah Abdullah ibn
‘Abbas Radiyallahu ‘Anh. Apakah gerangan sabda yang dipesankan kepada anak muda
yang mulia ini?. Marilah kita simak langsung dari penuturan Abdullah ibn ‘Abbas
Radiyallahu ‘Anh, beliau berkata;
كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا، فَقَالَ: «يَا غُلَامُ إِنِّي
أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ، احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ
تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ،
وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ
يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا
عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ
اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ»
“Pada
suatu hari, aku berada dibelakang Rasulillah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam,
kemudian beliau bersabda kepadaku; ‘wahai anak muda, sesungguhnya aku
mengajarimu (aku berpesan kepadamu) beberapa kalimat, jagalah Allah niscaya
Allah menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau mendapatiNya ada di hadapmu,
apabila kamu meminta maka mintalah hanya kepada Allah, apabila kamu mohon
pertolongan maka mohonlah pertolongan hanya kepada Allah, dan ketahuilah bahwa
sekiranya suatu kaum berkumpul untuk mendatangkan kemanfaatan bagimu
(mendatangkan kebaikan untukmu), maka mereka tidak akan dapat melakukan hal itu
melainkan hanya sedikit saja sekedar apa yang telah Allah tentukan untukmu, dan
kalau sekiranya mereka hendak mendatangkan bahaya kepadamu (mendatangkankan
kemadhorotan atasmu), maka mereka tidak akan dapat melakukan hal itu melainkan
sedikit saja sekedar apa yang telah Allah tentukan atasmu. Pena telah
terangkat, dan lembar-lembar takdir telah mengering (segalanya telah ditetapkan
sebagai ketetapan yang pasti).” (HR. at Tirmidzi, dishohihkan oleh Syaikh al
Albani)
Kaum
muslimin rahimakumullah…
Dari
hadits ini, khotib hanya akan menjelaskan kalimat yang pertama, yaitu “Jagalah
Allah niscaya Allah menjagamu!.”
Lalu
apakah yang dimaksud dengan menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala?.
Imam
Abdurrahman ibn Abi Bakr Jalaludin as Suyuthi Rahimahullah dalam kitabnya Qutul
Mughtadzi berkata, Imam al Kahfani Rahimahullah berkata,
“Menjaga
Allah, maksudnya adalah kamu menjaga perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan
kamu bertakwa kepadaNya. Maka jangan sampai Allah melihatmu berbuat kemaksiatan
atau berbuat pelanggaran terhadap perintahNya.”
Dan
Imam Ibn Daqiq al ‘Id Rahimahullah berkata,
“Memjaga
Allah maksudnya adalah, jadilah kamu orang yang selalu ta’at kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, berteguh dalam menjalankan perintahNya dan dalam menjauhi
laranganNya.”
Kaum
muslimin rahimakumullah…
Dan
merupakan perbuatan seorang hamba yang menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah
dengan menjaga anggota badannya agar tidak digunakan untuk hal kemaksiatan atau
perbuatan dosa. Maka hendaknya setiap kita memperhatikan dan merenungkan siapa
sebenarnya di balik rupa kita ini. Siapa sebenarnya di balik anggota badan kita
ini?
Kaum
muslimin rahimakumullah…
Ada
5 anggota badan dari diri kita ini yang perlu direnungkan bersama oleh kita.
Sudahkah kita menjaga ke 5 anggota badan ini untuk tidak bermaksiat kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala?
1.
Menjaga Hati.
Termasuk
seorang hamba yang menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dia yang menjaga
hatinya dari perkara-perkara syubhat yang dapat mengkeruhkan keyakinannya, dan adalah
dia yang dapat menjaga hatinya dari perkara-perkara syahwat yang dapat menyesatkan
dan menyengsarakannya.
Hati
memiliki kedudukan yang penting bagi hidup setiap manusia. Apabila hati telah
hilang, maka hilanglah segala hidupnya. Apabila hati telah rusak, maka rusaklah
segala perilaku hidupnya.
أَلاَ وَإِنَّ فِي الجَسَدِ
مُضْغَةً: إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ
كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ
“Ketahuilah,
sesungguhnya di dalam badan/tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik,
maka baiklah seluruh badan. Namun apabila ia rusak, maka rusak pula seluruh
badan. Ketahuialah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhori-Muslim)
Maka
hendaknya setiap kita selalu menjaga hati dan menatanya agar tetap dalam
kondisi yang baik dan bersih dari noda-noda hitam dosa. Setiap manusia akan
merugi pada hari kiamat, kecuali dia yang datang dalam keadaan hatinya bersih
lagi sejahtera. Tidak ada syahwat, tidak ada syubhat di dalam hatinya. Tidak
ada sesuatu pun di dalam hatinya kecuali kalimat Laa ilaaha illallaah Muhammad
rasulullaah.
“(Pada
hari kiamat) hari yang mana harta benda dan anak-anak tiada lagi berguna,
kecuali dia yang datang dengan hati yang sejahtera (hati yang selamat dan
bersih dari dosa).” (Asy Syu’ara : 88-89)
Dialah
hati yang tidak ada kesyirikan di dalamnya, tidak ada riya’, tidak ada
kemunafikan, tidak ada kesombongan, tidak ada kebanggaan diri, tidak ada
dendam, tidak ada dengki. Hatinya murni penuh dengan tauhid Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Penuh dengan keikhlasan dan kejujuran. Penuh dengan ketawakkalan dan
penyandaran diri yang tulus hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana
hati kholilullah Ibrahim ‘Alaihis Salam.
“(ingatlah)
ketika dia Ibrahim datang kepada Rabbnya dengan hati yang bersih (ikhlas
sepenuhnya hanya untuk Allah).” (Ash Shoffat : 84)
Kaum
muslimin rahimakumullah…
2.
Menjaga Lisan
Termasuk
seorang hamba yang menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dia yang menjaga
lisannya. Lisan memiliki perkara yang sangat mengagumkan. Berapa banyakkah
kehormatan orang yang hancur disebabkan oleh lisan? Berapa banyakkah harga diri
yang menjadi rendah disebabkan oleh lisan? Berapa banyakkah rumah tangga yang
runtuh disebabkan oleh lisan? Dan berapa banyakkah kemaksiatan yang keluar dari
lisan, namun kita tidak pernah menyadarinya? Ghibah (menggunjing orang lain),
namimah (mengadu domba), mengejek, menghina, berdusta, menipu, atau saling
berdebat untuk sesuatu yang tidak berguna, tidak ada manfaatnya sama sekali.
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ لَا يُرِيدُ بِهَا بَأْسًا، يَهْوِي بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِي النَّارِ
“Sesungguhnya
seseorang berkata dengan satu kalimat, ia menganggapnya biasa. Tapi ternyata
kalimat tersebut menjadikannya terlempar kedalam api neraka sejauh 70 tahun
perjalanan.” (HR. Ahmad, dishohihkan oleh Syaikh al Albani)
إن العبد ليتكلم بالكلمة
ما يتبين فيها يزل بها في النار أبعد ما بين المشرق والمغرب
“Sesungguhnya
seseorang berkata dengan satu kalimat yang tidak ada kejelasan di dalamnya (dia
mengucapkannya tanpa ilmu). Maka oleh sebab kalimat itu, dia tergelinicir ke
dalam api jahannam sejauh jarak antara timur dan barat.” (HR. Bukhori-Muslim)
Maka
hendaknya setiap kita menjaga lisan ini, agar tidak keluar darinya kecuali
sesuatu yang mendatangkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atau sesuatu yang
menggembirakan hati orang yang mendengarnya. Abu Bakar ash Shiddiq Radiyallahu
‘Anhu berkata,
ولله ما شيئ أحق بطول
حبس من اللسان
“Demi Allah, tidak ada sesuatu yang lebih berhak untuk terus
dijaga sepanjang waktu, melainkan daripada lisan ini.”
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berkata yang
baik-baik, (kalau tidak bisa) maka lebih baik ia diam saja.” (HR.
Bukhori-Muslim)
Dan
Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ
لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أضمنْ لَهُ الجنَّةَ
“Barangsiapa
memberi jaminan kepadaku, apa yang ada diantara kumis dan jenggotnya (yaitu
lisan), dan apa yang ada diantara kedua kakinya (yaitu kemaluan), maka aku
menjamin baginya syurga.” (HR. Bukhori)
Kaum
muslimin rahimakumullah…
3.
Menjaga Pendengaran (Telinga)
Termasuk
seorang hamba yang menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dia yang menjaga
pendengarannya. Seorang muslim, seorang mu’min tidak pantas baginya
mendengarkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tidak
mendengarkan perkataan kotor. Tidak mendengarkan musik-musik. Tidak
mendengarkan siulan-siulan. Dan tidak mendengarkan perkataan yang sia-sia.
وَالَّذِينَ لا يَشْهَدُونَ
الزُّورَ وَإِذا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِراماً
“(Dan termasuk hamba Allah Yang Maha Penyayang adalah),
orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu
dengan orang yang melakukan perbuatan/perkataan yang sia-sia, maka dia berlalu
dengan tetap menjaga kehormatan dirinya.” (Al Furqon : 72)
Maka
jagalah telinga kita, jagalah pendengaran kita. Sungguh ayat-ayat Al Qur’an adalah
lebih berhak untuk kita dengarkan, nasihat-nasihat atau ceramahan yang baik adalah
lebih layak untuk kita dengarkan, atau berita-berita tentang kabar kaum
muslimin, tentang keadaan kaum muslimin, sungguh semua itu lebih pantas untuk
kita dengarkan.
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤادَ كُلُّ أُولئِكَ كانَ عَنْهُ مَسْؤُلاً
“Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan, dan hati. Semua itu akan dimintai pertanggung
jawabannya.” (Al Isra’ : 36)
Kaum
muslimin rahimakumullah…
4.
Menjaga Penglihatan (Mata)
Termasuk
seorang hamba yang menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dia yang menjaga
penglihatannya. Sesungguhnya mata, apabila ia digunakan untuk melihat atau
memandang sesuatu yang haram, maka sesungguhnya dia adalah panah beracun iblis
yang dapat merusak hati dan mengoyak keimanan yang ada di dalamnya. Namun
apabila ia dijaga untuk tidak melihat atau memandang hal-hal yang diharamkan,
maka Allah akan memberi ganti keimanan untuk kita yang kita rasakan manisnya di
dalam dada.
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا
مِنْ أَبْصارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذلِكَ أَزْكى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ
بِما يَصْنَعُونَ
“Katakanlah
kepada kaum mu’minin (orang-orang yang beriman), agar mereka menjaga pandangan
mereka, dan menjaga kemaluan mereka. Karena yang demikian itu lebih baik bagi
mereka (lebih mensucikan jiwa mereka). Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap
apa yang mereka perbuat.” (An Nur : 30)
Maka
hendaknya setiap kita memalingkan pandangan, mengarahkan penglihatan kita
kepada kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang ada di muka bumi ini, agar kita
dapat merenungi akan betapa maha agungnya penciptaan langit dan bumi.
قُلِ انْظُرُوا ماذا فِي
السَّماواتِ وَالْأَرْضِ
“Katakanlah,
‘perhatikanlah (lihatlah, pandanglah) apa yang ada di langit dan di bumi’.”
(Yunus : 101)
أَفَلا يَنْظُرُونَ إِلَى
الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ وَإِلَى
السَّماءِ كَيْفَ رُفِعَتْ وَإِلَى الْجِبالِ كَيْفَ نُصِبَتْ وَإِلَى
الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
“Maka
tidakkah mereka memperhatikan (tidakkah mereka melihat) kepada unta, bagaimana
ia diciptakan?, (dan tidakkah mereka melihat) kepada langit, bagaimana ia
ditinggikan, (dan tidakkah mereka melihat) kepada gunung, bagimana ia
ditegakkan, (dan tidakkah mereka melihat) kepada bumi, bagaimana ia
dihamparkan?.” (Al Ghosyiyah : 17-20)
Kaum
muslimin rahimakumullah…
5.
Menjaga Perut
Termasuk
seorang hamba yang menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dia yang menjaga
perutnya. Seorang muslim menjaga perutnya dari makanan yang haram. Dia tidak
makan kecuali dari apa yang telah dibolehkan, dari apa yang telah dihalalkan
untuknya. Dia menjauhi unsur-unsur penghasilan yang datang dari riba, penipuan,
atau jual beli yang curang, sehingga tidak ada keberkahannya sama sekali pada
harta tersbut. Justru yang ada adalah kecelakaan dan kesengsaraan. Seorang
muslim makanannya adalah makan yang baik dan bersumber dari penghasilan yang
baik. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidaklah menerima kecuali apa-apa yang
baik. Dan tidak menerima do’a kecuali dari orang-orang yang baik.
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ
اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ
بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ
وَاعْمَلُوا صَالِحًا، إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} [المؤمنون: 51] وَقَالَ:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة:
172] ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ
إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ،
وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟
“Wahai
manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik, tidak menerima kecuali apa-apa yang
baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kaum mu’min dengan apa yang telah
diperintahkan kepada para rasul. Allah berfirman, ‘wahai para rasul, makanlah
kalian dari apa yang baik-baik, dan beramal sholihlah, sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang kalian perbuat’. Dan Allah berfirman, ‘wahai orang-orang yang beriman,
makanlah dari apa yang baik-baik, yang telah Kami rizkikan kepada kalian’.
Kemudian Rasulullah menggambarkan tentang seseorang yang melakukan perjalanan
jauh, nampak bekas perjalanan tersebut disekujur tubuhnya, penuh debu, dia
menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berseru ya rabb ya rabb,
sedangkan makanannya adalah haram, minumannya adalah haram, dan pakaiannya
adalah haram, dia tumbuh dari sesuatu yang haram, maka bagaimana mungkin
do’anya akan dijawab?.” (HR. Muslim)
Khutbah
Kedua
Kaum
muslimin rahimakumullah…
Dalam
khutbah yang kedua ini, khotib mengajak jama’ah sekalian untuk bersama
merenung.
Setiap
hari tentu kita menyempatkan diri untuk bercermin. Bahkan hampir disetiap waktu
kita menyempatkan diri untuk bercermin. Kira-kira untuk apakah kita
bercermin?.... Tidak lain adalah untuk melihat penampilan kita. Setiap kita
ingin tampil dengan fisik yang sempurna, dengan fisik yang baik, sehingga sedap
dipandang oleh banyak orang.
Namun
jama’ah sekalian yang dirahmati Allah, pernahkah kita melihat sesuatu yang lain
dari diri kita di dalam cermin. Sunggguh kebanyakan kita telah tertipu dengan
apa yang dilihat di dalam cermin. Kita hanya sekedar melihat fisik, tapi tidak
melihat apa yang ada dibalik fisik kita. Untuk apakah kita gunakan setiap
anggota fisik kita ini, untuk apakah kita gunakan setiap anggota badan kita
ini?. Untuk keta’atan kepada Allah, ataukah justru untuk kemaksiatan dan
perbuatan dosa. Sudahkah kita menjaganya, ataukah justru kita menelantarkannya
terbuang ke dalam lumpur kehinaan. Memang terkadang fisik itu tampak bagus,
tapi apalah artinya jika isinya adalah keropos dan kosong. Seperti batang pohon
yang terlihat kuat, tapi ternyata dalamnya termakan rayap.
Maka
kaum muslimin yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, jagalah Allah dengan
menjaga anggota tubuh kita agar tetap dan terus dalam keta’atan dan ketakwaan
kepadaNya, serta jauh dari segala kemaksiatan dan perbuatan dosa. Sehingga
dengan begitu, Allah akan menjaga kita. Dan sehingga ketika kita melihat diri
kita di dalam cermin, kita dapat tersenyum. Karena kita melihat calon penghuni
syurga. Insya Allah. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar